Latest News

Showing posts with label Manajemen Bisnis. Show all posts
Showing posts with label Manajemen Bisnis. Show all posts

Thursday, June 7, 2012

Business Management : Value Chain (1)

The value chain, also known as value chain analysis, is a concept from business management that was first described and popularized by Michael Porter in his 1985 best-seller, Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance.

A value chain is a chain of activities. Products pass through all activities of the chain in order and at each activity the product gains some value. The chain of activities gives the products more added value than the sum of added values of all activities. It is important not to mix the concept of the value chain with the costs occurring throughout the activities. A diamond cutter can be used as an example of the difference. The cutting activity may have a low cost, but the activity adds much of the value to the end product, since a rough diamond is significantly less valuable than a cut diamond.

The value chain categorizes the generic value-adding activities of an organization. The "primary activities" include: inbound logistics, operations (production), outbound logistics, marketing and sales (demand), and services (maintenance). The "support activities" include: administrative infrastructure management, human resource management, technology (R&D), and procurement. The costs and value drivers are identified for each value activity. The value chain framework quickly made its way to the forefront of management thought as a powerful analysis tool for strategic planning. The simpler concept of value streams, a cross-functional process which was developed over the next decade, had some success in the early 1990s.

The value-chain concept has been extended beyond individual organizations. It can apply to whole supply chains and distribution networks. The delivery of a mix of products and services to the end customer will mobilize different economic factors, each managing its own value chain. The industry wide synchronized interactions of those local value chains create an extended value chain, sometimes global in extent. Porter terms this larger interconnected system of value chains the "value system." A value system includes the value chains of a firm's supplier (and their suppliers all the way back), the firm itself, the firm distribution channels, and the firm's buyers (and presumably extended to the buyers of their products, and so on).

Capturing the value generated along the chain is the new approach taken by many management strategists. For example, a manufacturer might require its parts suppliers to be located nearby its assembly plant to minimize the cost of transportation. By exploiting the upstream and downstream information flowing along the value chain, the firms may try to bypass the intermediaries creating new business models, or in other ways create improvements in its value system.

The Supply-Chain Council, a global trade consortium in operation with over 700 member companies, governmental, academic, and consulting groups participating in the last 10 years, manages the Supply-Chain Operations Reference (SCOR), the de facto universal reference model for Supply Chain including Planning, Procurement, Manufacturing, Order Management, Logistics, Returns, and Retail; Product and Service Design including Design Planning, Research, Prototyping, Integration, Launch and Revision, and Sales including CRM, Service Support, Sales, and Contract Management which are congruent to the Porter framework. The SCOR framework has been adopted by hundreds of companies as well as national entities as a standard for business excellence, and the US DOD has adopted the newly-launched Design-Chain Operations Reference (DCOR) framework for product design as a standard to use for managing their development processes. In addition to process elements, these reference frameworks also maintain a vast database of standard process metrics aligned to the Porter model, as well as a large and constantly researched database of prescriptive universal best practices for process execution.

Wednesday, April 4, 2012

Kebutuhan Manusia dan Manajemen Bisnis

Kebutuhan ini dimulai dari dasar segitiga dengan kebutuhan psikologi dasar manusia untuk bertahan hidup seperti, makanan, air, dan tidur yang kemudian meningkat ke puncak segitiga yang mewakili pencapaian kepuasan dalam hidup yang mengacu pada aktualisasi diri.

Diantara kebutuhan psikologis dan hasrat aktualisasi diri, ada tiga kebutuhan lainnya yang diperlukan, seperti, keamanan, kepemilikan, dan penghargaan.

Usaha kecil, korporasi besar, dan setiap manajer harus mengetahui teori Maslow ini dan membuat keputusan yang memenuhi beberapa aspek kebutuhan ini jika mereka ingin mengembangkan karyawan yang setia, kompeten, dan puas.

Ada banyak penerapan praktis dari hirarki kebutuhan Maslow ini yang dilakukan dalam praktek bisnis. Dengan menganggap bahwa kebutuhan dasar hidup dipenuhi di tempat kerja, berikut ada beberapa saran. Banyak dari saran ini sudah digunakan dalam kehidupan bisnis dan hasilnya adalah meningkatnya kepuasan dan produktivitas karyawan. Menariknya, penerapan prinsip ini bisa diterapkan di perusahaan multi nasional atau operasional bisnis sederhana dengan sedikit karyawan.

Kebutuhan keamanan meliputi perasaan aman di dalam lingkungan tertentu. Bisnis harus memastikan adanya rencana dan kebijakan yang mempengaruhi berbagai keadaan yang mungkin terjadi, seperti kebakaran, banjir, angin topan, atau bahkan kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja. Karyawan harus diberikan pengarahan singkat apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat dan manajemen harus menunjukkan perhatiannya. Apakah pemadam kebakaran, alat pertolongan pertama dan nomor telepon darurat tersedia? Perhatian lainnya seperti memastikan apakah penerangan di area parkir sudah memadai sehingga karyawan yang datang lebih awal atau pulang lembur akan merasa aman .

Kebutuhan kepemilikan memberikan rasa kekeluargaan dan membuat karyawan merasa sebagai bagian dari tim. Topi, kaos atau aksesoris biasa digunakan untuk menunjukkan kekompakan group serta identitas personal. Hal sederhana seperti mengingat hari ulang tahun dengan memberikan ucapan selamat atau kartu ucapan menanamkan rasa keberadaan dan menciptakan lingkungan dimana produktivitas individu meningkat karena mereka merasa dihargai.

Kebutuhan penghargaan memberikan rasa pencapaian dan kepuasan pada karyawan. Karyawan teladan, sertifikat penghargaan, ucapan terima kasih di depan umum atas pekerjaan yang terselesaikan dengan baik, merupakan hal positif di lingkungan kerja.

Ini hanyalah contoh dari banyak cara dimana para manajer bisa menggunakan psikologi perilaku manusia untuk memberikan rasa keberadaan bagi siapa saja yang terlibat di tempat kerja. Setiap manajer atau pemimpin harus familiar dengan hirarki kebutuhan Maslow dan menerapkan elemen-elemen tersebut di tempat kerja .

Sumber: http://www.leadershiparticles.net

Monday, May 2, 2011

5 Langkah Membuat Produk Anda Memiliki Nilai Lebih

Produk baik berupa barang atau jasa merupakan sumber penghasilan dari suatu perusahaan. Produk adalah sesuatu yang ditawarkan oleh pihak produsen kepada konsumen. Karena itu produk tidak dapat anda tawarkan begitu saja dengan konsumen tanpa membuatnya menjadi lebih menarik dibandingkan dengan produk pesaing anda. Harus ada nilai lebih yang bisa menjadi alasan kenapa konsumen harus memilih produk anda. Karena itu saya menyusun daftar atau check list atau standar yang sebaiknya dipenuhi agar produk anda mampu bersaing dan mudah-mudahan dapat membuat konsumen memilih produk anda.

1. Kualitas Terbaik
Kualitas merupakan standar pertama yang harus dipenuhi oleh suatu produk dan layanan. Tidak ada kompromi untuk standar kualitas suatu produk kecuali anda mau mengubah kemasan produk dan nama perusahaan anda. Kenapa karena tanpa kualitas anda hanya dapat menipu konsumen sekali saja, begitu konsumen membeli produk anda dan tidak menemukan kualitas yang diharapkan maka konsumen tersebut kemungkinan besar akan meninggalkan anda. Kecuali memang tidak ada pilihan lain selain produk anda. Kualitas yang baik akan memberikan pengalaman baik kepada konsumen dan konsumen bisa menjadi iklan bagi produk anda karena dia akan berbagi pengalaman baik tersebut dengan konsumen lainnya. Jangan pernah berpikir kalau produk anda berkualitas maka daya tahan yang lama akan membuat konsumen lama untuk membeli lagi produk anda. Pandangan itu salah, karena bila anda mengidahkan kualitas yang ada konsumen beralih dari produk anda. Kualitas bukan ditentukan oleh produsen akan tetapi ditentukan oleh kepuasan konsumen. Jadi berikan yang terbaik untuk kualitas produk anda agar anda dapat menerima hasil terbaik dari pelanggan anda.

2. Harga Pantas
Orang bilang harga tidak berbohong yang artinya bila harga suatu barang mahal maka memang harga mahal itu wajar untuk produk yang berkualitas. Maksud sebenarnya adalah harga suatu produk haruslah dalam jangkauan yang wajar, tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Karena bila harga terlalu mahal maka konsumen akan berpikir beberapa kali sebelum membeli produk anda. Beberapa orang justru lebih memilih membeli produk yang lebih murah asal bisa dipakai, tanpa memikirkan kualitas. Namun tentu hal ini tidak berlaku lama, karena dengan proses waktu maka konsumen tersebut akan tersadar bahwa sebenarnya membeli produk berkualitas akan lebih menguntungkan dari segi penghematan biaya, waktu, dan tenaga. Namun harga yang terlalu murah pun akan menimbulkan kecurigaan dan kesan murahan serta tidak berkualitas bagi produk anda, walaupun pada kenyataannya produk anda memiliki kualitas yang baik. Karena itu anda harus pintar menentukan harga yang wajar dan pantas untuk produk anda.

Berikut cara menentukan harga yang wajar dan pantas untuk produk anda:
1. Tentukan harga modal per item dari produk anda. Jumlahkan biaya produksi, biaya promosi, dan biaya distribusi per item produk. Lalu jadikan total biaya per item produksi menjadi harga modal untuk produk anda.
2. Lakukan survei produk sejenis dan tentukan range produk untuk kategori murahan dan kemahalan. Caranya lihat dari kemasan produk dan pastikan kualitasnya baik, bila kemasan menarik dan harga sedikit diatas harga rata-rata produk sejenis maka harga tersebut bisa jadi menjadi patokan harga tertinggi untuk harga wajar atau pantas untuk produk tersebut. Barang yang dianggap murah biasanya bisa kelihatan dari kemasannya, kemasan yang biasa dan tidak menarik membuat biaya produksinya menjadi murah, namun kemasan tidak menunjukan kualitas jadi anda harus mencari patokan barang berkualitas dengan kemasan biasa dan jadikan harga barang tersebut menjadi harga terendah untuk harga pantas produk tersebut.
3. Anda tinggal memilih dari jangkauan harga wajar dari harga tertinggi dan terendah produk tersebut dan mungkin baik untuk memilih tidak terlalu jauh dari harga wajar terendah sebagai awal produk anda. Anda dapat meningkatkan harga seiring perkembangan dari produk anda.

3. Kemasan Menarik
Kemasan merupakan kunci pemikat pertama dari suatu produk. Kemasan menjadi daya tarik visual untuk produk anda. Pandangan visual merupakan interaksi tercepat dan mungkin yang pertama yang dapat dilakukan oleh konsumen dengan produk anda. Saat ini konsumen lebih sudah tidak terlalu sensitif terhadap harga. Karena bila anda menjual produk diluar kebutuhan pokok maka target pemasaran anda sebagian besar terhadap golongan menengah ke atas yang menjadikan harga bukan faktor utama untuk keputusan membeli suatu produk. Apa yang mereka lihat dan rasakan akan menjadi andil penentu dari keputusan pembelian terhadap produk anda. Karena itu kemasan yang memberikan pengalaman baik kepada konsumen akan membuat konsumen mengingat produk anda dan tentu berpeluang besar menjadi pembeli produk anda.

Karena itu pastikan kemasan produk anda memiliki kemasan dengan:
1. Menarik, desain produk yang menarik dan unik akan menjadi nilai lebih yang membedakan produk anda dengan produk sejenis. Desain yang menarik akan memikat konsumen pada saat melihat produk anda dan membuatnya berpeluang menjadi pembeli. Karena bagaimana konsumen akan membeli produk anda bila melihatnya saja ia tidak tertarik. Karena itu pastikan desain produk anda dapat menarik perhatian konsumen.
2. Bentuk yang ergonomis, bentuk yang disesuaikan dengan keadaan fisik manusia membuat pengguna produk lebih nyaman dalam menggunakan produk tersebut. Contohnya produk kursi yang di desain bentuknya agar ergonomis akan membuat seseorang dapat duduk lebih lama di kursi tersebut dibandingkan duduk di bangku biasa yang bentuknya standar saja. Kenyamanan merupakan pengelaman yang sangat baik bagi konsumen dan menjadikan konsumen betah menggunakan produk anda.
3. Sentuhan berkualitas, setelah melihat konsumen akan tertarik untuk menyentuhnya. Ada beberapa barang yang menjadikan sentuhan merupakan jawaban dari kualitas suatu produk, contohnya produk tekstil. Dengan menyentuhnya maka konsumen dapat merasakan kualitas dan pengalaman yang baik dari produk anda.
4. Aroma yang menggugah, aroma secara tidak sadar mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Seperti kita tau ada terapi dengan aroma yang mampu menenangkan jiwa seseorang. Karena itu aroma yang menarik dan menggugah konsumen akan membantu membuat konsumen menjadi pembeli produk anda. Apalagi bila produk makanan, dulu di Bandung jaman kuliah saya sering mencoba makanan baru karena tidak tahan mencium aroma masakan yang begitu menggoda.
5. Informasi baik, jangan lupa sertakan informasi penting dengan produk anda. Baik itu cara penggunaan, efek samping, kandungan produk, alamat perusahaan, dan informasi lainnya untuk membantu pembeli mengetahui lebih jauh apakah mereka telah membeli produk yang mereka inginkan. Jangan sampai pembeli merasa tertipu dengan produk anda karena hal ini akan membuat konsumen tidak akan membeli produk anda untuk kedua kalinya.

4. Penuhi Kebutuhan Konsumen
Anda harus jeli melihat kebutuhan konsumen, apa yang sedang mereka perlukan atau yang akan mereka butuhkan. Contohnya para produsen baju memproduksi jaket lebih banyak pada saat musim hujan karena kebanyakan orang membutuhkan jaket pada saat musim hujan. Namun bisa saja bila anda pandai menganalisa perkembangan pasar maka anda bisa melihat apa yang bisa anda keluarkan dan menjadi barang kebutuhan konsumen. Namun biasanya hal seperti ini terjadi dalam jangka panjang.

5. Ikuti Tren Pasar
Anda senang tren, atau model yang sedang laku di pasaran. Tidak ada salahnya kita selalu terbuka dan menerima perubahan pasar. Karena perubahan tren pasar merupakan perubahan kebutuhan para konsumen. Tren justru akan menjadi sesuatu yang dapat memicu penjualan produk anda. Pada saat mobil sedang tren mengeluarkan model SUV, maka konsumen pun ramai-ramai membeli model SUV. Hal ini karena tren pasar sedang menuju ke kendaraan multi fungsi. Jadi bila anda tidak mengikuti perkembangan pasar, maka anda tentu pasti akan ketinggalan dari para pesaing anda.

Itulah 5 daftar langkah yang dapat menjadi nilai lebih bagi produk anda. Sebenarnya teknik sederhana adalah belajar dari pasar yang anda. Bila ada pesaing anda yang mampu menjual produknya dengan jumlah sangat banyak, anda harus mempelajari apa yang mereka miliki sehingga dapat menjual produknya dengan baik. Tapi bukan meniru pesaing anda, anda harus mencari cara atau teknik bagaimana agar dapat mengalahkan teknik pesaing anda. Selain itu produk yang anda jual akan dibeli oleh konsumen, oleh karena itu buatlah produk sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen. Jangan membuat produk hanya untuk menunjukkan kemampuan anda, atau menonjolkan perusahaan anda, karena dengan mengerti dan memberikan pengalaman terbaik konsumen dengan produk anda maka anda akan memiliki pelanggan yang loyal terhadap produk dan perusahaan anda. Semoga sukses.

Tulisan ini kelanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai Manajemen Perusahaan. Dan akan saya lanjutkan untuk menulis mengenai pemasaran. Yaitu teknik-teknik yang dapat anda gunakan untuk menjual produk anda. Tulisan ini merupakan pemikiran penulis berdasarkan buku-buku yang telah dibaca dan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang sukses di bidang mereka. Bila ada saran dan tambahan untuk tulisan ini mohon menambahkan. Terima kasih.

Sumber : http://www.thinkrooms.com

Wednesday, February 23, 2011

Prinsip dan Standarisasi Manajemen Perusahaan

Pendahuluan
Bisnis merupakan kegiatan dalam menjual produk atau jasa agar memberikan keuntungan bagi pemiliknya. Bisnis merupakan kegiatan beresiko memberikan kerugian baik dari segi material atau non-material. Namun bila berhasil maka akan memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi pemiliknya. Agar terhindar dari resiko bisnis maka bisnis harus dijalankan dengan tepat dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang serius dan mantap. Bisnis terdiri atas beberapa komponen penting yang saling mendukung dan melengkapi. Bila salah satu komponen gagal maka akan mengganggu komponen lain.

Berikut adalah komponen-komponen bisnis tersebut:
* Manajemen, yaitu bagian yang merencanakan, mengelola, dan menjalankan bisnis. Komponen ini bisa disebut sebagai backend yaitu komponen yang berada di belakang layar.
* Kekuatan brand atau image, yaitu karisma, kekuatan emosional yang dimiliki oleh perusahaan dan merupakan pandangan/perasaan masyarakat terhadap perusahaan atau produk.
* Produk atau Layanan, komponen yang dijual atau ditawarkan kepada pasar. Komponen ini bisa disebut sebagai front end karena komponen ini berada didepan. Komponen inilah yang berhadapan dengan masyarakat.
* Partner, yaitu pihak yang ikut membantu dalam menjalankan bisnis.
* Pelanggan, yaitu pihak yang akan menerima tawaran atau membeli produk dan layanan yang ditawarkan.

Saya akan membahas komponen-komponen diatas satu persatu disertai kriteria, prisip, dan standar yang perlu dipenuhi agar tiap komponen dapat berfungsi maksimal sesuai yang diharapkan. Tiap komponen tidak dapat berdiri sendiri karena gangguan pada satu komponen akan mengganggu komponen lain. Saya akan menulis pemikiran saya berdasarkan pengalaman, buku-buku manajemen bisnis, dan studi kasus pada perusahaan-perusahaan tertentu. Pada posting ini saya akan membahas pada komponen Manajemen. Dan saya akan teruskan pada tulisan-tulisan berikutnya.

Manajemen

Manajemen suatu perusahaan adalah nyawa dari suatu perusahaan. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Bahkan akan berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik lagi. Dalam mengelola perusahaan maka ada prinsip dan standarisasi dimana hal-hal tersebut akan sangat membantu perkembangan perusahaan bila diterapkan dengan baik. Prisip dan standar ini bukanlah nilai mutlak dalam kesuksesan suatu perusahaan. Tidak selamanya suatu perusahaan yang telah melakukan segala sesuatunya dengan baik akan sukses. Terkadang ada beberapa kendala atau halangan yang tidak dapat dihindari contohnya tertipu rekan kerja atau tertimpa bencana serta kendala-kendala lainnya.

Berikut adalah beberapa prinsip dan standarisasi yang diharapkan mampu mendukung kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan:

1. Perancanaan yang Matang
Sebelum suatu perusahaan berdiri maka biasanya modal merupakan kendala awal yang harus dipenuhi sebelum perusahaan berjalan. Tidak selamanya modal besar pasti memberikan keuntungan besar. Pengelolaan modal yang efektif dan efisien akan memberikan keuntungan yang maksimal. Untuk kita kita harus melakukan perhitungan modal dan biaya yang diperlukan untuk operasional perusahaan dalam jangka beberapa waktu ke depan. Kita harus mampu memberikan anggaran yang aman untuk operasional perusahaan dalam beberapa waktu kedepan. Jadi bukan mengamankan anggaran hanya untuk hari ini dan besok. Dengan adanya pengamanan anggaran dalam jangka panjang maka perusahaan akan mampu bertahan bila mengalami kendala atau bencana yang sifatnya mendadak dan tidak diperhitungkan sebelumnya.

Dengan melakukan perencanaan dan perancangan perusahaan secara matang maka perusahaan akan siap menghadapi berbagai kendala dan rintangan karena telah diperhitungkan sebelumnya. Misalnya dalam membuat suatu produk maka kita harus melakukan penelitian terlebih dahulu mengenai pasar, konsumen, produk pesaing, dan kendala-kendala yang mungkin akan muncul agar produk kita tepat sasaran dan tidak gugur bila terkena berbagai tekanan dan kendala yang muncul. Saat ini penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis mampu memudahkan dan mempercepat perencanaan perusahaan. Sistem yang digunakan disebut Enterprise Resource Planning(ERP) dimana sistem ini melakukan perencanaan dengan konsep Manajemen Operasional dengan suatu aplikasi yang terintegrasi. Beberapa kegiatan manajemen dapat terbantu dengan sistem ini seperti inventory management, financial management, reporting, manufacturing management, dan kegiatan lainnya.

2. Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Loyal, dan Sejahtera.
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci penggerak perusahaan. Dengan adanya SDM yang mampu menggerakkan perusahaan dengan baik maka suatu perusahaan akan mampu berkembang dan melakukan bisnisnya dengan efektif dan efisien. SDM yang berkualitas tidaklah cukup untuk menjalankan perusahaan dalam jangka panjang. Diperlukan loyalitas pegawai terhadap perusahaan tempat dimana dia bekerja. Dengan membangun hubungan emosional antara perusahaan dan pegawainya maka seorang pegawai akan berusaha semaksimal mungkin memberikan kontribusi terbaik buat perusahaan. Tanpa adanya hubungan emosional antara perusahaan dan pegawai maka pegawai hanya menjalankan kewajibannya tanpa memberikan seluruh kemampuannya untuk perusahaan. Bila kewajibannya telah dilakukan maka dia hanya akan berjalan ditempat tanpa memberikan inovasi, kreatifitas, dan ide cemerlang yang sebenarnya bisa dilakukan bila pegawai memiliki ikatan emosional yang membuat dia ingin ikut membangun dan mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik.

Sumber daya manusia yang berkualitas, dan loyal belum tentu dapat memberikan kontribusi terbaik yang dimilikinya. Manusia yang memiliki kebutuhan tentu akan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhannya. Bila seorang pegawai merasa bahwa penghasilan yang dimilikinya tidak memenuhi kebutuhannya maka tentu dia akan berusaha untuk mencari jalan agar dapat memenuhi seluruh kebutuhannya. Bila hal ini terjadi maka pegawai mencari kerja sampingan yang akan menyita waktu, pikiran, dan tenaganya sehingga ia tidak dapat memberikan kemampuannya secara maksimal pada perusahaan. Mengapa terkadang beberapa perusahaan melakukan meeting, atau penyusunan anggaran di hotel padahal kantor mereka memiliki fasilitas yang sama dengan hotel? Mungkin buat sebagian orang hal ini adalah pemborosan, tapi dampak baiknya adalah para peserta meeting atau rapat akan lebih berkosentrasi dan memberikan pemikiran mereka secara maksimal tanpa terganggu oleh masalah lainnya seperti macet di perjalanan ke kantor, permasalahan di rumah, dan kendala-kendala di luar perusahaan. Dengan adanya dukungan dari perusahaan agar pegawai tidak dipusingkan oleh hal-hal lain diluar perusahaan maka pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal buat perkembangan perusahaan.

3. Manager yang Terbuka, Tegas, dan Demokrat
Kepemimpinan seorang manager merupakan penunjuk jalan yang benar bagi perusahaan. Mereka adalah nakhoda kapal yang akan menentukan apakah perusahaan akan mencapai tujuan atau tidak. Jiwa kepemimpinan yang berwibawa harus dimiliki oleh seorang manager perusahaan, namun dengan wibawa bukan berarti bersikap tertutup terhadap pegawainya. Justru sikap terbuka seorang pemimpin yang mau menerima masukan dan saran dari bawahannya akan membantu seorang manager dalam memimpin perusahaan atau departement yang dibawahinya. Ketegasan dalam memimpin dan mengambil keputusan sangat diperlukan oleh seorang manager, karena di tangan mereka keputusan akan jalan yang ditempuh oleh perusahaan akan menentukan perkembangan dan operasional perusahaan. Manager juga harus dapat mempertanggung jawabkan keputusan mereka di depan direksi tidak melulu menyalahkan bawahan yang tidak becus melakukan perintahnya. Sebaiknya setiap pengambilan keputusan melibatkan banyak pihak, baik itu bawahan ataupun pihak lain yang terkait. Dengan adanya masukan dari yang lain maka manager dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat dan memuaskan banyak pihak.

Hubungan antara manager dan bawahan juga harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan.

4. Lingkungan Kerja yang Nyaman dan Mendukung
Seorang pekerja menghabiskan hampir setengah hidupnya dalam sehari berada di kantor. Sehingga kantor merupakan tempat kedua setelah rumah yang menjadi tempat terlama dimana pekerja berada. Untuk itu lingkungan kantor yang nyaman, kondusif, dan mendukung pekerjaan mutlak diperlukan. Lingkungan kerja bukan berarti hanya kantor saja, akan tetapi termasuk suasana kerja, dan hubungan antar pegawai perusahaan. Bila salah satu bagian dari lingkungan kerja tersebut ada yang membuat tidak nyaman seorang pekerja maka akan berdampak terhadap menurunnya kinerja dan kontribusi pegawai tersebut terhadap perusahaan.

Kantor adalah tempat bekerja dimana kenyamanan kantor bergantung pada kebersihan, kerapian, ketenangan, keindahan, suhu dan udara yang sesuai, serta tata letak furniture dan ruangan yang baik. Perangkat kerja yang mendukung juga perlu diperhatikan. Jangan memaksakan penghematan terhadap perangkat kantor yang dapat menghambat pekerja. Beberapa perusahaan terkadang mempertahankan komputer tua yang suka crash dengan alasan masih dapat dipakai padahal justru kelambatan dan tuanya perangkat membuat waktu bekerja dan terkadang menghambat pekerja pada saat perangkat tua tersebut rusak. Kantor yang nyaman akan membuat pegawai betah dan tidak terburu-buru ingin meninggalkan kantor sehingga pekerja lebih berkosentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Suasana kekeluargaan di kantor perlu dibina agar pegawai merasa sebagai bagian dari perusahaan dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap perusahaan untuk menjaga nama baik perusahaan. Jangan sampai ada sifat iri, sinis, atau ada pertikaian antar pegawai karena akan mengganggu pekerjaan dan kinerja perusahaan.

Perlu diperhatikan juga bagaimana pegawai berangkat dan pulang dari kantor. Bila pegawai tinggal terlalu jauh dari kantor maka perlu dipikirkan bagaimana bila terkendala macet dan terlambat sampai dikantor. Ada baiknya perusahaan menyediakan jemputan karyawan karena selain membantu karyawan juga akan mengakrabkan karyawan karena ada waktu bercerita dalam perjalanan dari atau ke kantor.

5. Terbuka dan Selalu Belajar
Perkembangan dunia bisnis begitu cepat. Begitu banyak bidang yang mendukung suatu bisnis misalnya bidang teknologi informasi. Begitu banyak perubahan yang terjadi diluar perusahaan, karena itu kita tidak boleh tertutup dan harus berusaha menerima perubahan yang ada. Dengan selalu mempelajari perubahan dan perkembangan maka suatu perusahaan akan dapat bersaing dengan perusahaan lain dan tidak tertinggal oleh tren dan perkembangan yang terus berjalan. Perusahaan harus mempelajari dan menerapkan berbagai perkembangan dan perubahan yang mampu memberikan manfaat yang efektif dan efisien bagi perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan akan selalu dapat berkembang, dan berjalan seiring dengan perubahan dan perkembangan yang ada.

Sumber : http://www.thinkrooms.com

Monday, October 25, 2010

Hubungan Kewirausahaan Dan Kemampuan Manajerial

Seorang wirausaha adalah orang yang memiliki ciri inisiatif, memiliki tanggung jawab atau wewenang dan berpandangan ke depan untuk menjangkau kesuksesan usaha. Kewirausahaan adalah sikap dan cara pandang seseorang yang memiliki tindakan kreatif dalam membangun nilai dari sesuatu yang tidak nampak sebelumnya menjadi sesuatu yang nyata.

Belum banyak pendapat yang mengatakan bahwa ada hubungan erat antara kapasitas manajemen yang dimiliki oleh seseorang dengan kewirausahaannya. Dua hal tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menjalankan suatu perusahaan. Hoselits mengatakan bahwa ada perbedaan besar antara kegiatan manajerial dan kewirausahaan. Kedua kegiatan tersebut tidak memiliki peranan yang berbeda akan tetapi memiliki motivasi yang berbeda bahkan mereka mungkin mempunyai jenis kepribadian yang berbeda.

Kapasitas manajemen berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pembuatan anggaran, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan perusahaaan. Kegiatan manajemen lebih bersifat formal, ilmiah dan karenanya bersifat lebih umum. Manajemen lebih berupa alat dan tehnik berdasarkan pertimbangan dan uji coba rasional yang ditujukan untuk cara-cara penyelesaian masalah yang benar-benar serupa pada berbagai situasi bisnis.

Sementara itu kewirausahaan merupakan kegiatan seseorang yang lebih fleksibel, lebih bersifat informal, lebih menekankan intuisi daripada kajian ilmiah dalam mengambil keputusan. Wirausaha yang berhasil biasanya bersifat mandiri, cerdik dan kompetitif. Dalam membuat agenda bisnis sering kali tidak mempertimbangkan pelaku-pelaku lain sehingga ketika perusahaan menjadi besar dan kompleks, seorang wirausaha sulit mengendalikan kegiatan bisnisnya tanpa bersentuhan dengan aspek manajemen.

Kapasitas manajemen yang penuh sangat didukung oleh aspek personal yang kuat dan memadai. Proses pengambilan keputusan seseorang yang menyangkut aspek perencanaan, implementasi dan pengendalian akan sangat ditentukan oleh latar biografi seseorang, kemampuan kecakapannya dalam berbisnis dan keinginan dan motivasi yang kuat. Faktor-faktor tersebut sangat banyak ditentukan oleh lingkungan fisik dan likungan kelembagaan dimana seseorang tersebut tinggal dan dibesarkan. Faktor-faktor inilah yang membentuk kewirusahaan seseorang. Dengan kata lain, kewirausahaan yang dimiliki seseorang mempengaruhi seseorang didalam mengabil keputusan bisnisnya

Wednesday, October 13, 2010

Improve Your Business Management Skills To Reach The Goal

The goal of business management is to create wealth for business owners by providing some value that consumers need. The process of business management involves:
* Researching the market for profitable business opportunities,
* Developing strategies for marketing management, operations management, financial management and human resources management, and
* Implementing the strategies through planning, organizing, motivating and control.

Long-term survival requires that businesses be managed in a responsible and ethical manner by addressing environmental issues and employee career goals. There is also the issue of complying with the law of the land.

Business management skills need to be developed to their full potential if a manager, and therefore an organization, is to be successful.

Among the most important business skills you can possess is �rare sense� � in other words, the ability to think straight and develop the fact-based insight which produces business breakthroughs. Another attribute which all business managers should strive to develop and deploy is �effectiveness�.

The famous management guru Peter Drucker made the vital distinction between �efficient� and �effective� business skills. Performing an activity swiftly and economically is efficient, while doing the right thing well is effective. The wrong thing, however, is ineffective by definition. Good business management skills guide you towards the right goals, and achievement of those will be highly effective. But if you�re doing the wrong thing, your apparent efficiency will be in vain.

How can you improve your business management skill? Use a rigorous and disciplined process for setting an agenda that concentrates on the important, rather than the urgent. Also make sure you structure the meetings to produce real decisions, and concentrate on your business management strategy.

Disadur dari berbagai sumber

Friday, October 1, 2010

Business Management Requires More Than Problem-Solving

The rear left wheel of a motor car is excellent. There is nothing to criticise. But if you believed that all you needed on a motor car was the rear left wheel, then there would be something wrong with your belief, not with the wheel. I use this analogy when pointing out that our existing thinking methods and habits are excellent � but not enough.

Our traditional thinking habits are based on judgment. If something is wrong, you criticise it and seek to put it right. Or else judgment selects the appropriate �box� from experience, and then we know how to deal with something.

Far too many executives believe that management thinking consists of continuity and problem-solving. This means keeping things going as they are going and then solving the problems that arise from time to time. So business management thinking is all about problem-solving.

But what if something is not a problem? What if something is excellent and cannot be faulted?

Why, then, we do not bother to think about it. �If it is not broken, don�t fix it�.

Obviously this relates to complacency, where everything is considered to be so satisfactory that there is no need for change. But even when there is no general complacency, there is difficulty in thinking about things which are perfectly satisfactory. That is the result of our critical thinking habit.

A chef makes a wonderful omelette. It may even be the best omelette ever made. So the omelette is served for breakfast, for lunch and for dinner every day. The omelette continues to be wonderful. There is nothing wrong with the omelette. There is, however, something very wrong with the variety of meals served.

There is huge inadequacy of language for dealing with this situation. You cannot say that something is not �good� when it is in fact excellent. To say that it is �not good enough� implies that it could be better - which is not always the case. You might try �excellent, but not enough�.

Every subject taught in education is excellent. The curriculum is filled with these excellent subjects. The result is that there is no space for other, rather important subjects, like �how value is created in society� and �thinking� (as a subject). In the EU, 25% of time in school is spent on mathematics. This is excellent. No one could challenge the excellence of mathematics. Most people, however, use about 3% of the maths they learn at school. But what if someone wants to be a rocket scientist? You teach him or her the extra maths needed as part of the rocket science course!

There are at least three situations involved here:

SITUATION ONE

�The good is the enemy of the best�. This means that we stop thinking when we have reached a �good result�. Had we gone on thinking a bit more, we might have found an even better result. This often happens in medicine, where an adequate treatment prevents the emergence of a better treatment.

We do not need to stop thinking because we have an adequate answer. Unlike maths exercises in school, there are often more answers than just one. So we need to develop the habit of continuing to think about the matter even when we have an adequate answer.

That needs to be a habit of mind and a belief. The belief is that there might always be a better way of doing something.

The practical point then arises. How much time, effort and energy do we put into finding the �better answer�? Often there is a need for choice, for decision and for action. While we may spend some time looking for abetter answer, this time is limited. Yet even a little time spent looking for a better answer is not time wasted. Now and again a better answer will indeed be found.

SITUATION TWO

In the first situation we simply hoped that there might be �another way� and were willing to invest some time in finding this other and better way. In this second situation we think we know that there are other possible ways. The difficulty is in persuading others to explore these ways. The general attitude is that if something is satisfactory - and even excellent - what is the point of looking at other ways? These may be different, but they cannot be better than excellent.

It is not possible to start from the deficiencies of the present approach, because none may be apparent. It is necessary to focus on the values and benefits provided by the other ways. This is very different from seeking to find fault in the existing approach. A comparison is then made between the values offered by the other methods and the values offered by the existing approach. Big differences may now be seen.

There are two motor cars. Each one runs well and is economical on fuel. There are no obvious faults to be seen in either. Further examination, however, shows that one car can carry more people. The same car has better passenger protection in the event of a crash. This car may even be easier to get into and out of. The interior is easier to clean. All these advantages only become visible through a comparison between one car and the other. It is only after this comparison that the advantages in one car can be seen as faults in the car that does not offer these advantages. This process is very different from an initial criticism of the first car.

SITUATION THREE

Here the matter being considered is excellent in itself. It is not going to be changed or replaced. It is now an issue of saying that �it is not sufficient�. One wheel on a car is excellent - but it is not sufficient. Traditional thinking is excellent - but it is not sufficient. The chef�s omelette is excellent - but it is not sufficient.

DIFFICULTY

The major difficulty in all three of the situations outlined above is that you are dealing with hope and promises. In the first situation there is the �hope� that further thinking will come up with something better.

In the second situation there is the �promise� that examination of the values offered by the alternatives will show their merit. In the third situation there is the �promise� that adding new things will provide increased benefit.

In none of these situations is there the driving force of criticism. If you succeed in showing that something is wrong or inadequate, then there is the motivation to find something better. It is true that in hindsight you may see that the existing approach may be inadequate when compared with another. This is, however, only visible when you have agreed to explore the other approach, and it cannot be used up-front to persuade anyone to carry out such an exploration.

CHALLENGE

The lateral thinking technique of �challenge� is designed to prevent the mind sliding smoothly down the existing patterns. Challenge puts a block on the usual patterns and forces the thinker to do without the usual concept of �approach�. Challenge is never a criticism. In effect, challenge says:

��this may be the best idea but let us look for others�

��this may be the only possible idea but let us make an effort to find others�

��if this idea (concept or approach) were not usable what would we do?�

Challenge is a powerful tool, but it does need discipline. If challenge is only used to focus on ideas that are weak or faulty, then its power is lost. Challenge may be used to seek alternatives even to the very best ideas

Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)