Latest News

Showing posts with label Produktivitas Kerja. Show all posts
Showing posts with label Produktivitas Kerja. Show all posts

Monday, March 5, 2012

Keluarga Harmonis Produktivitas Kerja Tinggi

Banyak cara menghilangkan stres karena pekerjaan sehari-hari. Tapi cara paling mudah adalah bercengkerama dengan pasangan tercinta di rumah.

Menurut sebuah penelitian dari Universitas Florida, AS, kehidupan yang harmonis di rumah akan berdampak positif pada pekerjaan.

Menurut Profesor Wayne Hochwarter, penulis penelitian, terdapat 25 persen karyawan dengan tingkat stres tinggi dan memiliki kehidupan yang harmonis di rumah cenderung memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki kehidupan harmonis.

Selain itu, mereka 33 persen cenderung memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja mereka, dan 20 persen memiliki kepuasan kerja lebih tinggi.

Penelitian sebelumnya telah menghubungkan pekerjaan rawan stres dengan berbagai macam penyakit mental dan fisik seperti depresi dan obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa stres bisa jadi lingkaran setan karena dapat memengaruhi kinerja karyawan, yang dapat menyebabkan stres bertambah besar.

"Ketika Anda masih marah akibat stres hari kemarin, aktivitas Anda akan rusak," ujar Profesor Hochwarter, yang dikutip harian Daily Mail.

Karenanya, pasangan yang pengertian dan selalu mendukung dapat menurunkan tingkat stres yang terjadi. Karyawan yang mendapatkan dukungan dari pasangannya 25 persen cenderung terhindar dari kelelahan sepulang bekerja.

Tapi, mendapatkan cerita yang lebih stres dari pasangan juga akan membuat Anda semakn stres. Tidak dianjurkan untuk saling bersaing siapa yang memiliki ari paling berat. Tapi, kemampuan untuk menyemangati pasangan memainkan peranan penting untuk menghilangkan stres pasangan dan Anda.

"Pasangan yang sukses selalu menyimpan pasokan sumber dukungan untuk diberikan saat hari-hari yang membuat stres datang," ujarnya.

Sumber : http://kosmo.vivanews.com/news/read/290109-keluarga-harmonis-produktivitas-kerja-tinggi

Thursday, February 16, 2012

Kekompakan Tim dan Produktivitas Kerja Perlu Dijaga

Kekompakan atau cohesiveness merupakan salah satu perangkat pembentuk perilaku dan kinerja tim.Kekompakan diartikan sebagai derajat saling ketertarikan antar anggota tim yang memotivasi mereka untuk tetap menjadi anggota tim tersebut.Setiap tim berbeda dalam hal penentu tingkat kekompakan.

Ada tim yang menjadi kompak karena ukuran tim kecil sehingga interaksi yang terjadi antar anggota menjadi sangat intensif. Tim lainnya menjadi kompak karena banyak menghabiskan waktu bersama. Sebagai contoh salah satu tim konsultan dari sebuah lembaga konsultasi manajemen yang menamakan diri mereka �kelompok sendok merah�, sebuah plesetan dari istilah kapak merah. Kata sendok digunakan untuk menggambarkan penyebab tim ini menjadi kompak, yaitu dikarenakan setiap anggotanya memiliki hobi sama yaitu sama-sama suka makan.

Tim secara rutin menyediakan waktu untuk makan bersama di suatu tempat di luar kantor, tetapi sambil membicarakan dan menyelesaikan isu-isu atau permasalahan yang terkait dengan pekerjaan secara santai.Selain faktor ukuran tim, kekompakan bisa dikarenakan adanya status yang membedakan tim tersebut dengan tim lainnya, misalnya tingkat kesulitan bagi orang baru untuk bergabung ke dalam tim sangat tinggi atau tim dikenal sebagai tim yang sering menghadapi pengalaman menantang yang berhasil diselesaikan bersama.

Bagi setiap organisasi, kekompakan tim merupakan faktor yang penting karena memiliki hubungan dengan produktivitas kerja.Produktivitas kerja umumnya dinyatakan dalam bentuk efektivitas dan efisiensi. Efektif berarti berhasil memenuhi kebutuhan konsumen atau klien dan bisa diukur di antaranya melalui tingkat penjualan atau pangsa pasar yang berhasil diraih. Sedangkan efisien berarti dapat mencapai efektivitas dengan biaya serendah mungkin. Ukuran efisiensi di antaranya adalah keuntungan per unit penjualan, output per jam kerja karyawan, atau tingkat pengembalian investasi.

Pertanyaan yang muncul,seperti apakah hubungan yang ada antara kekompakan dan produktivitas? Apakah tim yang kompak adalah juga tim yang produktif? Ilustrasi berikut ini diharapkan bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dalam perlombaan perahu dayung beregu yang dilangsungkan di sebuah kampung nelayan, terjadi peristiwa yang menarik.Setelah lomba berjalan beberapa saat, terlihat ada satu perahu yang melesat maju secara terarah menuju titik tujuan,jauh melebihi perahu-perahu lainnya. Hingga beberapa kilometer berikutnya,perahu tersebut tetap bergerak secara terarah dan konsisten. Sedangkan perahu-perahu lainnya ada yang majunya lambat, beberapa kadang berhenti dan berputar- putar di tempat.

Dan yang lebih lucu,ada satu perahu yang juga melaju cukup kencang, tetapi bukan ke arah tujuan,sebagai akibatnya perahu tersebut terlambat tiba di tempat tujuan.Sebagai hasilnya sudah dapat diduga, perahu yang pertama tadilah yang keluar sebagai pemenang. Saat diwawancarai oleh panitia, ketua tim pemenang mengemukakan kunci keberhasilan tim adalah kelompok sepakat untuk fokus dan taat pada instruksi pemimpin tim yang berada di haluan perahu dan seluruh pendayung yang berjumlah 20 orang secara bersama,serempak dan sekuat tenaga mendayung, tidak berhenti hingga tiba di tujuan.

Tim ini menang karena tidak hanya kompak,tetapi juga taat akan kesepakatan (norma) tim.Tim lainnya menyatakan sudah kompak dalam mendayung, hanya saja karena arahan yang diberikan kurang jelas,akibatnya salah tujuan. Sedangkan tim yang kalah dan tidak sampai tujuan umumnya dikarenakan pendayung kurang kompak dan banyak yang kelelahan serta menyerah di tengah jalan. Ilustrasi di atas yang didukung oleh hasil studi secara konsisten menunjukkan bahwa hubungan antara kekompakan dan produktivitas (kinerja) tim terutama tergantung pada norma kelompok,khususnya normanorma yang terkait dengan kinerja yang ditetapkan oleh tim.

Norma didefinisikan sebagai standar berperilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama dalam suatu kelompok.Norma menentukan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh setiap anggota kelompok pada situasi-situasi tertentu.Norma berfungsi sebagai kontrol internal terhadap perilaku kelompok. Sebagai contoh,sudah menjadi kesepakatan bersama di antara para pemain golf untuk tidak ber-bicara saat rekan bermainnya me-lakukan giliran memukul bola di lapangan. Contoh lainnya, dalam sebuah pameran perumahan yang dilaksanakan oleh sebuah pengembang besar, pengunjung yang didekati oleh salah satu staf pemasaran pasti akan ditanya apakah sebelumnya sudah pernah ditangani oleh staf pemasaran yang lain atau belum.

Bila sudah,maka ia akan menghubungi staf pemasaran yang dimaksud untuk melayani. Bila belum, barulah ia akan melayani.Saat ditanyakan mengapa demikian,dijelaskan bahwa hal itu sudah menjadi kesepakatan di antara para staf pemasaran yang ada. Jadi mereka tidak akan merebut calon pembeli yang sudah pernah didekati oleh rekan kerja. Kesepakatan bersama inilah yang disebut sebagai norma.

Sedangkan norma-norma kinerja adalah norma-norma yang menggambarkan kesepakatan tim terkait dengan kinerja, seperti misalnya seberapa keras usaha kerja yang harus dihasilkan,apa yang harus dilakukan agar pekerjaan terselesaikan, seberapa besar tingkat hasil kerja yang harus dicapai, seberapa besar tingkat keterlambatan kerja yang masih dapat ditolerir, dan kesepakatan-kesepakatan lainnya. Stephen P.Robbins,pakar perilaku organisasi, mengemukakan empat kombinasi hubungan antara kekompakan, norma-norma kinerja, dan produktivitas sebagaimana dapat dilihat pada gambar empat kuadran di bawah ini.

Tentu saja setiap organisasi berkeinginan agar produktivitas yang dicapai tinggi. Untuk itu situasi yang terbentuk haruslah merupakan kombinasi antara kekompakan tim yang tinggi dan norma-norma kinerja tim yang juga tinggi.Pertanyaannya sekarang, bagaimana membentuk tim yang kompak dan memiliki norma-norma kinerja yang tinggi? Syarat pertama yang bersifat wajib adalah tim harus memiliki dan menyepakati normanorma kinerja seperti apa yang akan menjadi pedoman bagi tim berperilaku,termasuk di dalamnya adalah menetapkan tujuan dan sasaran hasil yang ingin dicapai.

Setelah norma disepakati,baru dilakukan beberapa cara yang dapat meningkatkan kekompakan tim, di antaranya: membentuk tim yang tidak terlalu besar dan menambah intensitas pertemuan-pertemuan tim terutama yang bersifat informal yang bertujuan meningkatkan intensitas dan keeratan hubungan, meningkatkan status tim dengan memberikan penugasan yang bersifat menantang dan mengukuhkan keberhasilan-keberhasilan tim, mempertinggi tingkat persaingan di antara tim, serta memberlakukan sistem penghargaan berbasis kinerja tim. Salam kompak dan produktif!.(*)

Dimuat: Harian Seputar Indonesia, Selasa, 5 Januari 2009
Oleh : EVA HOTNAIDAH SARAGIH *)
*Penulis adalah Manajer Pembinaan & Penempatan Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Sumber : http://jurnalmanajemen.wordpress.com/

Tuesday, February 14, 2012

Pengertian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.

Kedua pengerian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode pengukuran tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda.

Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini, keberadaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produktivitas pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu pertama faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung, dan kedua faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung.

Remunerasi

Remunerasi adalah merupakan imbalan atau balas jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah diberikannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan perusahaan. Remunerasi yang rendah tidak dapat dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kelangsungan hidup perusahaan.

Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem remunerasi, yaitu yang mengacu kepada teori Karl Mark dan yang mengacu kepada teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat berlaku umum. Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan dipergunakan seyogianya disesuaikan dengan kebijakan remunerasi masing-masing perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi kedua belah pihak (perusahaan dan karyawan).

Besarnya tingkat remunerasi untuk masing-masing perusahaan adalah berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja, kemampuan perusahaan, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja, peranan perusahaan, serikat buruh, besar kecilnya resiko pekerjaan, campur tangan pemerintah, dan biaya hidup.

Dilihat dari sistemnya pembelian remunerasi dapat dibedakan atas prestasi kerja, lama kerja, senioritas atau lama dinas, kebutuhan, dan premi atau upah borongan

Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan latihan dipandang sebagai suatu invesatasi di bidang sumber daya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan. Pentingnya pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai dinamika (perubahan) yang terjadi dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan tenaga kerja.

Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara efektif dan efisien, maka ada 5 (lima) hal yang harus di pahami, yaitu 1) adanya perbedaan individual, 2) berhubungan dengan analisa pekerjaan, 3) motivasi, 4) pemilihan peserta didik, dan 5) pemilihan metode yang tepat.

Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok, pertama, yakni pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja operasional, kedua, pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-masing kelompok tenaga kerja tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda satu sama lain

Pengertian dan Proses Perencanaan Tenaga kerja

Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan. Rencana pembangunan memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di seluruh sektor atau sub sektor. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai. Perencanaan tenaga kerja memuat perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran atau penyediaan tenaga kerja, serta kebijakan maupun program ketenagakerjaan yang diperlukan dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

Perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan pada tahap perusahaan, lembaga pemerintah atau unit organisasi swasta lainnya. Perencanaan tenaga kerja seperti ini disebut perencanaan tenaga kerja mikro. Pemerintah biasanya juga membuat perencanaan tenaga kerja dalam cakupan wilayah tertentu maupun secara nasional. Jenis perencanaan tenaga kerja seperti itu dikenal sebagai perencanaan tenaga kerja makro, nasional atau perencanaan tenaga kerja regional.

Sistem perencanaan tenaga kerja menunjukkan kedudukan perencanaan tenaga kerja dalam kerangka perencanaan pembangunan secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan yang disertai dengan data-data kependudukan dan informasi pasar kerja merupakan masukan utama dalam penyusunan perencanaan tenaga kerja. Hasil perencanaan tenaga kerja adalah berupa rencana tenaga kerja.

Dalam sistem perencanaan pembangunan yang melihat perencanaan tenaga kerja sebagai bagian integral dari perencanaan pembangunan, maka proses perencanaan tenaga kerja akan melibatkan instansi. Proses perencanaan tenaga kerja itu sendiri menunjukkan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan perencanaan tenaga kerja.

Sumber : http://massofa.wordpress.com/2008/04/02/pengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-produktivitas-kerja/

Thursday, February 9, 2012

Definisi dan Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Manajemen Sumber Daya Manusia.
Produktivitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (output, keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input, masukan) (Kussriyanto, 1984, p.1). Input bisa mencakup biaya produksi (production cost) dan biaya peralatan (equipment cost). Sedangkan output bisa terdiri dari penjualan (sales), earnings (pendapatan), market share, dan kerusakan (defects) (Gomes,1995, p.157).

Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002, p.2). Oleh karena itu tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, antara lain; pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk atau jasa; kedua, karena masukan pada faktor-faktor lain seperti modal (Kussriyanto, 1993, p.1).

Menurut Anoraga dan Suyati, (1995, p.119-121) produktivitas mengandung pengertian yang berkenaan dengan konsep ekonomis, filosofis dan sistem. Sebagai konsep ekonomis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat pada umumnya.

Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal inilah yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.

Dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondang P. Siagian bahwa produktivitas adalah: �Kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal.�

Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor: knowledge, skills, abilities, attitudes, dan behaviours dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga banyak program perbaikan produktivitas meletakkan hal-hal tersebut sebagai asumsi-asumsi dasarnya (Gomes, 1995, p.160).

Pengertian lain dari produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004, p.137).

Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja secara total (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004, p.138).

Menurut Sinungan, (2003, p.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Produktivitas juga diartikan sebagai:
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil
b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.

Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang.

Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut system pemasukan fisik perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.

Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana = Hasil dalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu.

Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003, p.24-25).

Menurut Wignjosoebroto, (2000, p.25), produktivitas secara umum akan dapat diformulasikan sebagai berikut:
Produktivitas = Output/input(measurable)+ input (invisible).
Invisible input meliputi tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja dan pengaturan organisasi, dan motivasi kerja.
Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator mesin, misalnya, maka formulasi berikut bisa dipakai untuk maksud ini, yaitu:
Produktivitas = total keluaran yang dihasilkan
Tenaga Kerja jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan Di sini produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man-hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung, akan tetapi biasanya meliputi keduanya.

Sumber : http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produktivitas-kerja-definisi-dan.html

Friday, December 16, 2011

Produktivitas dimulai dari Meja Kerja

Apakah akhir-akhir ini Anda merasa uring-uringan begitu berada di kantor? Jika ya coba perhatikan, apakah meja kerja Anda masuk dalam kategori berantakan? Tak hanya menimbulkan stress, kondisi meja yang amburadul juga bisa mengurangi produktivitas kerja.

Ingatlah, meja kerja adalah tempat di mana Anda paling banyak menghabiskan waktu dibandingkan titik manapun di penjuru kantor. Jadi bagaimana mau berfikir jernih jika komputer, telepon, scanner, printer malang melintang di atas meja. Bahkan ketika load pekerjaan sedang sangat tinggi, semua berkas muncul di atas meja, sampai permukaan meja sama sekali tidak terlihat. Meja tak ubahnya gudang dan anda seringkali kesulitan mencari file-file lama yang tiba-tiba dibutuhkan bos. Tak hanya menimbulkan stress, kondisi meja yang berantakan juga bisa mengurangi produktivitas kerja.

Jika Anda termasuk dalam kategori yang memiliki meja kerja kurang teratur sebaiknya benahi dari sekarang, sebelum terlambat. Berikut ini ada beberapa tips yang dapat membantu dalam merapikan meja kerja.

Rapikan semua kertas-kertas yang ada di meja dan buat 3 bagian yang terdiri dari INPUT, PROCESSING, dan FINISHED. Beritahukan kepada orang-orang yang berhubungan dengan anda untuk selalu meletakkan dokumenkerja baru pada bagian INPUT, lalu tidak perlu menanyakan dokumen yang belum ada di folder FINISHED (karena sudah dipastikan dokumen tersebut belum selesai dikerjakan).

Letakkan HANYA yang diperlukan diatas meja, seperti set komputer, buku agenda, peralatan tulis menulis, rak file, serta kertas-kertas bekas yang biasa digunakan untuk coret-coret secara instan. Semua barang yang tidak diperlukan sebaiknya diletakkan di dalam laci. Dengan demikian anda pasti akan lebih mudah mencari barang-barang yang memang diperlukan.

Perlakukan file di dalam komputer sama dengan yang di atas meja kerja. Buatlah 3 folder seperti yang sudah dijelaskan diatas, serta file-file penting sebaiknya diletakkan di-desktop guna mempermudah navigasi serta pencarian. Jangan lupa juga untuk selalu back-up file penting tersebut, sebagai safety precaution jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti komputer anda rusak.

Rapikan meja kerja jika ingin meninggalkan kantor, atau paling tidak jika anda masih menyisakan pekerjaan letakkan file tersebut pada folder PROCESSING dimana anda bisa melanjutkan pekerjaan tersebut keesokan harinya. Selain bisa menemukan berbagai barang yang harus dibawa pulang supaya tidak ketinggalan, kebiasaan ini membuat anda tidak perlu repot ketika memulai kerja.

Ubah posisi barang yang ada di meja 3 bulan sekali untuk menghilangkan kejenuhan di kantor yang bisa berakibat menurunnya kreativitas.

Ada baiknya kita belajar dari filosofi orang Jepang. Para pekerja di Jepang memiliki konsep 5S dalam pengaturan rumah, termasuk bagian ruangan untuk bekerja. Yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke.

Seiri adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, singkirkan yang tidak perlu dan pertahankan yang memang perlu.

Seiton atau proper arrangement adalah meletakkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai jika diperlukan.

Seiso dalam menjaga sesuatunya selalu bersih, jangan sampai ada sampah atau kotoran di tempat kerja.

Sedangkan seiketsu, adalah mempertahankan kondisi bersih itu secara abadi, setelah dibersihkan.

Dan shitsuke bisa diterjemahkan sebagai komitmen. Sekalipun bukan bagian dari 4S sebelumnya, tapi prinsip ini mengajarkan untuk mematuhi dan mengambil sebuah standar terhadap empat komposen sebelumnya.

Jika meja kerja sudah tertata rapi, rasakan perbedaannya. Anda akan lebih segar berfikir dan selalu siap dengan presentasi yang matang ketika bos membutuhkan pemikiran Anda. (sumber majalah mix 05/viii/mei/2011)

Sumber : http://adproindonesia.wordpress.com/2011/06/01/produktivitas-dimulai-dari-meja-kerja/

Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)