Latest News

Showing posts with label Etos Kerja. Show all posts
Showing posts with label Etos Kerja. Show all posts

Tuesday, March 13, 2012

Etos Kerja Indonesia

Salah satu faktor yang menyebabkan krisis multidimensi Indonesia sejak tahun 1997 adalah merajalelanya etos kerja yang buruk. Jansen mengambil contoh di tiga bidang saja.

Pertama, di bidang ekonomi, masyarakat lebih mengutamakan ekonomi rente daripada ekonomi riil, sebuah cerminan etos kerja yang ingin cepat kaya tanpa kerja keras.

Kedua, di bidang birokrasi, untuk bisa duduk di jabatan tertentu harus menyogok, yang mencerminkan etos yang mengutamakan jabatan demi uang dan kekuasaan daripada prestasi dan pelayanan publik.

Ketiga, di bidang pendidikan, ijazah bisa dibeli asal ada uang, merupakan cerminan etos buruk yang menginginkan gelar tanpa kompetensi.

Sebagai perbandingan, Jansen lantas mengutip etos Jepang dan Jerman.
Jepang terkenal dengan etos Samurai,
(1) bersikap benar dan bertanggungjawab,
(2) berani dan ksatria,
(3) murah hati dan mencintai,
(4) bersikap santun dan hormat,
(5) bersikap tulus dan sungguh-sungguh,
(6) menjaga martabat dan kehormatan, dan
(7) mengabdi pada bangsa.

Sedangkan Jerman dikenal memiliki etos
(1) bertindak rasional,
(2) berdisiplin tinggi,
(3) bekerja keras,
(4) berorientasi sukses material,
(5) tidak mengumbar kesenangan,
(6) hemat dan bersahaja, serta
(7) menabung dan berinvestasi.

Bagaimana dengan Indonesia? Mengutip Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia [1977], �etos kerja� orang Indonesia adalah
(1) Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati;
(2) Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam;
(3) Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi;
(4) Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib;
(5) Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu
(6) Artistik; dekat dengan alam.

Pandangan Mochtar Lubis ini kemudian dipertanyakan kembali oleh Jansen. Benarkah Indonesia memiliki etos seperti itu? Namun Jansen mengakui bahwa etos orang Indonesia di atas memang sulit dipungkiri, tampaknya merupakan sebuah kenyataan yang pahit.

Dan karena hal tersebut bangsa Indonesia kini sudah menjadi bangsa paria di dalam pergaulan internasional. Utang semakin banyak, korupsi marajalela dan tidak mampu menangani bencana dalam negeri. Contohnya saat bencana di Aceh dan Nias, menjadi cermin yang nyata betapa miskin dan tidak berdayanya bangsa ini. Mengurus rakyat hampir tidak mampu tetapi KKN jalan terus.

Melihat kenyataan ini, sebagai anak bangsa apakah akan berdiam diri saja? Tentu saja tidak. Sebagai bentuk kepeduliaan itulah Jansen bersama rekan-rekannya di IDM mengkampanyekan etos kemana-mana.

Jansen berkeyakinan bahwa dari 220 juta rakyat Indonesia, tidak semua memiliki etos yang buruk. Misalkan ada pendapat yang mengatakan bahwa DPR sebenarnya tidak peduli pada rakyat karena mereka masih sempat-sempatnya memikirkan kenaikan gaji sementara mereka (pura-pura) menentang kenaikan harga BBM. Tetapi tentu, tidak semua dari 550 anggota tersebut yang berperilaku seperti itu. Di Senayan pasti masih ada yang mempunyai hati nurani, benar-benar memikirkan kepentingan rakyat, dan bersedia berkorban.

Atas keyakinan seperti itulah Jansen terus berusaha memperkuat etos sebisa mungkin dan dengan demikian turut memberi andil dalam mengubah etos bangsa ini. Dan Jansen tentu tidak sendirian. Masih banyak yang peduli. Ia mengambil contoh, sebuah bank nasional saat ini sedang mencoba merumuskan etos mereka yaitu (1) berorientasi kepada nasabah, (2) menjunjung integritas, (3) berdisiplin, (4) kerjasama, (5) saling percaya dan saling menghormati, (6) pemberdayaan SDM, (7) keseimbangan, (8) kepemimpinan, dan (9) kepedulian pada lingkungan. Itulah etos yang hendak ditegakkan dan diharapkan bisa mengubah mereka menjadi lebih baik.

Dengan adanya komitmen yang dimulai dengan merumuskan etos seperti itu, setidaknya menunjukkan adanya tekad memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Jadi, ibaratnya, dari sekian banyak pulau di Indonesia yang sudah kumuh, masih terdapat pulau-pulau yang bersih.

Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Bagi Jansen, itu menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya adalah sebuah negara yang kaya, bangsa yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin meningkat, dan banyak anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah.

Mengapa semua itu bisa terjadi? �Sekali lagi, hal ini disebabkan oleh etos bangsa Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Etos kerja sangat penting untuk memperkuat bangsa dari sudut kerja, karena semua bidang kehidupan seperti bisnis, politik, sosial, dan sebagainya sebenarnya bergulat pada sebuah dunia yang disebut kerja. Ada pekerja politik, pekerja bisnis, pekerja sosial, pekerja birokrasi, yang semuanya menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk pekerja. Lewat bekerja, kita membangun organisasi dan bangsa kita,� katanya penuh semangat.

Jansen pun mengungkapkan harapannya akan bangsa ini. �Republik ini harusnya adalah republik dermawan. Jadi bila ada bencana di negara-negara lain, Indonesia bisa mengirim kapal, helikopter, dokter, tentara, dan sebagainya.� Mengambil lagi contoh bencana di Aceh dan Nias, dengan jelas memberikan gambaran ciri khas bangsa yang sudah maju dan tinggi peradabannya. Mereka adalah bangsa yang dermawan, cepat dalam mengirim bantuan.

Rendahnya etos Indonesia menurut Jansen juga diperparah dengan negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru sering disalahgunakan.

Misalkan seorang pemimpin melakukan korupsi, dan karena mempunyai kuasa untuk menutupi perbuatannya, hasil korupsi itu dibagi-bagikan ke bawahannya. Awalnya mungkin ada beberapa orang yang menolak untuk ikut ambil bagian. Tetapi karena adanya tekanan, dikucilkan, dikatakan sok suci, tidak setia kawan, dan sebagainya, mau tidak mau ia pun terpaksa ikut ambil bagian, dan lama kelamaan ia malah ketagihan dan mengganggapnya sebagai hal yang normal.

Interaksi sosial di antara elit dengan level di bawahnya, pemimpin dengan rakyat, membuat situasi menjadi terkondisi demikian. Oleh karena itu yang dibutuhkan adalah dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif. Misalkan ada kecelakaan kereta api, seorang dirjen harus bisa menunjukkan tanggungjawabnya dengan menyatakan mundur dari jabatannya. Dengan melakukannya, akan timbul sikap respek dan hormat dari masyarakat, dan ini akan menjadi pembelajaran yang berharga.

Melihat kenyataan etos di Indonesia yang buruk, Jansen menawarkan solusi. Bagi ia, jawaban atas keberhasilan sebuah bangsa atau organisasi terletak pada etos kerja (culture) mereka. Dalam buku berjudul Culture Matters, Huntington menulis prakata yang mengatakan tiga puluh tahun yang lalu, Ghana dan Korea Selatan memiliki kesamaan dalam banyak hal seperti indikator ekonomi dan sebagainya.

Namun, sekarang Korea Selatan sudah menjadi negara yang sangat maju sedangkan Ghana nyaris tidak mengalami perubahan alias berjalan di tempat. Kenapa hal itu bisa terjadi? Semua analisis akhirnya sampai pada satu kesimpulan, akar penyebabnya adalah culture (budaya).

Culture dalam bahasa Jansen adalah etos. Etos mencakup sikap terhadap waktu, kerja, dan masa depan yang kemudian membentuk sehimpunan perilaku khas individu atau organisasi. Pada tingkat internasional sudah dibuktikan bahwa maju tidaknya peradaban sebuah bangsa ditentukan oleh etosnya. Perusahaan-perusahaan kelas dunia seperti Matshushita dari Jepang, Kodak dari Amerika, juga berhasil karena mempunyai etos kerja yang unggul.

Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang terkenal dari berbagai latar belakang seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandi, dan sebagainya. Mereka semua muncul sebagai tokoh dunia karena etos - cita-cita, nilai, prinsip, pilihan, standar perilaku � yang mereka miliki berbeda dari manusia kebanyakan. Bercermin pada pengalaman di ataslah yang menjadi motivator dan menggerakkan Jansen untuk membuat Ethos21

Sumber : http://tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/j/jansen-sinamo/berita/05-06/index.shtml

Monday, March 12, 2012

Ketika Etos Kerja Menjadi Kekuatan Inti Pemberdayaan Potensi Karyawan

�Etos Kerja Berarti Dedikasi Dalam Integritas Untuk Melaksanakan Semua Fungsi Dan Peran Kerja, Dalam Tanggung Jawab, Melalui Mutu Dan Kualitas Diri Tertinggi.� � Djajendra

Pada tahun 1996, saat saya mengikuti sebuah program pendidikan di Kellogg, Northwestern University. Salah satu materi yang dibahas adalah tentang core value yang dihubungkan ke dalam work ethos, atau di sini kita kenal dengan istilah etos kerja.

Work ethos sesungguhnya bermaksud memberdayakan moral karakter seseorang untuk mencair bersama core value organisasi, lalu bekerja dengan perilaku yang sesuai harapan core value tersebut.

Semangat sejati dari work ethos adalah bekerja atas dasar kesadaran tertinggi diri sendiri terhadap tugas dan tanggung jawab kerja. Untuk itu, diperlukan pemberdayaan terhadap sumber motivasi diri untuk bekerja berdasarkan kekuatan spiritual, moral, dan etika. Dan, salah satu hal terpenting dalam pemberdayaan nilai-nilai spiritual, moral, dan etika adalah kualitas kepemimpinan diri sendiri untuk bisa mencair di dalam organisasi, di semua area dan di semua level secara sempurna.

Ethos itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang terjemahan bebasnya bermakna kebiasaan-kebiasaan, karakter, dan perilaku yang keluar dari moral atau pun dari batin terdalam yang paling jujur. Saya pribadi menyerap makna ethos ini sama maknanya dengan integrity.

Konon katanya, work ethos ini sudah diimplementasikan diberbagai aktifitas pekerjaan di zaman kuno dulu, baik itu di Yunani maupun diberbagai bangsa besar di zaman kuno dulu. Artinya, sejak zaman kuno kehidupan kerja manusia telah dihubungkan dengan tanggung jawab moral, etika, dan spiritual.

Perusahaan-perusahaan di zaman sekarang sudah semakin memahami pentingnya tanggung jawab moral, etika, dan spiritual karyawan dalam menjalankan fungsi dan peran kerja. Sebab, saat seorang karyawan memahami tanggung jawab kerjanya secara etika, moral dan spiritual, maka dirinya secara otomatis sudah tahu apa yang harus dikerjakan; sudah tahu apa yang harus dilakukan; dan sudah tahu apa yang harus dipertanggungjawabkan kepada perusahaan dan pimpinan.

Sumber : http://djajendra-motivator.com/?p=950

Sunday, March 11, 2012

Etos Kerja Unggul (Bagian II)

Etos #4 Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi*) adalah proses mengubah potensi menjadi realita, menjadi kinerja dan menjadi prestasi yang terbaik. Ada dua pengalaman pribadi yang dapat digunakan untuk melukiskan Kerja adalah Aktualisasi. Pertama, Ketika Usia penulis menginjak 26 tahun, puji Tuhan penulis dipercaya Tuhan bekerja sebagai Konsultan nasional di suatu proyek pendidikan, awalnya penulis canggung harus mengajar orang-orang yang usia dan gelarnya lebih tinggi. Pimpinan penulis waktu itu memberikan motivasi untuk terus melatih diri, dan penulis pun terus mengupgrade kemampuan, hingga akhirnya bisa menjalankan tugas dengan baik. Setiap kita memiliki potensi yang diberikan Tuhan, terkadang kita tidak menyadari bahwa kita memiliki potensi tersebut. Pengalaman kedua, Penulis tidak pernah menduga jika punya potensi menjadi seorang penulis naskah film pendidikan. Penulis baru menyadarinya ketika berusia 30 tahun, yaitu ketika pertama kali mendapat project dan mengerjakan project penulisan naskah film. Awalnya naskah film yang dibuat sangat sederhana dan banyak kekurangan. Puji Tuhan ada reorder berulang kali menulis naskah film, yang membuat penulis semakin lancar, tajam, lengkap, teliti, dan komunikatif dalam menulis. Dua pengalaman tadi adalah contoh mengubah potensi menjadi realita dan menjadi prestasi yang terbaik.

Aktualisasi memerlukan kerja keras. Tuhan juga menginginkan anak-anak-Nya menjadikan kerja sebagai aktualisasi diri. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan..Efesus 4:28. Orang yang tidak mengaktualisasikan diri, merasa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, padahal jika ia bekerja keras Ia akan mendapat hasil yang mungkin belum pernah dipikirkan, jika terus tekun dilakukan akan menjadi berkat bagi banyak orang.

Etos #5 Kerja adalah Ibadah.

Event-event Pakars baik CMPC maupun Forward, beberapa tulisan di web Pakars sudah banyak membahas akan hal ini, tapi baiklah kita uraikan lagi secara singkat akan hal ini. Pemisahan dunia kerja yang sebelumnya dikenal sebagai dunia sekuler, dengan gereja sebagai dunia yang rohani adalah tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kehidupan dunia kerja juga merupakan kehidupan yang rohani. Prinsip kebenaran Firman Tuhan yang sering dikompromikan di dunia kerja (karena menganggap bukan rohani), secara tegas di tentang dalam paradigma ini. Apa yang dilakukan dalam dunia kerja adalah hal yang suci dan rohani, karena itu cara-caranya juga harus mencerminkan kebenaran Firman Tuhan.

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati�Roma 12:1.

Ibadah yang sejati menurut ayat di atas adalah mempersembahkan tubuh, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Ketika kita bekerja tentu saja tubuh kita yang melakukan pekerjaan, mata untuk membaca / mengamati / menganalisa, mulut untuk berbicara/ bernegosiasi / bernyanyi, tangan untuk menulis / mengemudi / mengetik, dan lain-lain� jika kita melakukan pekerjaan itu sebagai bentuk persembahan kepada Allah, maka itu akan menjadi sebuah ibadah yang sejati.

Intinya adalah kita mempersembahkan seluruh kehidupan kita untuk Tuhan, baik dalam keluarga, masyarakat, termasuk di dunia kerja kita. Jika kita menunjukkan semua yang kita lakukan untuk Tuhan maka kita akan menghasilkan yang terelok, termulia, teragung untuk DIA.

Suatu cerita menarik ditulis oleh Jansen Sinamo di buku 8 etos kerja unggul. Ada dua orang tukang batu, yang pertama ingin mendirikan bangunan, namun ia selalu mengeluh karena bekerja berat di bawah terik matahari dengan gaji kecil. Dia merasa dirinya malang, hatinya susah, semangat kerjanya pas-pasan. Baginya bekerja adalah keterpaksaan, bahkan penderitaan. Tetapi dia harus bekerja untuk bertahan hidup bagaikan kerakap yang tumbuh di batu tembok tua. Tukang batu kedua membangun dengan suatu kesadaran bahwa tembok yang ia bangun adalah bakal Pura agung. Ia bekerja tidak sekedar untuk upah, tapi ia menemukan kesempatan untuk mengabdi kepada Tuhan-nya lewat pekerjaanya menyusun batu-bata.

Persembahkanlah pekerjaanmu untuk Tuhan itu adalah ibadahmu yang sejati!

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia�Kolose 3:23

Etos #6 Kerja adalah Seni.

Kerja adalah seni, tidak dimaksudkan untuk bidang seni-seni tertentu, tetapi seni yang sering dikaitkan dengan keindahan / estetika, kreativitas, sukacita / menggembirakan hati. Kerja adalah Seni, yang mendatangkan kesukaan dan gairah, umumnya bersumber pada aktivitas-aktivitas artistik, kreatif dan imajinatif. Pekerjaan Teknikpun memiliki unsur seni, mahafisikawan Albert Einstein ketika berhasil merumuskan hukum fisika dalam persamaan matematika, bukan hanya berkata bahwa persamaan tersebut adalah benar, tetapi juga berseru takjub,�Indah.� *) Sewaktu penulis kuliah di Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, para dosen mengajarkan bahwa Teknik Kimia 50% adalah seni dan 50% lagi adalah Teknik, artinya ada banyak cara / kreativitas untuk menghasilkan sesuatu dengan perhitungan-perhitungan teknik. Untuk memproduksi barang �X�, bisa digunakan alat A, atau B, atau C, atau gabungannya, model alat A-pun macam-macam, alat masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, perlu daya imajinatif dan perhitungan teknik sebelum memutuskan. Yopy Halomoan, seorang trainer/ speaker tentang Leadership mengatakan bahwa Leadership adalah seni, penerapan ilmunya bervariasi. Untuk memimpin 1 kelompok orang, bisa berbeda-beda cara untuk masing-masing orang. Untuk memimpin 1 orang saja, bisa berbeda-beda cara untuk kegiatan-kegiatan berbeda. Belum lagi untuk kelompok-kelompok orang yang berbeda, dengan kegiatan yang berlain-lainan, sangat banyak cara menuntut kecerdasan (baik intelektual, emotional, spiritual) dan kreativitas.

Secara mental, bekerja seni antara lain tampak dari kemampuan berpikir tertib, sistematik, dan konseptual; cerdas dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah; menggagas pikiran-pikiran yang inovatif dan imajinatif, menghasilkan desain-desain proses, produk atau solusi secara genuine*).

Belajar dari seorang seniman yang menggunakan media kanvas, cat, kuas untuk menghasilkan lukisan yang bagus, ia sangat menikmati dan antusias dalam pekerjaannya, demikianlah semestinya kita dalam pekerjaan kita. Seorang guru menggunakan media alat tulis, buku pegangan guru, sumber-sumber belajar, alat-alat peraga, dll untuk menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Seorang Bankir menggunakan media nasabah, rumus bunga, computer, internet, relasi, konsep perbankan, aturan perusahaan, visi, misi, ruang tamu dll untuk menghasilkan pencapaian target, dan kemajuan perusahaan. Baik guru, bankir, dan orang-orang bekerja lainnya menggunakan media-media tersebut untuk menghasilkan karya-karya. Tidak saja media yang digunakan, tetapi proses dalam melakukanya dapat dinikmati dan dilakukan dengan antusias penuh sukacita, itulah kerja sebagai seni.

Tuhan juga mengajarkan bahwa kerja adalah seni�Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir..Pengkotbah 3:11.

Tuhan membuat segalanya dengan penuh kecerdasan dan kreativitas, dan pada waktu yang tepat, hasil pekerjaannya nampak indah, dan mengagumkan, sehingga kitapun tidak dapat memahami sepenuhnya pekerjaan-pekerjaan Allah.

�Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan...� Roma 1:20

Keterangan: *) adalah tulisan yang diambil dari buku �8 Etos Kerja Profesional�, karya Jansen H. Sinamo.

Sumber : http://www.pakarsindonesia.org/artikel/etos-kerja-unggul-bagian-2

Saturday, March 10, 2012

Etos Kerja Unggul (Bagian I)

Topik yang akan banyak dikupas dalam renungan dan pengajaran minggu-minggu ini adalah tentang �Etos Kerja�. Pemilihan topik ini untuk mengingat kembali pelajaran dari Guru Etos Indonesia, Jansen Sinamo, yang pernah menjadi keynote speaker pada event tahunan PAKARS INDONESIA yaitu CMPC (Christian Marketplace Conference) yang pertama di Wisma Sukanagalih, Puncak tahun 2007 lalu.

Sebagaimana diungkapkan oleh Jansen Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, Pelajaran ini bukanlah suatu pelajaran yang muncul karena trend dan akan usang seiring berjalannya waktu, karena 8 etos dipangkalkan pada delapan konsep agung yang sifatnya abadi.

Tulisan ini juga tidak dimaksudkan hanya menjadi sebuah resume terhadap apa yang disampaikan Guru Etos, tapi akan lebih memperkaya pengajarannya dari sudut pandang alkitab, sehingga kita sebagai karyawan, professional dan pebisnis hidup dengan etos kerja unggul sesuai alkitab.

Pengertian Etos Kerja
Etos kerja adalah Sikap dan Perilaku Kerja yang lahir dari seseorang, organisasi/ komunitas yang menganut, mempercayai, dan berkomitmen pada suatu paradigma kerja tertentu. Sebagai contoh*) Pada permulaan 1960-an data-data ekonomi Korea Selatan dan Ghana nyaris sama, tingkat kesejahteraan rakyat hampir sama. Namun setelah 30 tahun kondisi 2 negara tersebut, bagai langit dan bumi, Korea Selatan tumbuh menjadi negara industri yang disegani, termasuk dalam 14 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia, sedangkan Ghana tetap di tempat sebagai negara miskin. Mengapa bisa demikian? Jawabannya adalah karena perbedaan Etos. Korsel memiliki etos kerja keras, disiplin, berhemat, menabung dan mengutamakan pendidikan, tidak demikian dengan Ghana.

8 Etos Kerja Profesional dari sudut pandang Alkitab

Ada 8 Etos Kerja yang disampaikan Guru Etos dan saat ini akan lebih banyak kita pelajari dari sudut pandang Alkitab.

Etos #1 Kerja adalah Rahmat

"Aku bekerja tulus penuh syukur"
Menurut Kamus*) rahmat adalah kebaikan yang kita terima tanpa kualifikasi, tanpa syarat. Jika kita kaitkan dengan paradigma �Kerja adalah rahmat�, sekilas nampaknya aneh mengingat di jaman yang sangat kompetitif ini kemampuan,kualifikasi, prestasi orang diperhitungkan untuk memperoleh suatu pekerjaan, kenaikan jabatan, dll. Namun jika kita telusuri sebenarnya kemampuan/ kesanggupan yang kita miliki adalah rahmat dari Tuhan��Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah (2 Korintus 3:5)�.

Tuhanlah yang memberikan kita kemampuan untuk bekerja, untuk memperoleh penghasilan yang merupakan sarana yang diberikan Allah untuk memelihara kita dan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Ulangan 8:18 (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.

Selepas menyelesaikan studi S-1 di Semarang, Penulis merantau ke Jakarta, mulailah suatu babak baru mencari pekerjaan yang sangat sulit, tidak kurang dari 71/2 bulan Penulis berjuang mencari pekerjaan. Pada masa-masa mengganggur yang cukup lama dan berat, mengingat minimnya kompetensi penulis saat itu, munculan pemahaman penulis bahwa jika dapat pekerjaan itu adalah anugerah, dan munculah suatu komitmen untuk tidak menyia-nyiakan anugerah pekerjaan jika diterima bekerja nantinya. Singkat kata akhirnya penulis mendapat suatu pekerjaan, yang walaupun berbeda dari background pendidikan dan gaji yang relatif kecil, namun penulis sadar bahwa pekerjaan adalah rahmat dan menerimanya dengan ikhlas dan ucapan syukur, hal ini ditunjukkan dengan kesungguhan dalam bekerja. Kesadaran bahwa Kerja adalah Rahmat membuat penulis bekerja extramile, tiba lebih awal dari karyawan yang lain dan pulang lebih lama dari karyawan yang lain. Sekalipun dengan gaji kecil, Penulis tidak bersungut-sungut dan tetap mempercayai bahwa Tuhanlah yang menggaji, perusahaan hanyalah perantara, Tuhan yang akan mencukupi semua kebutuhan. Waktupun berjalan hingga kini, Penulis yang dulunya masih single sekarang sudah mempunyai anak dan Tuhan selalu mencukupi kebutuhan yang meningkat. Tuhan memberikan rahmat kepada Penulis untuk memiliki pekerjaan baru yang lebih besar tanggung jawabnya dan lebih baik penghasilannya jauh dari sebelumnya, yang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan dan lebih lagi untuk menjadi berkat. Kepercayaan bahwa bekerja adalah rahmat menyebabkan penulis bekerja tulus penuh syukur.

Etos #2 Kerja adalah Amanah

"Aku bekerja benar penuh tanggung jawab"
Amanah per definisi*) adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita, contohnya adalah seorang bapak yang sadar bahwa anak adalah titipan Tuhan (amanah), maka dia memiliki rasa tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya. Contoh lainnya, Suatu ketika rekan kerja penulis akan mengadakan pesta perkawinan anaknya, lalu ia mengundang penulis untuk datang. Ia memberikan 2 Undangan kepada penulis, satu untuk penulis dan satu lagi untuk kolega penulis yang juga ia kenal. Penulis yang sadar bahwa titipan itu adalah amanah, berhati-hati dalam menyimpan undangan agar tidak kusut atau terselip, dan tidak menunda-nunda untuk memberikan undangan kepada koleganya, dengan demikian penulis berusaha melaksanakan amanah dengan baik dan benar.

Kisah perumpamaan talenta dalam Matius 25:14-30 adalah gambaran Kerja adalah amanah� �Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat..Mat 25:14-15�

Hamba-hamba itu menerima amanah dari tuannya, hamba yang menerima 5 talenta segera pergi dan menjalankan amanah dari Tuhannya, ia memperoleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta melakukan hal yang sama dan memperoleh laba dua talenta. Namun, hamba yang menerima satu talenta tidak menjalankan amanah, ia menyimpan talenta dan tidak menjalankannya, sebenarnya ia tahu bahwa ia mendapat amanah dan harus menjalankan talentanya. Setelah tuannya datang kembali, kepada hamba yang telah menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab, ia berkata:
�Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu�Matius 25:21�.

Tetapi kepada hamba yang tidak menjalankan amanah Ia berkata:�Hai kamu, hamba yang malas dan jahat� Matius 25:26a�. Kerja adalah sebuah amanah, jika kita melakukan dengan benar dan penuh tanggung jawab, maka Tuhan akan memberikan kepercayaan atau amanah yang lebih besar kepada kita. Setialah dalam amanah yang kecil, ia akan memberikan amanah yang lebih besar.

Etos #3 Kerja adalah Panggilan

"Aku bekerja penuh Integritas"
Jansen Sinamo dan Paulus Bambang Ws, keduanya adalah pakar SDM yang pernah menjadi keynote speaker dalam event tahunan pakars CMPC (Christian Marketplace Conference), keduanya adalah contoh orang yang bekerja memenuhi panggilannya. Sekalipun Jansen Sinamo dulunya sebagai seismic engineer di industry perminyakan, namun ia melangkah memenuhi panggilannya untuk bekerja di dunia SDM (Sumber Daya Manusia). Demikian juga Paulus Bambang yang sudah menapaki karir yang cemerlang sebagai Vice President PT. United Tractors, tetap mengikuti panggilannya di dunia SDM. Eduar Moninyong seorang sarjana lulusan ITB yang memiliki karir cemerlang di pekerjaannya menyadari panggilannya sebagai seorang pendeta, kini ia mengikuti panggilan agung Tuhannya dan melayani sebagai Gembala Sidang. Ada banyak nama yang dulunya karyawan, akhirnya keluar dari pekerjaan dan sukses berbisnis dengan memegang nilai-nilai moral karena menyadari panggilannya untuk berbisnis.

Orang-orang yang bekerja sesuai panggilannya akan bekerja dengan lebih unggul daripada bekerja hanya dengan motivasi mencari uang saja. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan sudah merancangkan suatu pekerjaan yang baik untuk kita, pekerjaan baik itu adalah panggilan kita.

Efesus 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Rasa keterpanggilan juga bisa datang dari Negara atau organisasi manapun, juga bisa dari situasi khusus. Perkara-perkara agung seperti kemanusiaan, perdamaian, keadilan, dan kebenaran, selalu memanggil manusia untuk berbuat. PAKARS Indonesia sebagai organisasi yang memiliki Visi menjadi pusat kerasulan ekonomi di Indonesia, terpanggil untuk mentransformasi desa miskin, mengangkat kesejahteraan orang tidak mampu. Orang-orang yang berada di dalam organisasi PAKARS bekerja memenuhi panggilan organisasi tersebut.

�Karena itu, saudara-saudara, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukanya, kamu tidak akan pernah tersandung� 2 Petrus 1:10�

Keterangan: *) adalah tulisan yang diambil dari buku �8 Etos Kerja Profesional�, karya Jansen H. Sinamo.

Sumber : http://pakarsindonesia.org/artikel/etos-kerja-unggul-bagian-i

Tuesday, January 31, 2012

Pengertian Etos Kerja

Apa pengertian etos kerja? Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Pada Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.

Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika; ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak.

Dalam perjalanan waktu, nilai-nilai etis tertentu, yang tadinya tidak menonjol atau biasa-biasa saja bisa menjadi karakter yang menonjol pada masyarakat atau bangsa tertentu. Muncullah etos kerja Miyamoto Musashi, etos kerja Jerman, etos kerja Barat, etos kerja Korea Selatan dan etos kerja bangsa-bangsa maju lainnya. Bahkan prinsip yang sama bisa ditemukan pada pada etos kerja yang berbeda sekalipun pengertian etos kerja relatif sama. Sebut saja misalnya berdisplin, bekerja keras, berhemat, dan menabung; nilai-nilai ini ditemukan dalam etos kerja Korea Selatan dan etos kerja Jerman atau etos kerja Barat.

Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya. Bila pengertian etos kerja re-definisikan, etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat.

Bagaimana etos kerja putra-putri Indonesia? Di republik ini, Jansen Sinamo menyajikan 8 Etos Kerja Professional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kerja adalah Rahmat
2. Kerja adalah Amanah
3. Kerja adalah Panggilan
4. Kerja adalah Aktualisasi
5. Kerja adalah Ibadah
6. Kerja adalah Seni
7. Kerja adalah Kehormatan
8. Kerja adalah Pelayanan

Namun demikian, di website ini disodorkan etos kerja baru, yaitu etos kerja Pancasila, untuk membedakannya dari istilah-istilah yang ada.

Renungan:
1. Menurut Anda, apa pengertian etos kerja?
2. Apa ciri-ciri etos kerja masyarakat dan bangsa kita secara umum?
3. Bagaimana mengubah etos kerja itu menjadi etos kerja yang lebih baik?
4. Apa yang akan Anda lakukan untuk memperbaiki etos kerja Anda?

Sumber : http://www.putra-putri-indonesia.com/pengertian-etos-kerja.html

Tuesday, August 30, 2011

Sukses Dengan Kerja Keras dan Kerja Cerdas

Mencapai sebuah kesuksesan mungkin tidaklah semudah apa yang kita bayangkan. Baik sukses dalam berkarir, sukses dalam berbisnis, maupun sukses dalam menjalankan kehidupan semuanya membutuhkan sebuah proses dan kerja keras untuk bisa mencapainya.

Meskipun begitu, mengandalkan otot dan tenaga untuk selalu bekerja keras ternyata tidaklah cukup untuk menggapai sukses yang kita inginkan. Dibutuhkan adanya perencanaan, strategi dan pemikiran yang kreatif untuk bisa mempermudah proses pencapaian tersebut. Hal itulah yang membuat seseorang membutuhkan keselarasan antara kerja keras dan kerja cerdas untuk bisa mencapai puncak suksesnya.

Apa itu kerja keras dan kerja cerdas?
Tentu semua orang sudah tidak asing lagi dengan istilah kerja keras. Yang dimaksud dengan kerja keras adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang melakukan sebuah usaha dengan sekuat tenaga, bahkan terkadang menghabiskan waktu yang cukup lama untuk bisa menggapai apa yang telah dicita-citakannya. Biasanya para pekerja keras lebih mengandalkan semangat dan tenaga mereka untuk menggapai tujuan yang ingin mereka raih.

Sedangkan kerja cerdas adalah bagaimana cara kita untuk bisa lebih produktif dalam memanfaatkan waktu dan peralatan yang telah kita miliki sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih baik dan lebih cepat dari target yang telah ditentukan. Inilah yang membedakan kerja keras dan kerja cerdas, bila kerja keras lebih mengandalkan otot dan tenaga, kerja cerdas lebih menggunakan kreativitas dan inovasi-inovasi baru untuk menghasilkan ide atau solusi yang paling efektif.

Karenanya mulailah dengan menentukan pekerjaan mana yang menghasilkan nilai lebih, kerjakan dengan menggunakan kekuatan kreativitas untuk mendapatkan ide maupun cara penyelesaian yang terbaik, dan gunakan pula kekuatan daya ungkit untuk mempercepat hasil kerja yang Anda inginkan.

�Efisiensi adalah mengangkat balok ke atas bukit dengan truk dan bukannya dipanggul.�
(Henry Ford)

Semoga informasi sukses dengan kerja keras dan kerja cerdas ini bisa memberikan motivasi baru bagi para pembaca maupun pelaku usaha yang sedang berjuang mencapai puncak kesuksesannya. Teruslah berkarya, jangan pernah takut untuk mencoba dan salam sukses. Kalau kami bisa, Anda pun pasti bisa !!!

Sumber : http://bisnisukm.com

Monday, August 22, 2011

Keterbatasan Lahirkan Etos Kerja Tinggi

Etos kerja atau semangat kerja orang-orang Jepang-Korea-China yang dikenal sangat tinggi, sangat menarik untuk dikaji secara mendalam.



"Memahami tingginya etos kerja bangsa Jepang-Korea-China merupakan salah satu bekal 'soft skill' untuk dijadikan tauladan bagi para mahasiswa dalam menuntut ilmu dan memasuki dunia kerja nantinya," ungkap Suhartini SS MA Kaprodi Bahasa Jepang Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), dalam acara diskusi yang bertempat di kampus FIB (Fakultas Ilmu Bahasa) UTY Jalan Prof Dr Soepomo SH (Janturan) Yogyakarta bertema ''Etos Kerja Bangsa Jepang, Korea, dan China''.



Para narasumber yang terdiri atas Lucinda MLett peneliti budaya Jepang, Yuliawati Dwi Widyaningrum MA peneliti budaya Korea, dan Drs Erwan Tirta seorang praktisi budaya China menyampaikan, bahwa Jepang-Korea-China merupakan tiga negara di kawasan Asia timur yang memiliki kesamaan ras, sejarah, dan kondisi alam.



Mereka berasal dari ras Mongoloid, yang dalam sejarahnya diikat oleh satu faham Konfusianisme yang sangat menjunjung tinggi penghormatan pada tradisi nenek moyang. Adapun kondisi alam ketiga negara tersebut merupakan daratan yang tandus dengan perubahan iklim yang ekstrim, dan sering tertimpa bencana alam.



Dari hasil penelitian para narasumber, menunjukkan bahwa keterbatasan alam telah mendorong mereka untuk bekerja lebih keras, lebih kreatif dan inovatif. Perubahan iklim yang ekstrim membuat mereka lebih disiplin terhadap waktu, dan selalu memiliki persiapan untuk menghadapi musim yang ekstrim, khususnya musim dingin.



Cadangan Devisa



Sementara seringnya terjadi bencana alam membuat mereka lebih tabah dan tangguh serta tidak pantang menyerah dalam menjalani hidup yang seringkali harus diawali dari nol lagi. Setelah usai Perang Dunia II tahun 1945, ketiga negara tersebut termasuk negara miskin, namun dengan etos kerja yang sangat tinggi, kini mereka memiliki pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran cukup tinggi setara dengan negara-negara maju.



Kini cadangan devisa China tertinggi di dunia yaitu US$ 3,1 triliun, Jepang urutan 2 sebesar US$ 1,139 triliun, sedangkan Korea US$ 299 miliar. Nilai barang dan jasa yang diproduksi atau Produk Domestik Brutto (PDB) th 2010, Jepang US$ 5 triliun, China US$ 4,99 triliun, dan Korea US$ 1,1 triliun. Pendapatan perkapita tahun 2010 Jepang US$ 37.800, Korea US$ 20.759, sedang China terus meningkat mengikuti Jepang dan Korea.



Menurut Suhartini, diskusi tersebut dapat menggugah kesadaran para mahasiswa bahwa keterbatasan bukanlah kendala, namun sebaliknya merupakan cambuk untuk terus maju untuk menggapai impian bersama, sebagaimana impian bangsa Jepang-Korea-China untuk menjadi negara yang makmur dan maju, serta kini sudah menjadi kenyataan.



Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/06/29/89545/Keterbatasan-Lahirkan-Etos-Kerja-Tinggi



Wednesday, August 17, 2011

YLKI: Cuti Bersama Ingkari Etos Kerja

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Lampung Subadra Yani menilai, kebijakan cuti bersama mengingkari etos karyawan, khususnya pegawai negeri sipil (PNS).



"Pegawai itu dalam satu minggu ada dua kali libur secara nasional, yakni Sabtu-Minggu, ditambah adanya tanggal merah, mestinya tidak perlu ada libur secara bersamaan yang dapat mengarah pada korupsi waktu," kata Subadra di Bandar Lampung, Kamis (2/6/2011).



Menurut Subadra, dengan adanya libur panjang, otomatis mengganggu kinerja pegawai yang berdampak pada molornya penyelesaian kepentingan umum.



Dia mencontohkan, sehari menjelang cuti bersama, para PNS sudah mencuri waktu untuk pulang lebih awal dari hari kerja normal.



"Kalaupun memang sudah menjadi kesepakatan bersama pemangku kebijakan, semestinya para pegawai tetap konsisten dengan waktu kerjanya sebelum jatuh waktu libur," kata Subadra.



Dampaknya, menurut dia, sejumlah pelayanan publik menjadi terhambat. Dia juga mengimbau agar unit-unit pelayanan publik untuk tetap buka selama waktu libur panjang.



"Rumah sakit hingga unit terkecil seperti puskesmas diupayakan diberlakukan sistem piket dan jangan sampai tutup," katanya.



Selain itu, unit pelayanan umum lainnya, seperti kantor samsat, pelayanan PLN, serta PDAM juga agar memberlakukan sistem piket bagi petugasnya.



Akhir pekan ini, PNS Lampung kembali libur panjang. Gubernur Lampung Sjahroedin ZP mengeluarkan surat edaran Nomor 061.2/1635/11/2011, yang menetapkan hari Jumat (3/6/2011) sebagai hari libur cuti bersama, menyambut Kenaikan Isa Almasih.



Sumber : http://regional.kompas.com

Monday, August 23, 2010

Tips Meminimalkan Kesalahan Kerja

Kesalahan seperti lupa meletakkan dokumen penting, menghilangkan file di komputer, salah menghubungi klien, salah kirim email, merupakan beberapa kesalahan yang terjadi akibat kecerobohan. Selebihnya, kesalahan yang kerap terjadi di kantor disebabkan karena sistem kerja Anda tidak sempurna dan kurangnya koordinasi. Tidak atau belum menguasai pekerjaan dengan baik juga bisa menjadi pemicu terjadinya pelbagai kesalahan di kantor. Selain itu, konsentrasi yang terpecah-pecah juga bisa menimbulkan kesalahan.



Untuk meminimalkan kesalahan yang akan terjadi, coba simak kiatnya berikut ini:



1. Sempurnakan Sistem Kerja



Sistem kerja yang lebih teratur akan menghindarkan Anda dari kesalahan-kesalahan. Jadi, perbaiki sistem kerja Anda. Buatlah urutan kerja yang jelas, saat Anda baru tiba di kantor sampai Anda beranjak pulang. Hal ini akan meminimalkan kesalahan yang akan terjadi.



2. Lakukan Koordinasi



Koordinasikan pekerjaan Anda dengan atasan dan rekan. Apalagi jika Anda berada dalam satu tim. Koordinasi ini mutlak Anda lakukan. Sehingga semua mengetahui dan memahami tugas masing-masing dan tidak terjadi kesalahpahaman.



3. Asah Keterampilan dan Kemampuan Kerja



Dengan kemampuan dan keterampilan yang maksimal, Anda akan lebih menguasai pekerjaan. Sehingga, pelbagai kesalahan yang mungkin terjadi dapat diantisipasi.



4. Tingkatkan Konsentrasi



Konsentrasi yang terpecah belah bisa dipastikan sangat mengganggu kinerja Anda. Tanpa konsentrasi, Anda akan lebih mudah melakukan kesalahan. Maka, saat jam kerja fokuskan pikiran Anda hanya pada kerjaan. Enyahkan pikiran-DBU2013pikiran lain yang mengganggu.



5. Hindari Stres

Bekerja dalam keadaan stres merupakan penyebab utama terjadinya kesalahan. Maka, jika Anda stres karena dililit pelbagai masalah, selesaikan dahulu masalah Anda. Hati dan pikiran yang tenang akan memudahkan Anda dalam menyelesaikan pekerjaan.



Sumber: Diksi, Bekerja itu Bahagia, hal 81-83



Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)