Latest News

Showing posts with label Bisnis Kerajinan. Show all posts
Showing posts with label Bisnis Kerajinan. Show all posts

Monday, February 20, 2012

Kerajinan Sampah Plastik

Kerajinan dari sampah plastik merupakan kerajinan yang bisa menjadi alternatif peluang usaha di sekeliling kita. Seperti diketahui Plastik merupakan bahan kebutuhan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Akan tetapi sisa sampah dari plastik menjadi permasalahan tersendiri bagi kehidupan. Karena Sampah plastik merupakan limbah rumah tangga yang sangat sulit untuk diuraikan berbeda dengan sampah organik yang cepat bisa terurai. Untuk menguraikan sampah plastik diperlukan waktu yang sangat lama bisa berpuluh-puluh tahun, sampah organik bisa diurai dan diubah menjadi kompos dalam beberapa hari saja (Lihat Pengolahan sampah ornganik ). Di lain sisi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari justru semakin meningkat sehinga problem semakin pelik. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan yang berasal dari plastik atau mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat . Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka Kerajinan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Peluang usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi akibat sampah plastik.

Salah satu yang telah menekuni bisnis Kerajinan sampah plastik adalah Ibu Fajar Purwaningsih, Ibu yang berprofesi sebagai guru TK ini di rumahnya di Perum Taman Sedayu E3, Metes, Argorejo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Sampah-sampah plastik limbah telah berhasil disulapnya menjadi aneka kerajinan yang memiliki nilai seni dan ekonomis. Memulai usaha pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan bukanlah perkara yang mudah. Banyak orang yang sinis bahkan menghina saat dia mencari-cari sampah bekas, bahkan anaknyapun sempat bertanya apakah dia bekerja sebagai pemulung. Tetapi semua itu hanya cerita lalu, sekarang justru banyak orang yang ingin belajar darinya cara membuat kerajinan sampah plastik yang bernilai ekonomis dan seni yang tinggi. Bahkan Fajar Purwaningsih malah harus sering keluar rumah untuk memberi penyuluhan, pembelajaran bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang ini kepada pihak-pihak yang mengundangnya untuk memberi pelatihan seperti kelompok PKK atau darma wanita, lembaga sekolah.

Pada saat mengawali membuat kerajinan daur ulang ini, ia hanya bisa membuat barang-barang yang sederhana seperti sandal dan tas.Sejak tahun 2007 itu, setelah menjadi mitra salah satu perusahaan penyedia produk toilet tries, Fajar mampu membuat produk baru seperti tas laptop dan payung. Saat ini ia sangat sibuk karena harus mengurusi usahanya yang telah berkembang tidak hanya sebatas memproduksi kerajinan saja tapi juga sudah melangkah dengan memberikan kursus kerajinan daur ulang sampah kering serta pelatihan pengolahan sampah di Pusat Kerajinan Daur Ulang Sampah Kering yang diberi nama Radite Collection.
Cara Mengolah Sampah Plastik Menjadi Kerajinan

Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit.

Saat ini kerajinan dari sampah plastik telah menjadi produk fashion tersendiri yang berasal dari barang daur ulang atau bisa disebut trashion. Trashion ini artinya fashion dari sampah.Dengan menjadi trashion nanti, produk kerajinan daur ulang sampah kering akan bisa dinikmati tidak saja kalangan masyarakat menengah ke bawah tapi juga kalangan menengah atas yang biasanya sangat memperhatikan kualitas produk kerajinan yang akan dibeli. (Galeriukm).

Sumber:
1. http://griyagawe.com/2010/02/fajar-purwaningsih-perajin-sampah-daur-ulang/.
2. Sumber Gambar Tas : http://www.sukunan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5:mengubah-sampah-plastik-menjadi-produk-kerajinan-kreatif&catid=20:kerajinan-sampah-plastik&Itemid=18
3. http://galeriukm.web.id/unit-usaha/handicraft/kerajinan-sampah-plastik

Wednesday, January 11, 2012

Cantiknya Lampu Hias Cangkang Kerang

Kerang merupakan salah satu komoditas laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Sebagai hasil laut, kerang dikenal memiliki banyak kegunaan (multifungsi) yang biasa dimanfaatkan oleh manusia. Daging kerang misalnya, merupakan bahan baku konsumsi yang memiliki kandungan gizi dan nutrisi penting yang diperlukan oleh tubuh. Banyak variasi menu masakan yang bisa diolah menggunakan daging kerang sebagai bahan bakunya. Sementara limbah (cangkang) kerang, digunakan sebagai bahan baku kerajinan dan aneka aksesoris bernilai jual tinggi.

Salah seorang pelaku usaha yang kemudian memanfaatkan cangkang kerang sebagai bahan baku produk kreatifnya adalah Setyoadi Daru Utama (29). Pria yang akrab disapa Daru tersebut menggunakan cangkang kerang sebagai bahan baku produksi aneka jenis kreasi lampu hias. Ketertarikan Daru dengan keunikan cangkang kerang, membuatnya memiliki ide brilian untuk mengkreasinya menjadi lampu hias yang unik dan menawan. �Inspirasi awalnya ketika saya sedang berada di Bali, di situ banyak sekali aksesoris berbahan baku cangkang kerang yang unik, dari situ saya mulai berfikir untuk menciptakan produk kreasi dari kerang yang belum banyak diproduksi orang, yaitu lampu hias,� jelasnya kepada tim liputan bisnisUKM, Sabtu (7/1).

Info Produk Aka Craft

Mengusung Aka Craft sebagai nama usahanya, Daru kini memiliki puluhan jenis kreasi lampu hias yang terbagi menjadi 3 ukuran diameter, yaitu 10-15 cm dengan kisaran harga Rp. 200.000,00 s/d Rp. 250.000,00, ukuran 25-30 cm seharga Rp.250.000,00- Rp. 300.000,00, dan 35-40 cm harganya Rp. 350.000,00 � Rp. 400.000,00. Lampu-lampu tersebut secara rutin diproduksi dengan dibantu beberapa orang karyawannya menggunakan sistem upah harian. �Untuk ide dan desain, saya biasa kreasi sendiri, selain itu juga menerima masukan dari para buyers,� imbuhnya. Proses produksinya dilakukan dengan menyusun cangkang-cangkang kerang yang sejenis mengikuti pola/ kerangka yang terbuat dari fiber. Hasilnya, lampu hias akan terlihat cantik dengan efek yang menarik ketika lampu dinyalakan.

Saat ini lampu hias Aka Craft memiliki bentuk yang beragam, yaitu bola, bulat telur, bentuk hati, bentuk labu, dan donat. �Masing-masing memiliki tingkat kesulitan produksi yang berbeda-beda, dan yang pasti dibutuhkan ketelitian yang cukup tinggi untuk menyusun kerang-kerang tersebut menjadi sebuah bentuk yang cantik,� jelas Daru. Menurutnya, jika penyusunanya tidak rapi, kerang akan mudah lepas, sehingga akan merusak kualitas produknya. Diakui Daru, proses produksi lampu yang paling sulit selama ini adalah bentuk labu dan hati, karena ukuranya yang besar. Sementara yang dirasa paling mudah penggarapannya adalah bentuk bulat telur.

Strategi Pemasaran

Pemasaran menjadi kunci bagi Daru dalam memperkenalkan produk kreasinya yang masih tergolong baru tersebut. Untuk itu, selama ini dirinya selalu aktif dalam berbagai pameran produk yang diselenggarakan di wilayah Yogyakarta demi memperkenalkan lampu-lampu hiasnya. �Saya mengikuti pameran secara mandiri, atau masih menggunakan biaya sendiri, namun hal tersebut tidak sia-sia, karena respon masyarakat terhadap produk ini (lampu hias) sangat bagus,� jelasnya. Diakuinya, pasar luar kota masih lebih tinggi apresiasinya dibandingkan dengan pasar lokal Jogja sendiri.

Selain pasaran lokal seperti Bandung dan Papua, belum lama ini Daru juga mendapat pesanan produk lampu hias dari Singapura. Hal itu tidak terlepas dari media pemasaran via pameran yang selama ini Daru jalankan. �Adanya ketertarikan pihak luar (negeri), membuat saya semakin yakin jika produk ini ke akan semakin luas pasarnya, tidak hanya nasional, namun juga internasional� tambahnya.

Ke depannya, Daru ingin segera merealisasikan workshop yang lokasinya jadi satu dengan rumahnya di Perum Taman Kuantan No.B7, Sendangadi, Mlati, Sleman. Workshop tersebut nantinya bisa digunakan sebagai lokasi produksi sekaligus menampung lampu-lampu hias kreasinya untuk dipasarkan.

Sumber : http://bisnisukm.com/cantiknya-lampu-hias-cangkang-kerang.html

Wednesday, January 4, 2012

Bisnis Sepatu Lukis Menggiurkan Beromzet Puluhan Juta Per Bulan

Sepatu-sepatu kanvas pernah menjadi trend remaja ibukota. Produk buatan dalam negeri ini telah populer di kalangan generasi muda sejak beberapa tahun sebelumnya.

Sejumlah mahasiswa di jakarta beralih dari sepatu kets mereka ke sepatu kanvas yang lebih kental dengan nuansa budaya nasional. Meski sederhana, namun hiasan seni sepatu yang dibuat para seniman ITB ini membuat sepatu menjadi menarik.

Murah dan nyaman, inilah yang menjadi daya tarik utama sepatu kanvas. Desainnnya yang kaya dan menarik juga menjadikan sepatu-sepatu ini dapat digunakan oleh hampir semua kalangan. Pembuatan desain pada sepatu kanvas cukup unik. Motif-motif seperti tumbuhan, alam dan binatang digambar secara langsung pada sepatu oleh para seniman.

Ide membuat sepatu kanvas pertama kali diperkenalkan oleh 3 seniman asal Jakarta, yaitu Christina Budi Utami, Diah Dani dan Kurniasyah, setelah ketiganya lulus dari Institut Teknologi bandung.

Bisnis sepatu kanvas ketiga seniman tersebut dikukuhkan dengan pemberian label Positively Pink. Setiap bulan, mereka bisa mengahsilkan 100 pasang sepatu kanvas. Harga per pasangnya pun cukup terjangkau, mulai dari 150.000 ribu rupiah untuk desain yang sederhana hingga 250.000 rupiah untuk design agak rumit.

Dengan sedikit perubahan dan inovasi, mudah-mudahan trend ini akan terus bertahan sampai beberapa tahun kemudian.

Begitu juga dengan perempuan yang satu ini, berawal dari hobi melukis dan gonta ganti sepatu, Andina Nabila Irvani memulai bisnis sepatu kanvas lukis bersama kakaknya Nerissa Arviana. Kini mereka pun memiliki produk lain seperti kaos dan tas lukis.

Andina yang akrab disapa Dina, mulanya membuatkan lukisan pada sepatu kakaknya. Tidak disangka banyak teman-teman kakaknya tertarik dengan buah karya Dina. Sejak itu pun pesanan sepatu kanvas lukis terus berdatangan.

Dengan modal pinjaman dari orang tuanya, mahasiswa semester tiga Desain Kominikasi Visual Bina Nusantara ini mendesain dan melukis sendiri di beberapa pasang sepatu. Begitu dipasarkan ke teman-temannya di kampus, selusin sepatu kanvas lukis Dina terjual habis.

"Awalnya masih sanggup negerjain berdua sama kakak. Tapi makin kesini jadi ga punya waktu buat jalan-jalan karena makin banyak pesanannya, akhirnya saya cari karyawan untuk bantu lukis" ujar Dina yang kini memiliki lima karyawan.

Kreativitas Dina tidak berhenti di sepatu saja. Pemenang Shell Live WIRE Business Start Up Award 2009 ini mencoba membuat kaos lukis dan tas lukis. Hasilnya, tidak kalah bagusnya dengan sepatu lukis.

Keunikan dari sepatu, kaos dan tas lukis Dina adalah ketajaman warna dan kehalusan pada setiap lukisan yang dibuatnya. Selain itu Dina dan Nerissa rajin mencari tema lukisan setiap bulannya. "Setiap bulan kami punya tema-tema gambar. Tapi pembeli juga bebas untuk buat sendiri sketsa lukisannya," lanjut Dina.

Dina membuat brand produknya dengan nama Spotlight. Ada Lima jenis sepatu lukis yang dijual Dina, yaitu vans style, flats style, converse style, flats bertali dan sepatu putih polos untuk dilukis sendiri oleh pembali. Untuk sepasang sepatu lukis dijual seharga Rp 110.000 - 200.000, tas lukis dan kaos dipatok seharga Rp 100.000.

Kini pemesan sepatu lukis tidak hanya sekitar Jakarta saja tapi sudah sampai luar pulau Jawa bahkan sampai Aceh dan Papua. Dina mengaku, kini omsetnya sudah mencapai Rp 18-20 juta per bulan. Menurutnya kesuksesan usaha ini tidak lepas dari dukungan orang tuanya. (fn/ld/rp)

Sumber : www.suaramedia.com

Friday, September 30, 2011

Bisnis Kerajinan Kain Lurik Sampai Luar Negeri

Kain Lurik merupakan kain tradisional yang berkembang di wilayah Yogyakarta. Popularitas kain lurik mungkin kalah dengan kain batik yang telah menjadi budaya secara nasional. Kain lurik model lama memang terkesesan kuno dan ketinggalan jaman, sehingga kurang diminati dalam dunia fashion. Pada awalnya kain lurik banyak dipakai oleh mbok-mok penjual di pasar tradisional, sebagai gendongan. Namun setelah ada modifikasi dan inovasi dalam berbagai hal seperti pewarnaan yang lebih cerah dan motif yang lebih beragam mulai diterima pasar secara luas sampai segmen pasar menengah ke atas. Meski beberapa inovasi produk dilakukan terhadap kain lurik, pembuatan kain lurik dipertahankan melalui cara tradisional dengan penggunaan alat tenun bukan mesin.

Kekhasan corak kain lurik tradisional dan proses pembuatannya yang masih menggunakan tangan menyebabkan nilai jual produk turunan kain lurik tinggi. Tak hanya pasar dalam negeri, kain lurik pun mulai merambah pangsa luar negeri.

Salah satu industri yang intens menekuni bisnis kerajinan kain lurik adalah Kerajinan Lawe yang memiliki bengkel kerja Lawe di Bugisan, Bantul, DI Yogyakarta. Lawe bekerja sama dengan 50 penenun tradisional di Bantul dan 20 penjahit.

Beberapa produk kain lurik yang dihasilkan berupa gantungan kunci, dompet, tas, pakaian, hingga bed cover. Harga beragam produk itu berkisar antara Rp 5.000 dan Rp 1,1 juta. Rentang harga pakaian lurik Rp 200.000-Rp 300.000 per potong. Bidikan utama Lawe adalah masyarakat kelas menengah ke atas.

Kelompok usaha bersama abdi dalem Keraton di Kota Gede juga tertarik menggalakkan usaha kecil pembuatan pakaian tradisional dari kain lurik. Mereka memanfaatkan motif kain lurik tradisional yang didominasi warna hitam, cokelat, dan putih. Menurut salah satu anggotanya, Budi Raharjo, setiap orang bisa menyelesaikan dua pakaian lurik per hari yang dijual Rp 120.000 per potong.

Pangsa pasar kain lurik pun terbuka luas. Tak hanya Yogyakarta, beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Denpasar, juga meminati kain lurik. Menurut Direktur Kerajinan Lawe Fitria Werdiningsih , Lawe juga telah mengembangkan pemasaran kain lurik dengan mulai merintis ekspor dengan pengiriman sampel produk ke Belgia dan Australia.(Galeriukm).

Sumber:
http://regional.kompas.com

Thursday, September 29, 2011

Modal Kecil Untung Besar Dari Bantal Mobil

Memasuki bulan baru, seperti biasanya bisnisukm.com berusaha memberikan inspirasi segar bagi para pembaca yang sedang mencari berbagai ide bisnis untuk dijadikan sebagai peluang usaha. Jika pada bulan Maret lalu kami menghadirkan beberapa informasi tentang peluang bisnis di bidang makanan, bulan ini kami sengaja mengangkat berbagai peluang bisnis yang dapat Anda jalankan dengan modal kecil.

Sampai hari ini permasalahan modal usaha memang selalu menjadi topik utama dalam menjalankan sebuah usaha. Banyak orang beranggapan bahwa modal berupa uang, masih memegang peranan terpenting dalam mengantarkan kesuksesan sebuah usaha. Bahkan banyak yang berpikir, semakin besar modal yang dikeluarkan maka semakin besar pula keuntungan yang dijanjikan. Dan begitu juga sebaliknya, semakin kecil modal usaha yang dikeluarkan maka semakin kecil pula peluangnya mendapatkan untung besar.

Padahal semua anggapan tersebut merupakan kesalahan terbesar bagi sebagian orang, yang akhirnya hanya akan menghalangi niat mereka untuk segera memulai usaha. Sebenarnya dalam memulai usaha, tidak hanya modal uang saja yang perlu Anda perhatikan. Masih banyak modal non materi (bukan uang/harta) yang bisa Anda manfaatkan untuk memulai sebuah usaha. Misalnya saja kreatifitas, keberanian, pengalaman, serta jaringan bisnis, yang sangat membantu Anda dalam membangun sebuah bisnis. Lalu tunggu apa lagi?

Untuk para pembaca yang sedang mencari peluang bisnis dengan modal kecil, pekan ini kami informasikan satu ide bisnis yang memberikan prospek menguntungkan bagi para pelakunya, yaitu memproduksi aneka bantal mobil.

Konsumen
Sasaran pasar yang dibidik para produsen bantal mobil tentunya semua masyarakat yang memiliki kendaraan beroda empat, alias mobil. Baik konsumen di pasar lokal, maupun konsumen pasar nasional.

Sumber : http://bisnisukm.com

Saturday, September 24, 2011

Mengolah Sampah Kayu Menjadi Kerajinan Antik

Kreatifitas memang menjadi kunci keberuntungan bagi setiap orang, karena berbeda orang akan berbeda pula kreatifitasnya. Apalagi itu menyangkut kerajinan tangan. Bagi orang biasa sampah kayu hanya akan dibuang atau dijadikan kayu bakar yang nilainya tidaklah besar. Akan tetapi berkat kreativitas orang-orang tertentu barang sampah tersebut dapat disulap menjadi kerajinan bernilai seni dan ekonomis tinggi. Itulah yang dilakukan sekelompok Pemuda Karangtaruna di Desa Kamojing Kec. Cikampek. Secara berkelompok mereka menuangkan kreativitasnya mengolah sampah kayu menjadi aneka ragam kerajinan yang sangat menarik.

Berada di sebuah bangunan mungil dengan pemandangan indah situ Kamojing yang juga Sekretariat Karang Taruna �Taruna Bhakti� Desa Kamojing, mereka berkumpul dan menuangkan kreativitas sekaligus menjadi galeri karya mereka. Hasil karya seni yang dihasilkan antara lain hiasan akar pohon dengan beragam aksesoris ular, patung burung, miniatur perahu, relief, lukisan dan karya kreatif lainnya.

Sosok Kang Ewok atau nama aslinya Supardi merupakan penggagas sekretariat tersebut sejak beberapa waktu yang lalu. Saat inih asil kerajinan anak-anak muda karang taruna ini sudah empat kali dipamerkan di beberapa pameran. Pembelinyapun berasal dari beberapa kalangan termasuk pejabat pemerintahan.

Proses Pembuatan Kerajinan Sampah Kayu

Pembuatan kerajinan sampah kayu memakan waktu yang cukup lama, mulai dari satu hari hingga ada yang memakan waktu dua bulan, sesuai dengan tingkat kesulitannya. Untuk pembuatan asbak misalnya, mereka bisa selesaikan dalam satu hari, relief lukisan dua dimensi bisa diselesaikan hingga satu mingu, sedangkan untuk pembuatan hiasan akar dengan tambahan ular dan burung finishing-nya memakan waktu hingga 2 bulan. Adapun, bahan dasar pembuatan kerajinan tersebut adalah akar-akar pohon yang ditinggalkan oleh penebangnya, limbah kertas koran, cat, tepung aci dan lain-lain.

Harga untuk satu produk kerajinan sangat bervariatif, mulai dari yang 15 ribu rupiah, hingga yang tertinggi 9 juta rupiah. Sedangkan, pemasaran hasil produksinya ternyata tidak hanya di Karawang, tapi sudah merambah keluar Karawang diantaranya adalah ke Surabaya. (Galeriukm).

Sumber:
http://www.karawanginfo.com

Saturday, September 17, 2011

Usaha Kreatif Pigura di Jogjakarton

Pemanfaatan limbah kertas sekali lagi bisa mendatangkan rupiah bagi jiwa-jiwa kreatif. Karton yang selama ini hanya dijadikan kertas pelapis untuk beberapa produk ternyata bisa menjadi produk unik yang bernilai jual. Kreasi kreatif tersebut yang kini ditekuni oleh Saimun dan Novi istrinya dengan mengembangkan peluang usaha bernama Jogjakarton. Dengan menggunakan kertas karton sebagai bahan baku utamanya, Jogjakarton mengembangkan aneka souvenir pigura dengan berbagai ukuran.

Ditemui di rumahnya daerah Jogoyudan JT III Gowongan Jetis Jogja (23/11), Saimun bercerita mulai mengembangkan usaha kerajinan pigura karton tersebut pada tahun 2006. Namun ketika itu usaha yang dijalankan masih join dengan rekan yang lain. Dan mulai tahun 2009, Saimun dan istri tidak lagi terlibat kerjasama dengan rekannya lagi hingga lahirlah Jogjakarton. Usaha yang awalnya dirintis hanya dengan istri tersebut kini mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan. Terbukti kini Jogjakarton sudah memiliki karyawan bagian produksi untuk membantu memenuhi pesanan yang kian sering berdatangan.

Aneka kerajinan pigura yang diproduksi di Jogjakarton bervariasi bentuk dan ukurannya. Dengan bahan utama kertas karton, berbagai macam pigura dari yang berukuruan 2R hingga 10R diproduksi setiap harinya. Dalam seminggu, Jogjakarton mampu menghasilkan 500 buah pigura dengan berbagai ukuran. Namun jumlah segitu masih bisa bertambah lagi ketika ada pesanan yang datang. Selama ini, Jogjakarton sudah pernah melayani pesanan produk dari Jakarta, Bali, dan Malang.

Pemasaran produk Jogjakarton biasa dilakukan melalui beberapa pameran yang diselenggarakan di kota pelajar Jogja. Selain di pameran-pameran, produk Jogjakarton juga bisa ditemui di Sunday Morning UGM dan beberapa supermarket di wilayah Jogja. Dengan harga yang cukup terjangkau antara Rp.2.000,00 hingga Rp.12.000,00 Jogjakarton masih berkeinginan untuk lebih mengembangkan usahanya. Saat ini, Saimun dan Novi istrinya mulai mengembangkan variasi produk lain selain pigura seperti kotak tissue dan kotak asesoris. Selain itu, untuk lebih mempercantik produknya, mereka berkeinginan untuk menambahkan bahan alam sebagai bagian dari pigura-piguranya.

Sekian liputan dari kami, semoga liputan bisnis mengenai usaha kreatif pigura di Jogjakarton dapat menjadi inspirasi bagi Anda. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com

Friday, September 9, 2011

Modal Kreativitas Menyulap Kaleng Bekas Jadi Uang

Barang bekas identik dengan sampah yang layak untuk dibuang, namun jika sampah itu dari plastik atau kaleng tentu akan mengotori lingkungan kita. Agar tidak mengotori lingkungan sangat bijaksana untuk memanfatkan sampah plastik atau kaleng bekas menjadi berbagai macam kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan bermodalkan kreatifitas kita bisa meraup keuntungan bisnis kerajinan kaleng bekas ini.

Banyak orang yang telah merapu keuntungan dari bisnis ini, sebut saja Gifson Harianja, pria dari Jatiwaringin, Bekasi ini telah menyulap kaleng bekas softdrink menjadi aneka miniatur kendaraan bermotor seperti, vespa , harley davidson dan lain-lain. Harga jualnya berkisar Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per unit.

Yang unik dari bisnis kerajinan kaleng bekas Gifson Harianja ini, ia memilh untuk tidak mewarnai hasil karyanya. Ini dilakukan untuk menunjukkan keaslian bahwa karyanya berasal dari kaleng bekas. Selain meraup keuntungan dari bisnis kerajinan kaleng bekas ini, sisa-sisa potongan kaleng yang tidak terpakai bisa dijual kepada pemulung untuk dijual kembali ke pengolah kaleng bekas.

Mulai saat ini manfatkan barang bekas, jangan kotori bumi dengan sampah-sampah yang susah untuk di urai. Dan tentunya anda bisa meraup untung dari kaleng-kaleng bekas ini.(Galeriukm).

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1302765144/64890/Meraih-untung-dari-mengolah-kaleng-bekas-menjadi-miniatur-cantik

No comments:

Wednesday, September 7, 2011

Merangkai Laba dari Tas Lidi

Dari masa ke masa, tas menjadi perlengkapan tak terpisahkan bagi kaum hawa. Dalam setiap aktivitasnya, perempuan selalu menenteng barang satu ini. Jangan heran jika produsen tas juga rajin menggelontorkan model baru ke pasar.

Bahkan, untuk membuat produk ini berbeda, tak jarang produsen melakukan pelbagai inovasi. Salah satunya, membuat tas dari bahan sapu lidi. Salah satu produsennya adalah Sutarpi.

Ide membuat tas drai lidi ini terbersit dui benak Sutarpi saat ia mencari bahan baku tas yang lebih murah. �Ketika krisis, saya mencari ide mendapatkan bahan baku tas yang murah,� tutur perempuan yang telah menggeluti usaha produksi tas sejak 1994 ini.

Bermodalkan duit Rp 1 juta buat membeli batang-batang lidi, sejak awal 2008, perempuan berusia 35 tahun ini mulai menjalankan produksi tas berbahan baku lidi.

Dibantu empat orang karyawan, Sutarpi merangkai batang-batang lidi menjadi sebuah tas. Tentu, batang lidi itu sebelumnya telah diwarnai agar lebih menarik.

Di kawasan Wirobrajan, Yogyakarta, Sutarpi mulai memperkenalkan tas lidi buatannya itu ke masyarakat.Meski terbilang barang baru, ternyata banyak yang kecantol dengan tas lidi Sutarpi.

Dalam waktu singkat, ia bisa meraup omzet Rp 300.000 sehari dari jualan tas lidi. �Ini kan jenis baru. Jadi, banyak orang suka dengan tas lidi saya,� katanya.

Permintaan yang terus meningkat memaksa Sutarpi menambah jumlah karyawannya menjadi enam orang. Bahkan, ia kadang harus menambah jumlahnya menjadi 10 orang, jika ada pesanan dalam jumlah besar.

Sejauh ini, Sutarpi relatif tidak menemui kesulitan soal pasokan bahan baku. Sebab, selain harga lidi relatif murah, barangnya juga mudah didapat. �Saya membelinya di pasar,� ujarnya.

Pembeli dari India

Setiap hari, Sutarpi mampu memproduksi 10 model tas dengan jumlah total 100 unit. Namun, jika ia kebetulan sedang membuat model agak susah, produksinya hanya 50 tas per hari. Harga tas bervariasi, mulai Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per unit, tergantung model dan kualitas.

Sutarpi mengaku bisa meraup omzet sampai Rp 750.000 per hari. �Marjin masing-masing tas mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 5.000,� ungkapnya.

Selama ini, pembeli tas lidi Sutarpi tak terbatas pada masyarakat Yogyakarta. Ada beberapa pelanggan dari Jakarta, Medan, bahkan India. �Pembeli dari India rutin memesan setiap tiga bulan sekali,� katanya bangga.

Bicara soal pemasaran, Sutarpi menggunakan dua cara: tradisional dan modern. Cara tradisional adalah dengan menjajakan sendiri barang dagangannya hingga menitip ke kios. Sedangkan cara modern, ia memasarkan produknya lewat dunia maya. �Tapi, selama ini, promosi lewat internet masih belum maksimal,� akunya.

Bagi Anda yang tertarik mencoba bisnis tas lidi ini, ada beberapa tip menarik dari Sutarpi.

Pertama, siapkan modal minimal Rp 1 juta buat membeli bahan baku lidi. �Perkiraan saya, uang segitu mampu memproduksi hingga 50 tas lidi per hari,� ujar Sutarpi.

Kedua, cari pekerja yang ulet dan mahir merangkai lidi menjadi tas nan apik. Maklum, membuat tas ini cukup sulit.

Ketiga, Anda harus jeli melihat selera pasar yang mudah berubah. �Makanya, sekarang saya memadukan bahan lidi dengan aksesori akar wangi, enceng gondok, dan bahan lainnya,� papar Sutarpi.

Sumber : http://nasional.kompas.com

Tuesday, September 6, 2011

Inovasi Menjadi Kunci Usaha Limbah Batok Kelapa Tetap Eksis

Pemanfaatan limbah batok kelapa cukup beragam macamnya selain dibuat sebagai briket arang berbagai macam kerajinan batok kelapa cukup banyak dilakukan oleh usaha kecil. Namun agar tetap memiliki daya saing dengan produk-produk sejenis dari tempat lain, palaku usaha bisnis limbah batok kelapa harus pandai melakukan inovasi. Meski hal ini bukan perkara yang mudah namun harus dilakukan , karena akan meningkatkan pemasaran dan membuka jaringan pemasaran yang lebih luas.

Inovasi pada produk usaha pengolahan limbah batok kelapa juga terus dilakukan oleh UMKM Handicraft Pemuda Usaha Mandiri, Desa Temulus,Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Dengan melakukan inovasi kini jenis produk usaha limbah batok kelapa semakin beragam. Produksi yang sudah dihasilkan saat ini, bahkan mengaku sudah ada sekitar diatas 4.000 lebih, dari berbagai jenis handicraft .Sebelumnya hanya bisa menghasilkan tiga sampai lima jenis produk olahan limbah batok kelapa.

Jenis kerajinan yang dihasilkan antara lain pin, gantungan kunci, mug, serta tempat untuk meletakan alat tulis awalnya hanya untuk memenuhi permintaan lokal. Namun seiring perkembangan mulai merambah keluar daerah.

Dengan adanya inovasi adanya inovasi tersebut UMKM Handicraft Pemuda Usaha Mandiri, mentargetkan pemasaran hingga ke pulau Bali, Lombok dan sebagian Sumatra. Inovasi yang dilakukan pada intinya hanyalah penyempurnaan dari produk-produk handicraft yang sudah ada, sehingga lebih menarik bagi pembeli.(Galeriukm).

Sumber:
http://suaramerdeka.com

Thursday, June 9, 2011

Bisnis Kerajinan Enceng Gondok

Banyak orang mengenal tanaman enceng gondok atau dalam bahasa latin bernama Eichhornia crassipes, merupakan gulma bagi tanaman di sawah. Selain sebagai gulma dalam jumlah yang besar enceng gondok akan mengakibatkan pendangkalan pada perairan seperti danau dan kolam. Tetapi dibalik semua itu banyak peluang usaha yang bisa dihasilkan dari bisnis kerajinan enceng gondok. Enceng gondok merupakan serat alam yang ramah lingkungan sehingga aman untuk bahan kerajinan dan menjadi trend bisnis kedepan. Aneka kerajinan dari bahan enceng gondok bisa kita dapatkan di berbagai toko kerajinan atau supermarket. Dari Kerajinan berupa sandal enceng gondok, tas, dompet serta pernik-pernik perhiasan enceng gondok sampai furniturepun dapat dibuat dari enceng gondok. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kerajinan tersebut berasal dari tanaman gulma enceng gondok.

Peluang usaha kerajinan enceng gondok semakin menemukan tempatnya, seiring dengan pengembangan kerja sama industri kerajinan dan mebel berbasis bahan baku eceng gondok antara Indonesia dengan Pemerintah Mesir. Dengan kerjasama ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di kedua belah pihak. Selain itu dalam kerjasama ini Indonesia di dukung oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) serta Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo). Dengan dukungan dari dua lembaga tersebut diharapkan posisi tawar Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok yang termasuk dalam Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) lebih kuat.

Pengembangan bisnis kerajinan enceng gondok selain ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama kelompok Bisnis Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) juga bermanfaat dalam mendukung lingkungan hidup daerah sekitar. Sebab, Tanaman eceng gondok selama ini masih dianggap sebagai tanaman yang merugikan, karena dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan, menurunnya populasi ikan, penyumbatan irigasi, penyebab terjadinya banjir, dan tempat bersarangnya nyamuk.

Salah satu perusahaan yang konsen pada bidang ini adalah Tim CSR Adaro, sejak Juni 2009 mengembangkan UKM Eceng Gondok untuk memberdayakan masyarakat sekitar tambang melalui Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang dibentuknya. LPB mencoba memanfaatkan potensi alam yang melimpah tersebut di desa Paminggir Kecamatan Paminggir dan Desa Sungai Luang Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan. Di kedua daerah tersebut potensi eceng gondok melimpah namun tak termanfaatkan selama ini.

Kegiatan LPB meliputi pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok bagi masyarakat yang ada di sana dan membentuk kelompok-kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan eceng gondok. Materi yang diberikan dalam pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok antara lain mengenai pemanenan eceng gondok, penyortiran, pengeringan, memutihkan, teknik penganyaman, dan teknik finishing eceng gondok. Selain itu juga diberikan pelatihan manajemen, meliputi pembukuan dan pelatihan kewirausahaan, dan pengawasan mutu.

Masyarakat tidak hanya dilatih mengolah eceng gondok namun juga dilatih bagaimana melakukan pengawasan terhadap mutu dan mampu mengetahui trend yang disukai pasar. Dengan cara ini diharapkan mereka akan menjadi pengrajin yang professional. Pelatihan pengawasan mutu ini melibatkan Dinas Perindustrian setempat.

Seorang pengrajin kerajinan Enceng gondok Abdul Jalal, warga Kelurahan Klego, Pekalongan, Jawa Tengah, telah menggeluti bisnis kreatif mengubah tanaman eceng gondok menjadi kerajinan bernilai ekonomi tinggi. Kerajinan dari bahan dasar eceng gondok buatan Abdul Jalal antara lain berupa hiasan dinding, sandal, taplak meja, batal kursi dan dompet. Jika sudah berbentuk barang kerajinan ini, kesan eceng gondok sebagai tanaman tak bernilai pun sirna.

Awalnya Abdul Jalal bisa membuat kerajinan dari eceng gondok itu belajar orang, setelah itu dia belajar dan mencoba mandiri, sementara produknya sendiri diekspor ke luar negeri antara lain Amerika, Australia, Inggris dan terakhir Arab Saudi.

Lain lagi dengan Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok di Dusun Jambu, sebuah dusun yang terletak di pesisir pantai selatan Bantul, tepatnya di Patehan, Gadingsari, Kecamatan Sanden, Bantul. Banyak warga disana menekuni Bisnis Kerajinan Enceng Gondok dalam skala usaha kecil dan Rumah tangga. Meski demikian ketekunan warga Jambu dalam menganyam enceng gondok dan menghasilkan berbagai bentuk kerajinan mampu menghantar produknya ke pasar Amerika Serikat, Belgia dan Australia.

Banyaknya potensi alam tanaman enceng gondok dan peluang ekonomi yang cukup menjanjikan membuat sentra kerajinan enceng gondok dibeberapa tempat. Hanya perlu lebih diintensifkan lagi agar meningkatkan ekonomi bisnis usaha kecil dan rumah tangga.

Jika anda tertarik menekuni bisnis kerajinan enceng gondok, prosesnya tidak susah. Proses membuat kerajinan enceng gondok, Pertama, eceng gondok yang baru diambil dari sungai di jemur hingga kering. Kemudian batang eceng gondok yang telah kering dibentuk lembaran-lembaran kecil. Lembaran batang eceng gondok yang telah mengering inilah yang nantinya dianyam dan dibentuk menjadi kerajinan sesuai yang dikehendaki. Selamat mencoba. (Galeriukm).

Sumber:
1. http://web.bisnis.com/sektor-riil/ritel-ukm/1id185508.html
2. http://bisniskeuangan.kompas.com

Sunday, May 22, 2011

Peluang Usaha Menjanjikan Dengan Kreasi Batok Kelapa

Umumnya, batok kelapa menjadi sampah. Kalaupun dimanfaatkan, paling-paling batok itu untuk bahan bakar pengganti kayu. Namun, di tangan Nur Taufik (37), warga Dusun Santan, Guwosari, Pajangan, Bantul, DI Yogyakarta, batok kelapa diubah menjadi aneka peralatan rumah tangga. Batok kelapa pula yang mengantarkannya menjadi pengusaha sukses.

Cerita sukses Taufik berawal ketika lulus SMA tahun 1992. Sebagian besar temannya memilih merantau ke Tangerang menjadi buruh pabrik. Taufik tak mau mengikuti temannya. Dalam benaknya, ia tidak pernah mau menjadi buruh yang harus menuruti majikan. Ia ingin membuka usaha sendiri.

Gagasan mengolah batok kelapa datang setelah ia menerima hiasan dinding dari tetangganya. �Dari hiasan itu saya mulai berpikir, ternyata batok kelapa bisa dimanfaatkan. Saya putar otak, kira-kira batok kelapa tersebut bisa dibuat apa lagi,� ujar Taufik, akhir April 2010 lalu.

Ia mencoba membuat gantungan kunci. Tetangga banyak yang mencibir karena kerajinan batok dilihat tidak punya nilai jual. Cibiran itulah yang menginspirasinya menamai usahanya dengan nama Cumplung Aji.

Nama tersebut diambil dari kata cumplung yang berarti batok kelapa yang jatuh ke tanah setelah dimakan tupai. Adapun aji berarti mempunyai nilai.

Sekitar seratus gantungan kunci lalu dibawa ke Malioboro untuk ditawarkan. Para pedagang kaki lima hanya menawarnya Rp 300 per unit, sementara biaya produksinya Rp 500 per unit. Umumnya konsumen lokal belum memandang karya seni dalam batok kelapa. Mereka masih melihatnya sebagai limbah sehingga tawaran harganya murah. Taufik tak mau rugi. Ia mencari pasar lain.

�Kakak saya yang kuliah di Universitas Islam Indonesia mengusulkan agar gantungan kunci itu dititipkan di koperasi kampusnya. Saya lalu menambahkan sedikit sablon yang berisi nama jurusan atau fakultas. Di luar dugaan, ternyata banyak yang tertarik dengan harga Rp 700 per unit,� katanya. Ada margin Rp 200 per unit.

Ikut pameran

Tahun 1993, Taufik memutuskan melanjutkan studi di Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Selama kuliah, naluri bisnisnya justru makin kuat. Tak hanya di koperasi kampus, ia mulai menitipkan barangnya ke tempat pameran kerajinan di Kasongan.

Menurutnya, produk olahan batok kelapa kurang mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia. Ia berusaha membidik pasar asing dengan mengikuti pameran di Hotel Ambarrukmo dan Hotel Garuda pada tahun 2004. �Dari usaha itu saya langsung dapat order 300 tempat sabun,� katanya.

Pesanan dalam partai besar membuatnya makin bergairah. Tahun 1995 ia mengikuti kegiatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Benteng Vredenburg. Saat itu ia memamerkan patung batok kluntung sebagai pengganti bel di rumah-rumah.

Dari pameran-pameran tersebut, pesanan yang diterima makin banyak. Pesanan untuk luar negeri pertama kali ia terima tahun 1996, yakni 700 alat musik marakas (alat musik samba) ke Kanada. Satu unit dihargai Rp 8.000 dan pesanan tersebut berlanjut ke tahun berikutnya sebanyak 10.000 marakas.

Kini setidaknya sudah ada 200 jenis barang yang ia buat dari batok kelapa. Jenisnya aneka ragam, seperti gelas, asbak, tas, dan sendok. Harga jualnya antara Rp 1.500 dan Rp 60.000 per unit.

Untuk mengolah batok kelapa menjadi aneka peralatan rumah tangga, Taufik dibantu 12 karyawan tetap dan 15 tenaga borongan. Semuanya masih tetangga sekitar rumahnya. Peralatan pendukungnya sekitar 20 mesin bubut. �Saya ingin rezeki saya juga dinikmati tetangga sekitar. Apalagi banyak pengangguran di dusun saya,� katanya.

Taufik berniat membangun sentra usaha batok kelapa di dusunnya. Niatnya itu muncul karena banyaknya pesanan yang masuk sehingga ia kewalahan memenuhinya. Tahun 2000, pesanan dari Jepang terpaksa ditolak karena jumlahnya sangat besar, yakni 80.000 unit tiap tiga bulan.

�Saya tidak sanggup memenuhi permintaan sebanyak itu. Ada delapan jenis barang yang mereka minta. Sebagian besar untuk tempat makanan cepat saji, jadi pemakaiannya sekali langsung dibuang,� katanya.

Sudah ada 30 tetangganya yang diberi pelatihan khusus. Setelah menguasai teknik pemanfaatan batok kelapa, mereka bisa memproduksi sendiri. �Hasilnya bisa langsung saya tampung sehingga mereka tidak repot-repot mencari pasar. Saya ingin melihat tetangga ikut maju, tetapi sayangnya sulit sekali mengajak mereka. Mereka lebih suka menjadi buruh pabrik,� katanya.

Saat ini omzet Taufik berkisar Rp 90 juta per bulan dengan margin keuntungan sekitar 30 persen. Untuk mendapatkan bahan baku, ia mengambil dari Kulon Progo dan daerah luar Jawa, seperti Jambi dan Lampung.

Pangsa pasar produk kerajinan Cumplung Aji 75 persen ke pasar internasional, yakni Perancis dan Amerika Serikat. Adapun 25 persen sisanya ke pasar lokal.

Tak jauh beda dengan Nur Taufik, batok atau tempurung kelapa sepintas hanya sebuah sampah yang mungkin tak berarti apa-apa. Namun jika diolah dengan tangan kreatif, batok kelapa bisa berganti rupa menjadi sebuah karya seni kerajinan yang bernilai bisnis di antaranya aksesoris, hiasan, mainan, serta alat rumah tangga.

Aksesoris yang terbuat dari batok kelapa antara lain jepitan, dan bingkai foto. Sedangkan perabotan rumah tangga di antaranya gelas, nampan, penutup lampu, sendok, garpu, atau sendok sayur. Dengan sentuhan seni yang halus, kerajinan batok kelapa terlihat sangat artistik. Salah satu perajin batok kelapa adalah Wahyu Hastono.

"Batok kelapa punya beberapa keunggulan, di antaranya teksturnya," kata Wahyu. Bahan yang dibutuhkan membuat kerajinan dari batok kelapa seperti lem kayu, amplas dan cat. Agar terlihat artistik, serat dari tempurung kelapa harus ditonjolkan. Sebab diseratlah melekat nilai seni yang kuat, selain bentuk-bentuk unik yang dibuat.

Wahyu berani menjamin kerajinan patung dari batok kelapa merupakan yang pertama di dunia. "Saya jamin itu," kata Wahyu. Bahan baku ini banyak didapat di pasar. Padahal sebelumnya batok kelapa hanya dipakai untuk dibakar. Dengan demikian usaha ini dapat menjadi penghasilan bagi pengumpul batok. (fn/km/lp/klik video dari Kantor Berita Liputan 6)

Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)