Kerajinan dari sampah plastik merupakan kerajinan yang bisa menjadi alternatif peluang usaha di sekeliling kita. Seperti diketahui Plastik merupakan bahan kebutuhan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Akan tetapi sisa sampah dari plastik menjadi permasalahan tersendiri bagi kehidupan. Karena Sampah plastik merupakan limbah rumah tangga yang sangat sulit untuk diuraikan berbeda dengan sampah organik yang cepat bisa terurai. Untuk menguraikan sampah plastik diperlukan waktu yang sangat lama bisa berpuluh-puluh tahun, sampah organik bisa diurai dan diubah menjadi kompos dalam beberapa hari saja (Lihat Pengolahan sampah ornganik ). Di lain sisi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari justru semakin meningkat sehinga problem semakin pelik. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan yang berasal dari plastik atau mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat . Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka Kerajinan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Peluang usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi akibat sampah plastik.
Salah satu yang telah menekuni bisnis Kerajinan sampah plastik adalah Ibu Fajar Purwaningsih, Ibu yang berprofesi sebagai guru TK ini di rumahnya di Perum Taman Sedayu E3, Metes, Argorejo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Sampah-sampah plastik limbah telah berhasil disulapnya menjadi aneka kerajinan yang memiliki nilai seni dan ekonomis. Memulai usaha pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan bukanlah perkara yang mudah. Banyak orang yang sinis bahkan menghina saat dia mencari-cari sampah bekas, bahkan anaknyapun sempat bertanya apakah dia bekerja sebagai pemulung. Tetapi semua itu hanya cerita lalu, sekarang justru banyak orang yang ingin belajar darinya cara membuat kerajinan sampah plastik yang bernilai ekonomis dan seni yang tinggi. Bahkan Fajar Purwaningsih malah harus sering keluar rumah untuk memberi penyuluhan, pembelajaran bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang ini kepada pihak-pihak yang mengundangnya untuk memberi pelatihan seperti kelompok PKK atau darma wanita, lembaga sekolah.
Pada saat mengawali membuat kerajinan daur ulang ini, ia hanya bisa membuat barang-barang yang sederhana seperti sandal dan tas.Sejak tahun 2007 itu, setelah menjadi mitra salah satu perusahaan penyedia produk toilet tries, Fajar mampu membuat produk baru seperti tas laptop dan payung. Saat ini ia sangat sibuk karena harus mengurusi usahanya yang telah berkembang tidak hanya sebatas memproduksi kerajinan saja tapi juga sudah melangkah dengan memberikan kursus kerajinan daur ulang sampah kering serta pelatihan pengolahan sampah di Pusat Kerajinan Daur Ulang Sampah Kering yang diberi nama Radite Collection.
Cara Mengolah Sampah Plastik Menjadi Kerajinan
Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit.
Saat ini kerajinan dari sampah plastik telah menjadi produk fashion tersendiri yang berasal dari barang daur ulang atau bisa disebut trashion. Trashion ini artinya fashion dari sampah.Dengan menjadi trashion nanti, produk kerajinan daur ulang sampah kering akan bisa dinikmati tidak saja kalangan masyarakat menengah ke bawah tapi juga kalangan menengah atas yang biasanya sangat memperhatikan kualitas produk kerajinan yang akan dibeli. (Galeriukm).
Sumber:
1. http://griyagawe.com/2010/02/fajar-purwaningsih-perajin-sampah-daur-ulang/.
2. Sumber Gambar Tas : http://www.sukunan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5:mengubah-sampah-plastik-menjadi-produk-kerajinan-kreatif&catid=20:kerajinan-sampah-plastik&Itemid=18
3. http://galeriukm.web.id/unit-usaha/handicraft/kerajinan-sampah-plastik
Wednesday, September 7, 2011
Merangkai Laba dari Tas Lidi
Dari masa ke masa, tas menjadi perlengkapan tak terpisahkan bagi kaum hawa. Dalam setiap aktivitasnya, perempuan selalu menenteng barang satu ini. Jangan heran jika produsen tas juga rajin menggelontorkan model baru ke pasar.
Bahkan, untuk membuat produk ini berbeda, tak jarang produsen melakukan pelbagai inovasi. Salah satunya, membuat tas dari bahan sapu lidi. Salah satu produsennya adalah Sutarpi.
Ide membuat tas drai lidi ini terbersit dui benak Sutarpi saat ia mencari bahan baku tas yang lebih murah. �Ketika krisis, saya mencari ide mendapatkan bahan baku tas yang murah,� tutur perempuan yang telah menggeluti usaha produksi tas sejak 1994 ini.
Bermodalkan duit Rp 1 juta buat membeli batang-batang lidi, sejak awal 2008, perempuan berusia 35 tahun ini mulai menjalankan produksi tas berbahan baku lidi.
Dibantu empat orang karyawan, Sutarpi merangkai batang-batang lidi menjadi sebuah tas. Tentu, batang lidi itu sebelumnya telah diwarnai agar lebih menarik.
Di kawasan Wirobrajan, Yogyakarta, Sutarpi mulai memperkenalkan tas lidi buatannya itu ke masyarakat.Meski terbilang barang baru, ternyata banyak yang kecantol dengan tas lidi Sutarpi.
Dalam waktu singkat, ia bisa meraup omzet Rp 300.000 sehari dari jualan tas lidi. �Ini kan jenis baru. Jadi, banyak orang suka dengan tas lidi saya,� katanya.
Permintaan yang terus meningkat memaksa Sutarpi menambah jumlah karyawannya menjadi enam orang. Bahkan, ia kadang harus menambah jumlahnya menjadi 10 orang, jika ada pesanan dalam jumlah besar.
Sejauh ini, Sutarpi relatif tidak menemui kesulitan soal pasokan bahan baku. Sebab, selain harga lidi relatif murah, barangnya juga mudah didapat. �Saya membelinya di pasar,� ujarnya.
Pembeli dari India
Setiap hari, Sutarpi mampu memproduksi 10 model tas dengan jumlah total 100 unit. Namun, jika ia kebetulan sedang membuat model agak susah, produksinya hanya 50 tas per hari. Harga tas bervariasi, mulai Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per unit, tergantung model dan kualitas.
Sutarpi mengaku bisa meraup omzet sampai Rp 750.000 per hari. �Marjin masing-masing tas mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 5.000,� ungkapnya.
Selama ini, pembeli tas lidi Sutarpi tak terbatas pada masyarakat Yogyakarta. Ada beberapa pelanggan dari Jakarta, Medan, bahkan India. �Pembeli dari India rutin memesan setiap tiga bulan sekali,� katanya bangga.
Bicara soal pemasaran, Sutarpi menggunakan dua cara: tradisional dan modern. Cara tradisional adalah dengan menjajakan sendiri barang dagangannya hingga menitip ke kios. Sedangkan cara modern, ia memasarkan produknya lewat dunia maya. �Tapi, selama ini, promosi lewat internet masih belum maksimal,� akunya.
Bagi Anda yang tertarik mencoba bisnis tas lidi ini, ada beberapa tip menarik dari Sutarpi.
Pertama, siapkan modal minimal Rp 1 juta buat membeli bahan baku lidi. �Perkiraan saya, uang segitu mampu memproduksi hingga 50 tas lidi per hari,� ujar Sutarpi.
Kedua, cari pekerja yang ulet dan mahir merangkai lidi menjadi tas nan apik. Maklum, membuat tas ini cukup sulit.
Ketiga, Anda harus jeli melihat selera pasar yang mudah berubah. �Makanya, sekarang saya memadukan bahan lidi dengan aksesori akar wangi, enceng gondok, dan bahan lainnya,� papar Sutarpi.
Sumber : http://nasional.kompas.com
Bahkan, untuk membuat produk ini berbeda, tak jarang produsen melakukan pelbagai inovasi. Salah satunya, membuat tas dari bahan sapu lidi. Salah satu produsennya adalah Sutarpi.
Ide membuat tas drai lidi ini terbersit dui benak Sutarpi saat ia mencari bahan baku tas yang lebih murah. �Ketika krisis, saya mencari ide mendapatkan bahan baku tas yang murah,� tutur perempuan yang telah menggeluti usaha produksi tas sejak 1994 ini.
Bermodalkan duit Rp 1 juta buat membeli batang-batang lidi, sejak awal 2008, perempuan berusia 35 tahun ini mulai menjalankan produksi tas berbahan baku lidi.
Dibantu empat orang karyawan, Sutarpi merangkai batang-batang lidi menjadi sebuah tas. Tentu, batang lidi itu sebelumnya telah diwarnai agar lebih menarik.
Di kawasan Wirobrajan, Yogyakarta, Sutarpi mulai memperkenalkan tas lidi buatannya itu ke masyarakat.Meski terbilang barang baru, ternyata banyak yang kecantol dengan tas lidi Sutarpi.
Dalam waktu singkat, ia bisa meraup omzet Rp 300.000 sehari dari jualan tas lidi. �Ini kan jenis baru. Jadi, banyak orang suka dengan tas lidi saya,� katanya.
Permintaan yang terus meningkat memaksa Sutarpi menambah jumlah karyawannya menjadi enam orang. Bahkan, ia kadang harus menambah jumlahnya menjadi 10 orang, jika ada pesanan dalam jumlah besar.
Sejauh ini, Sutarpi relatif tidak menemui kesulitan soal pasokan bahan baku. Sebab, selain harga lidi relatif murah, barangnya juga mudah didapat. �Saya membelinya di pasar,� ujarnya.
Pembeli dari India
Setiap hari, Sutarpi mampu memproduksi 10 model tas dengan jumlah total 100 unit. Namun, jika ia kebetulan sedang membuat model agak susah, produksinya hanya 50 tas per hari. Harga tas bervariasi, mulai Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per unit, tergantung model dan kualitas.
Sutarpi mengaku bisa meraup omzet sampai Rp 750.000 per hari. �Marjin masing-masing tas mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 5.000,� ungkapnya.
Selama ini, pembeli tas lidi Sutarpi tak terbatas pada masyarakat Yogyakarta. Ada beberapa pelanggan dari Jakarta, Medan, bahkan India. �Pembeli dari India rutin memesan setiap tiga bulan sekali,� katanya bangga.
Bicara soal pemasaran, Sutarpi menggunakan dua cara: tradisional dan modern. Cara tradisional adalah dengan menjajakan sendiri barang dagangannya hingga menitip ke kios. Sedangkan cara modern, ia memasarkan produknya lewat dunia maya. �Tapi, selama ini, promosi lewat internet masih belum maksimal,� akunya.
Bagi Anda yang tertarik mencoba bisnis tas lidi ini, ada beberapa tip menarik dari Sutarpi.
Pertama, siapkan modal minimal Rp 1 juta buat membeli bahan baku lidi. �Perkiraan saya, uang segitu mampu memproduksi hingga 50 tas lidi per hari,� ujar Sutarpi.
Kedua, cari pekerja yang ulet dan mahir merangkai lidi menjadi tas nan apik. Maklum, membuat tas ini cukup sulit.
Ketiga, Anda harus jeli melihat selera pasar yang mudah berubah. �Makanya, sekarang saya memadukan bahan lidi dengan aksesori akar wangi, enceng gondok, dan bahan lainnya,� papar Sutarpi.
Sumber : http://nasional.kompas.com
Tuesday, September 6, 2011
Inovasi Menjadi Kunci Usaha Limbah Batok Kelapa Tetap Eksis
Pemanfaatan limbah batok kelapa cukup beragam macamnya selain dibuat sebagai briket arang berbagai macam kerajinan batok kelapa cukup banyak dilakukan oleh usaha kecil. Namun agar tetap memiliki daya saing dengan produk-produk sejenis dari tempat lain, palaku usaha bisnis limbah batok kelapa harus pandai melakukan inovasi. Meski hal ini bukan perkara yang mudah namun harus dilakukan , karena akan meningkatkan pemasaran dan membuka jaringan pemasaran yang lebih luas.
Inovasi pada produk usaha pengolahan limbah batok kelapa juga terus dilakukan oleh UMKM Handicraft Pemuda Usaha Mandiri, Desa Temulus,Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Dengan melakukan inovasi kini jenis produk usaha limbah batok kelapa semakin beragam. Produksi yang sudah dihasilkan saat ini, bahkan mengaku sudah ada sekitar diatas 4.000 lebih, dari berbagai jenis handicraft .Sebelumnya hanya bisa menghasilkan tiga sampai lima jenis produk olahan limbah batok kelapa.
Jenis kerajinan yang dihasilkan antara lain pin, gantungan kunci, mug, serta tempat untuk meletakan alat tulis awalnya hanya untuk memenuhi permintaan lokal. Namun seiring perkembangan mulai merambah keluar daerah.
Dengan adanya inovasi adanya inovasi tersebut UMKM Handicraft Pemuda Usaha Mandiri, mentargetkan pemasaran hingga ke pulau Bali, Lombok dan sebagian Sumatra. Inovasi yang dilakukan pada intinya hanyalah penyempurnaan dari produk-produk handicraft yang sudah ada, sehingga lebih menarik bagi pembeli.(Galeriukm).
Sumber:
http://suaramerdeka.com
Inovasi pada produk usaha pengolahan limbah batok kelapa juga terus dilakukan oleh UMKM Handicraft Pemuda Usaha Mandiri, Desa Temulus,Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Dengan melakukan inovasi kini jenis produk usaha limbah batok kelapa semakin beragam. Produksi yang sudah dihasilkan saat ini, bahkan mengaku sudah ada sekitar diatas 4.000 lebih, dari berbagai jenis handicraft .Sebelumnya hanya bisa menghasilkan tiga sampai lima jenis produk olahan limbah batok kelapa.
Jenis kerajinan yang dihasilkan antara lain pin, gantungan kunci, mug, serta tempat untuk meletakan alat tulis awalnya hanya untuk memenuhi permintaan lokal. Namun seiring perkembangan mulai merambah keluar daerah.
Dengan adanya inovasi adanya inovasi tersebut UMKM Handicraft Pemuda Usaha Mandiri, mentargetkan pemasaran hingga ke pulau Bali, Lombok dan sebagian Sumatra. Inovasi yang dilakukan pada intinya hanyalah penyempurnaan dari produk-produk handicraft yang sudah ada, sehingga lebih menarik bagi pembeli.(Galeriukm).
Sumber:
http://suaramerdeka.com
Thursday, June 9, 2011
Bisnis Kerajinan Enceng Gondok
Banyak orang mengenal tanaman enceng gondok atau dalam bahasa latin bernama Eichhornia crassipes, merupakan gulma bagi tanaman di sawah. Selain sebagai gulma dalam jumlah yang besar enceng gondok akan mengakibatkan pendangkalan pada perairan seperti danau dan kolam. Tetapi dibalik semua itu banyak peluang usaha yang bisa dihasilkan dari bisnis kerajinan enceng gondok. Enceng gondok merupakan serat alam yang ramah lingkungan sehingga aman untuk bahan kerajinan dan menjadi trend bisnis kedepan. Aneka kerajinan dari bahan enceng gondok bisa kita dapatkan di berbagai toko kerajinan atau supermarket. Dari Kerajinan berupa sandal enceng gondok, tas, dompet serta pernik-pernik perhiasan enceng gondok sampai furniturepun dapat dibuat dari enceng gondok. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kerajinan tersebut berasal dari tanaman gulma enceng gondok.
Peluang usaha kerajinan enceng gondok semakin menemukan tempatnya, seiring dengan pengembangan kerja sama industri kerajinan dan mebel berbasis bahan baku eceng gondok antara Indonesia dengan Pemerintah Mesir. Dengan kerjasama ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di kedua belah pihak. Selain itu dalam kerjasama ini Indonesia di dukung oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) serta Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo). Dengan dukungan dari dua lembaga tersebut diharapkan posisi tawar Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok yang termasuk dalam Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) lebih kuat.
Pengembangan bisnis kerajinan enceng gondok selain ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama kelompok Bisnis Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) juga bermanfaat dalam mendukung lingkungan hidup daerah sekitar. Sebab, Tanaman eceng gondok selama ini masih dianggap sebagai tanaman yang merugikan, karena dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan, menurunnya populasi ikan, penyumbatan irigasi, penyebab terjadinya banjir, dan tempat bersarangnya nyamuk.
Salah satu perusahaan yang konsen pada bidang ini adalah Tim CSR Adaro, sejak Juni 2009 mengembangkan UKM Eceng Gondok untuk memberdayakan masyarakat sekitar tambang melalui Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang dibentuknya. LPB mencoba memanfaatkan potensi alam yang melimpah tersebut di desa Paminggir Kecamatan Paminggir dan Desa Sungai Luang Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan. Di kedua daerah tersebut potensi eceng gondok melimpah namun tak termanfaatkan selama ini.
Kegiatan LPB meliputi pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok bagi masyarakat yang ada di sana dan membentuk kelompok-kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan eceng gondok. Materi yang diberikan dalam pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok antara lain mengenai pemanenan eceng gondok, penyortiran, pengeringan, memutihkan, teknik penganyaman, dan teknik finishing eceng gondok. Selain itu juga diberikan pelatihan manajemen, meliputi pembukuan dan pelatihan kewirausahaan, dan pengawasan mutu.
Masyarakat tidak hanya dilatih mengolah eceng gondok namun juga dilatih bagaimana melakukan pengawasan terhadap mutu dan mampu mengetahui trend yang disukai pasar. Dengan cara ini diharapkan mereka akan menjadi pengrajin yang professional. Pelatihan pengawasan mutu ini melibatkan Dinas Perindustrian setempat.
Seorang pengrajin kerajinan Enceng gondok Abdul Jalal, warga Kelurahan Klego, Pekalongan, Jawa Tengah, telah menggeluti bisnis kreatif mengubah tanaman eceng gondok menjadi kerajinan bernilai ekonomi tinggi. Kerajinan dari bahan dasar eceng gondok buatan Abdul Jalal antara lain berupa hiasan dinding, sandal, taplak meja, batal kursi dan dompet. Jika sudah berbentuk barang kerajinan ini, kesan eceng gondok sebagai tanaman tak bernilai pun sirna.
Awalnya Abdul Jalal bisa membuat kerajinan dari eceng gondok itu belajar orang, setelah itu dia belajar dan mencoba mandiri, sementara produknya sendiri diekspor ke luar negeri antara lain Amerika, Australia, Inggris dan terakhir Arab Saudi.
Lain lagi dengan Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok di Dusun Jambu, sebuah dusun yang terletak di pesisir pantai selatan Bantul, tepatnya di Patehan, Gadingsari, Kecamatan Sanden, Bantul. Banyak warga disana menekuni Bisnis Kerajinan Enceng Gondok dalam skala usaha kecil dan Rumah tangga. Meski demikian ketekunan warga Jambu dalam menganyam enceng gondok dan menghasilkan berbagai bentuk kerajinan mampu menghantar produknya ke pasar Amerika Serikat, Belgia dan Australia.
Banyaknya potensi alam tanaman enceng gondok dan peluang ekonomi yang cukup menjanjikan membuat sentra kerajinan enceng gondok dibeberapa tempat. Hanya perlu lebih diintensifkan lagi agar meningkatkan ekonomi bisnis usaha kecil dan rumah tangga.
Jika anda tertarik menekuni bisnis kerajinan enceng gondok, prosesnya tidak susah. Proses membuat kerajinan enceng gondok, Pertama, eceng gondok yang baru diambil dari sungai di jemur hingga kering. Kemudian batang eceng gondok yang telah kering dibentuk lembaran-lembaran kecil. Lembaran batang eceng gondok yang telah mengering inilah yang nantinya dianyam dan dibentuk menjadi kerajinan sesuai yang dikehendaki. Selamat mencoba. (Galeriukm).
Sumber:
1. http://web.bisnis.com/sektor-riil/ritel-ukm/1id185508.html
2. http://bisniskeuangan.kompas.com
Peluang usaha kerajinan enceng gondok semakin menemukan tempatnya, seiring dengan pengembangan kerja sama industri kerajinan dan mebel berbasis bahan baku eceng gondok antara Indonesia dengan Pemerintah Mesir. Dengan kerjasama ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di kedua belah pihak. Selain itu dalam kerjasama ini Indonesia di dukung oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) serta Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo). Dengan dukungan dari dua lembaga tersebut diharapkan posisi tawar Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok yang termasuk dalam Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) lebih kuat.
Pengembangan bisnis kerajinan enceng gondok selain ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama kelompok Bisnis Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) juga bermanfaat dalam mendukung lingkungan hidup daerah sekitar. Sebab, Tanaman eceng gondok selama ini masih dianggap sebagai tanaman yang merugikan, karena dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan, menurunnya populasi ikan, penyumbatan irigasi, penyebab terjadinya banjir, dan tempat bersarangnya nyamuk.
Salah satu perusahaan yang konsen pada bidang ini adalah Tim CSR Adaro, sejak Juni 2009 mengembangkan UKM Eceng Gondok untuk memberdayakan masyarakat sekitar tambang melalui Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang dibentuknya. LPB mencoba memanfaatkan potensi alam yang melimpah tersebut di desa Paminggir Kecamatan Paminggir dan Desa Sungai Luang Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan. Di kedua daerah tersebut potensi eceng gondok melimpah namun tak termanfaatkan selama ini.
Kegiatan LPB meliputi pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok bagi masyarakat yang ada di sana dan membentuk kelompok-kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan eceng gondok. Materi yang diberikan dalam pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok antara lain mengenai pemanenan eceng gondok, penyortiran, pengeringan, memutihkan, teknik penganyaman, dan teknik finishing eceng gondok. Selain itu juga diberikan pelatihan manajemen, meliputi pembukuan dan pelatihan kewirausahaan, dan pengawasan mutu.
Masyarakat tidak hanya dilatih mengolah eceng gondok namun juga dilatih bagaimana melakukan pengawasan terhadap mutu dan mampu mengetahui trend yang disukai pasar. Dengan cara ini diharapkan mereka akan menjadi pengrajin yang professional. Pelatihan pengawasan mutu ini melibatkan Dinas Perindustrian setempat.
Seorang pengrajin kerajinan Enceng gondok Abdul Jalal, warga Kelurahan Klego, Pekalongan, Jawa Tengah, telah menggeluti bisnis kreatif mengubah tanaman eceng gondok menjadi kerajinan bernilai ekonomi tinggi. Kerajinan dari bahan dasar eceng gondok buatan Abdul Jalal antara lain berupa hiasan dinding, sandal, taplak meja, batal kursi dan dompet. Jika sudah berbentuk barang kerajinan ini, kesan eceng gondok sebagai tanaman tak bernilai pun sirna.
Awalnya Abdul Jalal bisa membuat kerajinan dari eceng gondok itu belajar orang, setelah itu dia belajar dan mencoba mandiri, sementara produknya sendiri diekspor ke luar negeri antara lain Amerika, Australia, Inggris dan terakhir Arab Saudi.
Lain lagi dengan Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok di Dusun Jambu, sebuah dusun yang terletak di pesisir pantai selatan Bantul, tepatnya di Patehan, Gadingsari, Kecamatan Sanden, Bantul. Banyak warga disana menekuni Bisnis Kerajinan Enceng Gondok dalam skala usaha kecil dan Rumah tangga. Meski demikian ketekunan warga Jambu dalam menganyam enceng gondok dan menghasilkan berbagai bentuk kerajinan mampu menghantar produknya ke pasar Amerika Serikat, Belgia dan Australia.
Banyaknya potensi alam tanaman enceng gondok dan peluang ekonomi yang cukup menjanjikan membuat sentra kerajinan enceng gondok dibeberapa tempat. Hanya perlu lebih diintensifkan lagi agar meningkatkan ekonomi bisnis usaha kecil dan rumah tangga.
Jika anda tertarik menekuni bisnis kerajinan enceng gondok, prosesnya tidak susah. Proses membuat kerajinan enceng gondok, Pertama, eceng gondok yang baru diambil dari sungai di jemur hingga kering. Kemudian batang eceng gondok yang telah kering dibentuk lembaran-lembaran kecil. Lembaran batang eceng gondok yang telah mengering inilah yang nantinya dianyam dan dibentuk menjadi kerajinan sesuai yang dikehendaki. Selamat mencoba. (Galeriukm).
Sumber:
1. http://web.bisnis.com/sektor-riil/ritel-ukm/1id185508.html
2. http://bisniskeuangan.kompas.com
Sunday, May 22, 2011
Peluang Usaha Menjanjikan Dengan Kreasi Batok Kelapa
Umumnya, batok kelapa menjadi sampah. Kalaupun dimanfaatkan, paling-paling batok itu untuk bahan bakar pengganti kayu. Namun, di tangan Nur Taufik (37), warga Dusun Santan, Guwosari, Pajangan, Bantul, DI Yogyakarta, batok kelapa diubah menjadi aneka peralatan rumah tangga. Batok kelapa pula yang mengantarkannya menjadi pengusaha sukses.
Cerita sukses Taufik berawal ketika lulus SMA tahun 1992. Sebagian besar temannya memilih merantau ke Tangerang menjadi buruh pabrik. Taufik tak mau mengikuti temannya. Dalam benaknya, ia tidak pernah mau menjadi buruh yang harus menuruti majikan. Ia ingin membuka usaha sendiri.
Gagasan mengolah batok kelapa datang setelah ia menerima hiasan dinding dari tetangganya. �Dari hiasan itu saya mulai berpikir, ternyata batok kelapa bisa dimanfaatkan. Saya putar otak, kira-kira batok kelapa tersebut bisa dibuat apa lagi,� ujar Taufik, akhir April 2010 lalu.
Ia mencoba membuat gantungan kunci. Tetangga banyak yang mencibir karena kerajinan batok dilihat tidak punya nilai jual. Cibiran itulah yang menginspirasinya menamai usahanya dengan nama Cumplung Aji.
Nama tersebut diambil dari kata cumplung yang berarti batok kelapa yang jatuh ke tanah setelah dimakan tupai. Adapun aji berarti mempunyai nilai.
Sekitar seratus gantungan kunci lalu dibawa ke Malioboro untuk ditawarkan. Para pedagang kaki lima hanya menawarnya Rp 300 per unit, sementara biaya produksinya Rp 500 per unit. Umumnya konsumen lokal belum memandang karya seni dalam batok kelapa. Mereka masih melihatnya sebagai limbah sehingga tawaran harganya murah. Taufik tak mau rugi. Ia mencari pasar lain.
�Kakak saya yang kuliah di Universitas Islam Indonesia mengusulkan agar gantungan kunci itu dititipkan di koperasi kampusnya. Saya lalu menambahkan sedikit sablon yang berisi nama jurusan atau fakultas. Di luar dugaan, ternyata banyak yang tertarik dengan harga Rp 700 per unit,� katanya. Ada margin Rp 200 per unit.
Ikut pameran
Tahun 1993, Taufik memutuskan melanjutkan studi di Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Selama kuliah, naluri bisnisnya justru makin kuat. Tak hanya di koperasi kampus, ia mulai menitipkan barangnya ke tempat pameran kerajinan di Kasongan.
Menurutnya, produk olahan batok kelapa kurang mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia. Ia berusaha membidik pasar asing dengan mengikuti pameran di Hotel Ambarrukmo dan Hotel Garuda pada tahun 2004. �Dari usaha itu saya langsung dapat order 300 tempat sabun,� katanya.
Pesanan dalam partai besar membuatnya makin bergairah. Tahun 1995 ia mengikuti kegiatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Benteng Vredenburg. Saat itu ia memamerkan patung batok kluntung sebagai pengganti bel di rumah-rumah.
Dari pameran-pameran tersebut, pesanan yang diterima makin banyak. Pesanan untuk luar negeri pertama kali ia terima tahun 1996, yakni 700 alat musik marakas (alat musik samba) ke Kanada. Satu unit dihargai Rp 8.000 dan pesanan tersebut berlanjut ke tahun berikutnya sebanyak 10.000 marakas.
Kini setidaknya sudah ada 200 jenis barang yang ia buat dari batok kelapa. Jenisnya aneka ragam, seperti gelas, asbak, tas, dan sendok. Harga jualnya antara Rp 1.500 dan Rp 60.000 per unit.
Untuk mengolah batok kelapa menjadi aneka peralatan rumah tangga, Taufik dibantu 12 karyawan tetap dan 15 tenaga borongan. Semuanya masih tetangga sekitar rumahnya. Peralatan pendukungnya sekitar 20 mesin bubut. �Saya ingin rezeki saya juga dinikmati tetangga sekitar. Apalagi banyak pengangguran di dusun saya,� katanya.
Taufik berniat membangun sentra usaha batok kelapa di dusunnya. Niatnya itu muncul karena banyaknya pesanan yang masuk sehingga ia kewalahan memenuhinya. Tahun 2000, pesanan dari Jepang terpaksa ditolak karena jumlahnya sangat besar, yakni 80.000 unit tiap tiga bulan.
�Saya tidak sanggup memenuhi permintaan sebanyak itu. Ada delapan jenis barang yang mereka minta. Sebagian besar untuk tempat makanan cepat saji, jadi pemakaiannya sekali langsung dibuang,� katanya.
Sudah ada 30 tetangganya yang diberi pelatihan khusus. Setelah menguasai teknik pemanfaatan batok kelapa, mereka bisa memproduksi sendiri. �Hasilnya bisa langsung saya tampung sehingga mereka tidak repot-repot mencari pasar. Saya ingin melihat tetangga ikut maju, tetapi sayangnya sulit sekali mengajak mereka. Mereka lebih suka menjadi buruh pabrik,� katanya.
Saat ini omzet Taufik berkisar Rp 90 juta per bulan dengan margin keuntungan sekitar 30 persen. Untuk mendapatkan bahan baku, ia mengambil dari Kulon Progo dan daerah luar Jawa, seperti Jambi dan Lampung.
Pangsa pasar produk kerajinan Cumplung Aji 75 persen ke pasar internasional, yakni Perancis dan Amerika Serikat. Adapun 25 persen sisanya ke pasar lokal.
Tak jauh beda dengan Nur Taufik, batok atau tempurung kelapa sepintas hanya sebuah sampah yang mungkin tak berarti apa-apa. Namun jika diolah dengan tangan kreatif, batok kelapa bisa berganti rupa menjadi sebuah karya seni kerajinan yang bernilai bisnis di antaranya aksesoris, hiasan, mainan, serta alat rumah tangga.
Aksesoris yang terbuat dari batok kelapa antara lain jepitan, dan bingkai foto. Sedangkan perabotan rumah tangga di antaranya gelas, nampan, penutup lampu, sendok, garpu, atau sendok sayur. Dengan sentuhan seni yang halus, kerajinan batok kelapa terlihat sangat artistik. Salah satu perajin batok kelapa adalah Wahyu Hastono.
"Batok kelapa punya beberapa keunggulan, di antaranya teksturnya," kata Wahyu. Bahan yang dibutuhkan membuat kerajinan dari batok kelapa seperti lem kayu, amplas dan cat. Agar terlihat artistik, serat dari tempurung kelapa harus ditonjolkan. Sebab diseratlah melekat nilai seni yang kuat, selain bentuk-bentuk unik yang dibuat.
Wahyu berani menjamin kerajinan patung dari batok kelapa merupakan yang pertama di dunia. "Saya jamin itu," kata Wahyu. Bahan baku ini banyak didapat di pasar. Padahal sebelumnya batok kelapa hanya dipakai untuk dibakar. Dengan demikian usaha ini dapat menjadi penghasilan bagi pengumpul batok. (fn/km/lp/klik video dari Kantor Berita Liputan 6)
Cerita sukses Taufik berawal ketika lulus SMA tahun 1992. Sebagian besar temannya memilih merantau ke Tangerang menjadi buruh pabrik. Taufik tak mau mengikuti temannya. Dalam benaknya, ia tidak pernah mau menjadi buruh yang harus menuruti majikan. Ia ingin membuka usaha sendiri.
Gagasan mengolah batok kelapa datang setelah ia menerima hiasan dinding dari tetangganya. �Dari hiasan itu saya mulai berpikir, ternyata batok kelapa bisa dimanfaatkan. Saya putar otak, kira-kira batok kelapa tersebut bisa dibuat apa lagi,� ujar Taufik, akhir April 2010 lalu.
Ia mencoba membuat gantungan kunci. Tetangga banyak yang mencibir karena kerajinan batok dilihat tidak punya nilai jual. Cibiran itulah yang menginspirasinya menamai usahanya dengan nama Cumplung Aji.
Nama tersebut diambil dari kata cumplung yang berarti batok kelapa yang jatuh ke tanah setelah dimakan tupai. Adapun aji berarti mempunyai nilai.
Sekitar seratus gantungan kunci lalu dibawa ke Malioboro untuk ditawarkan. Para pedagang kaki lima hanya menawarnya Rp 300 per unit, sementara biaya produksinya Rp 500 per unit. Umumnya konsumen lokal belum memandang karya seni dalam batok kelapa. Mereka masih melihatnya sebagai limbah sehingga tawaran harganya murah. Taufik tak mau rugi. Ia mencari pasar lain.
�Kakak saya yang kuliah di Universitas Islam Indonesia mengusulkan agar gantungan kunci itu dititipkan di koperasi kampusnya. Saya lalu menambahkan sedikit sablon yang berisi nama jurusan atau fakultas. Di luar dugaan, ternyata banyak yang tertarik dengan harga Rp 700 per unit,� katanya. Ada margin Rp 200 per unit.
Ikut pameran
Tahun 1993, Taufik memutuskan melanjutkan studi di Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Selama kuliah, naluri bisnisnya justru makin kuat. Tak hanya di koperasi kampus, ia mulai menitipkan barangnya ke tempat pameran kerajinan di Kasongan.
Menurutnya, produk olahan batok kelapa kurang mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia. Ia berusaha membidik pasar asing dengan mengikuti pameran di Hotel Ambarrukmo dan Hotel Garuda pada tahun 2004. �Dari usaha itu saya langsung dapat order 300 tempat sabun,� katanya.
Pesanan dalam partai besar membuatnya makin bergairah. Tahun 1995 ia mengikuti kegiatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Benteng Vredenburg. Saat itu ia memamerkan patung batok kluntung sebagai pengganti bel di rumah-rumah.
Dari pameran-pameran tersebut, pesanan yang diterima makin banyak. Pesanan untuk luar negeri pertama kali ia terima tahun 1996, yakni 700 alat musik marakas (alat musik samba) ke Kanada. Satu unit dihargai Rp 8.000 dan pesanan tersebut berlanjut ke tahun berikutnya sebanyak 10.000 marakas.
Kini setidaknya sudah ada 200 jenis barang yang ia buat dari batok kelapa. Jenisnya aneka ragam, seperti gelas, asbak, tas, dan sendok. Harga jualnya antara Rp 1.500 dan Rp 60.000 per unit.
Untuk mengolah batok kelapa menjadi aneka peralatan rumah tangga, Taufik dibantu 12 karyawan tetap dan 15 tenaga borongan. Semuanya masih tetangga sekitar rumahnya. Peralatan pendukungnya sekitar 20 mesin bubut. �Saya ingin rezeki saya juga dinikmati tetangga sekitar. Apalagi banyak pengangguran di dusun saya,� katanya.
Taufik berniat membangun sentra usaha batok kelapa di dusunnya. Niatnya itu muncul karena banyaknya pesanan yang masuk sehingga ia kewalahan memenuhinya. Tahun 2000, pesanan dari Jepang terpaksa ditolak karena jumlahnya sangat besar, yakni 80.000 unit tiap tiga bulan.
�Saya tidak sanggup memenuhi permintaan sebanyak itu. Ada delapan jenis barang yang mereka minta. Sebagian besar untuk tempat makanan cepat saji, jadi pemakaiannya sekali langsung dibuang,� katanya.
Sudah ada 30 tetangganya yang diberi pelatihan khusus. Setelah menguasai teknik pemanfaatan batok kelapa, mereka bisa memproduksi sendiri. �Hasilnya bisa langsung saya tampung sehingga mereka tidak repot-repot mencari pasar. Saya ingin melihat tetangga ikut maju, tetapi sayangnya sulit sekali mengajak mereka. Mereka lebih suka menjadi buruh pabrik,� katanya.
Saat ini omzet Taufik berkisar Rp 90 juta per bulan dengan margin keuntungan sekitar 30 persen. Untuk mendapatkan bahan baku, ia mengambil dari Kulon Progo dan daerah luar Jawa, seperti Jambi dan Lampung.
Pangsa pasar produk kerajinan Cumplung Aji 75 persen ke pasar internasional, yakni Perancis dan Amerika Serikat. Adapun 25 persen sisanya ke pasar lokal.
Tak jauh beda dengan Nur Taufik, batok atau tempurung kelapa sepintas hanya sebuah sampah yang mungkin tak berarti apa-apa. Namun jika diolah dengan tangan kreatif, batok kelapa bisa berganti rupa menjadi sebuah karya seni kerajinan yang bernilai bisnis di antaranya aksesoris, hiasan, mainan, serta alat rumah tangga.
Aksesoris yang terbuat dari batok kelapa antara lain jepitan, dan bingkai foto. Sedangkan perabotan rumah tangga di antaranya gelas, nampan, penutup lampu, sendok, garpu, atau sendok sayur. Dengan sentuhan seni yang halus, kerajinan batok kelapa terlihat sangat artistik. Salah satu perajin batok kelapa adalah Wahyu Hastono.
"Batok kelapa punya beberapa keunggulan, di antaranya teksturnya," kata Wahyu. Bahan yang dibutuhkan membuat kerajinan dari batok kelapa seperti lem kayu, amplas dan cat. Agar terlihat artistik, serat dari tempurung kelapa harus ditonjolkan. Sebab diseratlah melekat nilai seni yang kuat, selain bentuk-bentuk unik yang dibuat.
Wahyu berani menjamin kerajinan patung dari batok kelapa merupakan yang pertama di dunia. "Saya jamin itu," kata Wahyu. Bahan baku ini banyak didapat di pasar. Padahal sebelumnya batok kelapa hanya dipakai untuk dibakar. Dengan demikian usaha ini dapat menjadi penghasilan bagi pengumpul batok. (fn/km/lp/klik video dari Kantor Berita Liputan 6)