Latest News

Showing posts with label Character building. Show all posts
Showing posts with label Character building. Show all posts

Sunday, January 30, 2011

Pandangan Hidup dan Prinsip Hidup

Segala sesuatunya berhulu pada pandangan-hidup. Kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian dengannya, dan kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Ia akan secara signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara keseluruhan. Apapun agama yang kita anut lantaran kelahiran, awalnya, kita mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti. Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini, mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan sebentuk pandangan-hidup yang "rasanya cocok", sesuai dengan kondisi fisik-mental kita. Namun, kita mesti selalu ingat kalau kendati sesuatu "rasanya cocok", ia belum tentu juga baik buat kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah yang "rasanya cocok" atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain; bahkan bila mungkin, ia juga bisa mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita perlu amat berhati-hati.

Kondisi fisik-mental kita selalu berubah-ubah. Sesuatu yang tadinya terasa amat cocok, bisa berubah drastis kini; sesuatu yang kini terasa amat cocok, bisa samasekali tidak cocok besok. Sementara itu pandangan-hidup tidaklah bisa serta-merta dirubah-rubah untuk selalu disesuaikan dengannya. Sekedar untuk bisa menerima dan meresapi suatu pandangan-hidup tertentu saja, tidaklah mudah dan butuh tak sedikit waktu. Singkatnya, kita hendak mengadopsi sesuatu yang tidak sekedar "rasanya cocok", namun yang jelas-jelas baik buat kita dan sebanyak-banyaknya orang. Tapi jangan salah lagi disini; "sesuatu yang baik buat sebanyak-banyaknya orang", bukan saja belum tentu baik juga buat kita, namun ia tidak berarti bahwa kita harus ikut-ikutan menganut pandangan-hidup yang dianut oleh banyak orang. Sebab, sangat boleh jadi mereka menganutnya hanya lantaran terlahir dan terjebak di lingkungan penganut pandangan-hidup itu, atau sekedar ikut-ikutan saja.

Yang menganut pandangan-hidup tertentu, akan menganut prinsip-hidup tertentu. Prinsip-hidup inilah yang selalu akan menjadi orientasi-utama seseorang di dalam menjalani hidupnya. Misalnya, seseorang yang menganut pandangan bahwasanya hidup ini sebagai "kesempatan-emas untuk meningkatkan martabat-kelahirannya", maka ia akan berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan guna mengisi kesempatan-emas ini, dimana setiap pemikiran, ucapan dan tindakannya akan selalu ia orientasikan pada yang baik dan bermanfaat untuk meningkatkan martabat-kelahirannya. Lain lagi halnya dengan mereka yang menganut pandangan bahwasanya "hidup ini hanya sekali saja", misalnya. Mereka ini bisa saja juga berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan yang ada, namun guna memperkaya diri sehingga bisa bersenang-senang, bisa memenuhi setiap keinginannya, bisa memuaskan setiap dorongan nafsu-idriawinya. Semua ini mereka lakukan atas-nama "menikmati hidup" yang hanya sekali ini saja. Itulah yang menjadi orientasi-utama dari setiap pemikiran, ucapan dan tindakan mereka; itulah yang menjadi orientasi-utamanya di dalam menjalani kehidupannya ini.

Orientasi-utama seseorang di dalam menjalani kehidupannya dengan jelas mengekspresikan tujuan-hidup-nya, tujuan yang ia tetapkan berdasarkan pandangan-hidup-nya. Jadi semakin jelas bagi kita kini keterkaitan-erat antara pandangan-hidup, prinsip-hidup, jalan-hidup dan tujuan-hidup. Disadari atau tidak, setiap orang akan selalu berjalan mengarah kepada tujuannya masing-masing. Terlepas dari ras, kebangsaan, etnis, agama, jender, usia, tingkat pendidikan, bidang profesi pun kepribadian masing-masing orang "yang menentukan bagaimana caranya meraih tujuan-hidup-nya itu" rumusan ini tetap berlaku. Ia bersifat universal. Makanya, di dalam memilih, terlebih lagi memilih sebentuk pandangan-hidup—yang nantinya akan sangat menentukan jalan-hidup kita, kita perlu melengkapi diri dengan kemampuan memilah-milah antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara yang asli dan yang palsu, antara yang sejati dan yang semu. Umumnya, kemampuan ini kita peroleh dari pengalaman dan pengetahuan kita. Namun, hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan kita "yang sangat terbatas" saja, hanya untuk memperoleh kemampuan memilah-milah ini saja, bisa menghabiskan seluruh usia kita. Lantas kapan kita sempat menetapkan suatu pandangan-hidup tertentu untuk dijalani?

Friday, October 29, 2010

Seni Mendengarkan

Ada sebuah fakta menarik yang patut direnungkan. Ternyata 80% waktu manusia habis digunakan untuk berkomunikasi dan 45% dialokasikan untuk mendengar. Sayangnya, terdapat sekitar 75% kata-kata yang diabaikan, disalahpahami, dan dilupakan. Sungguh sebuah ironi komunikasi yang seharusnya tidak terjadi jika keterampilan mendengarkan menjadi menu utama dan pertama saat bercengkrama.

Ternyata terdapat banyak sekali jenis seni mendengar. Ada yang disebut mendengar aktif, analitis, empatik, kritis, selektif, atentif, apresiatif, sampai dengan reflektif. Semua jenis mendengar ini seolah mengigatkan kita bahwa setiap orang sejatinya ingin didengar. Sayangnya, masih banyak individu, bahkan profesional korporasi, yang belum menyadari bahwa keterampilan yang satu ini akan meninggikan citra diri dan profit secara permanen dan militan jika dilakukan dengan penuh ketulusan dan keseriusan.

Keterlibatan Emosi
Mari kita lihat, bagaimana seorang professional call-center, baik yang bertugas di udara maupun di darat, masih berdebat dengan pelanggan atau pencari informasi dengan kata-kata sarkastis, emosional, merendahkan, sampai dengan menghina. Betapa pelanggan dihadapkan pada situasi terpidana sebagai pengisi pundi korporasi yang seharusnya membangun citra positif emiten di lantai bursa. Bercermin dari kejadian itu, terlihat ada persoalan serius dalam hal mendengarkan. Teori yang relatif pas untuk kasus ini adalah "reflective listening".

Teori ini bermula dari praktik konseling dan psikoterapi yang dilakukan Carl Rogers terhadap pasiennya. Reflective Listening adalah sebuah tindakan mengulang secara verbal apa yang didengar dari orang lain. Mengulang apa yang diucapkan dan dirasakan oleh pihak lain akan menunjukan rasa empati terhadap apa yang dialami oleh sang penutur. Kalimat yang di-rephrase tersebut akan mengubah subjek "saya" menjadi "kita", artinya, ketika seorang menyampaikan keluh kesahnya secara subjektif, teknik reflective listening akan mengubahnya menjadi keluhan bersama, yaitu keluhan "kita". Dalam situasi ini, sang pengeluh akan merasa bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi peristiwa tidak menyenangkan tersebut.

Ada empat kompenen yang menjadi syarat minimal dalam melakukan Reflective Listening: empathy, acceptance, congruence, dan concreteness.

Pertama, empathy (empati) mewajibkan pendengar untuk memfokuskan diri pada pemberi keluhan yang tengah menumpahkan saran, kritik, ataupun masukan atas apa yang dialaminya. Di sini, referensiyang dipakai harus bingkai orang yang tengah menyampaikan keluhan. Dengan demikian, kondisi "merasakan" apa yang dialami orang lain akan membuat sang pengeluh mendapatkan sebuah penghiburan. Ternyata ia, dipahami. Hal ini sangat penting, terutama dalam menangani pelanggan yang sedang marah atas sebuah produk atau pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Jika rasa empati dikedepankan secara simpatik, niscaya, luapan lahar emosi akan menjadi salju penyejuk di musim panas.

Kedua, acceptance (penerimaan) sangat terkait erat dengan empati. Penerimaan ini memberikan penghargaan kepada setiap orang bahwa mereka sesungguhnya berharga. Artinya, siapa pun yang menyampaikan keluhan atau sejenisnya harus diterima secara empatik dan simpatik. Keliru apabila dalam praktik korporasi, banyak petugas di garda depan mengabaikan hal ini hanya karena melihat penampilan sang pengeluh/pencari informasi yang tidak sesuai dengan standar yang biasa dihadapi. Jika ini terjadi, konsep penerimaan di sini menjadi sebuah teori kosong belaka. Sang pencari informasi akan kecewa dan akhirnya pindah ke lain hati (baca: korporasi lain). Ingat, di kening setiap orang sesungguhnya terpatri sebuah kalimat "make me feel important".

Ketiga, congruence (harmoni) di sini menunjuk pada ketulusan dan pengertian atas apa yang terjadi pada orang lain. Artinya, kita juga merasa kecewa atas apa yang dialami oleh orang yang mengeluh. Tunjukan melalui bahasa nonverbal. Bahasa tubuh ini harus secara tulus diekspresikan, bukan dibuat-buat. Melalui praktek harmoni ini (sinkronasasi verbal dan nonverbal), ikatan emosional akan semakin kuat terpatri dalam ruang afeksi sehingga pindah ke lain hati akan menjadi pertimbangan dengan urutan terbawah.

Keempat, concreteness (kekonkretan). Poin ini mengacu pada hal-hal yang lebih bersifat spesifik daripada generik. Sebagian pendengar, tanpa sadar atau ketidaktahuan, sering memberikan komentar atas keluhan atau ungkapan orang lain secara generik tanpa menyentuh ke inti keluhan. Misalnya, ketika ada orang yang mengeluh soal pelayanan call-center yang tidak baik, sering petugas di garda depan mengatakan bahwa hal itu tengah ditangani oleh perusahaan dan memerlukan waktu yang tidak dapat ditentukan kapan selesainya. Ini adalah contoh ketiadaan kekonkretan seperti dimaksud di atas.

Lalu, bagaimana mengatasi hal tersebut? Seharusnya, sang petugas melokalisir persoalan secara fokus. Ia seharusnya mengatakan bahwa call-center mengalami gangguan selama 2-3 hari kerja dan akan bisa diatasi dalam 1-2 hari ke depan. Ia mengonkretkan persoalan secara tepat (call-center saja) bukan korporasi secara umum yang terlalu rumit meski hanya untuk dibayangkan. Dengan melokalisir persoalan secara sempit dan spesifik, rasanya persoalan akan lebih mudah menemui solusi.

Jika setiap pendengar memiliki empat orientasi minimal dalam Reflective Listening di atas (emphaty, acceptance, congruence, concreteness) rasanya berjuta keluhan di kolom-kolom surat pembaca media massa selama ini akan mengalami masa surut secara kuantitatif maupun kualitatif. Semoga saja begitu!

Penulis : DR Ponijan Liaw, MPd
DR Ponijan Liaw, M.Pd adalah penulis buku-buku bestseller "Komunikasi" & "Zen". Untuk pelatihan/komunikasi: ponijan@central.net.id.

Sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/Artikel_Tetap/3644/Seni_Mendengarkan/#axzz13iOWVR00

Wednesday, October 20, 2010

Kisah Dua Orang Pertapa

Di Cina hiduplah dua orang pertapa yang beda usianya terpaut sangat jauh. Masing-masing di antara mereka tinggal di sebuah bukit yang hanya dipisahkan oleh sebuah sungai. Aktifitas mereka di pagi hari adalah mengambil air ke sungai. Dari sanalah mereka menjadi teman baik karena sering bertemu dan bercengkerama.

Suatu ketika pertapa muda tidak melihat pertapa tua mengambil air. Hal itu berlangsung lebih dari satu minggu, dan membuat pertapa muda khawatir. �Jangan-jangan dia sakit? Lalu siapa yang mengurusnya?� batin pertapa muda. Akhirnya, pertapa muda segera menjenguk pertapa tua. Di tengah kekhawatiran sampailah pertapa muda di seberang bukit. Ia terkejut karena pertapa tua itu ternyata sedang berlatih taichi. �Hei, sudah lebih dari satu minggu kamu tidak mengambil air. Aku mengkhawatirkanmu. Lalu bagaimana kamu minum dan membersihkan diri?� kata pertapa muda itu memberondong pertanyaan. �Mari! Mari! Saya tunjukkan sesuatu padamu,� ucap pertapa tua sembari menggandeng tangan pertapa muda itu ke halaman belakang rumah. �Dalam dua tahun ini, setiap selesai meditasi saya selalu meluangkan waktu untuk menggali sumur. Saya tetap meluangkan waktu untuk melakukan hal yang sama sesibuk apapun. Sekarang saya sudah memiliki sebuah sumur yang memberikan cukup banyak sumber air. Jadi saya tidak perlu mengangkat air dari sungai. Sayapun punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan,� jelas pertapa tua itu panjang lebar.

Renungan:

Pertapa tua adalah sosok yang memiliki kesadaran cukup tinggi untuk mempersiapkan masa depan dengan baik. Ia mengenal betul bahwa masa depan bukan sekedar masa setelah masa kini. Iapun bersedia menerima resiko seberapapun besarnya, karena ia percaya pada harapan yang akan ia wujudkan, yaitu sesuatu yang lebih besar dan berarti.

Kisah di atas mengingatkan kita untuk tidak sekedar tahu bahwa di depan kita ada masa depan. Tetapi kita juga harus mempunyai strategi untuk menghadapi proses menuju masa depan yang lebih baik sesuai dengan visi yang ingin kita capai. Selain itu, kesadaran untuk mempersiapkan masa depan dengan baik akan mendorong kita terus berbenah. Dengan demikian kita akan mampu memanfaatkan waktu yang selalu berkurang dengan sebaik-baiknya.


Oleh Anida Etikawati

Monday, September 13, 2010

Belajar Memaafkan

"To forgive is to set a prisoner free and discover that the prisoner was you. - Memaafkan sama dengan membebaskan seorang tahanan dan mendapati bahwa tahanan tersebut adalah diri Anda sendiri.(Lewis Benedictus Smedes (1921-2002); penulis & profesor teologi di California, USA.

Kita mungkin selalu berpikir bahwa kita hanya bisa belajar dari mereka yang baik pada kita. Padahal sebenarnya kita dapat belajar hal berharga dari mereka yang telah melukai dan menghancurkan hati kita. Berikut ini kisah tentang Azmi Khamisa, orang yang sangat saya kagumi kebesaran hatinya memaafkan orang yang telah membunuh putra yang sangat ia sayangi, Tariq Khamisa.

Kesedihan Azmi bermula dari kejadian pembunuhan terhadap putranya pada tanggal 21 Januari 1995. Tony Hick menodongkan senjata api pada Tariq karena sakit hati Tariq menolak menyerahkan piza secara gratis. Tariq tewas di tangan Tony Hick.

Hebatnya, Azmi Khamisa memilih untuk memaafkan dan berdamai. "I tooka different response to this tragedy. Saya ingin merespon tragedi ini dengan cara berbeda," katanya. Dalam sebuah acara High Performance Leadership Program IMD, pria tersebut juga mengatakan bahwa ia tak perlu menuntut. Sebab Tariq maupun Tony sama-sama menjadi korban dua sisi senjata api yang berbeda.

Azmi berbesar hati menemui kakek Tony, Ples Felix, untuk menyampaikan bahwa ia sudah memaafkan Tony. Kebesaran hati pria tersebut membuat Ples Felix tergerak hati mendukung didirikannya yayasan Tariq Khamisa Foundation (TKF). Yayasan yang didirikan pada Oktober 1995 itu ditujukan khusus untuk memutuskan mata rantai kejahatan anak-anak dengan memberikan pendidikan tentang pentingnya membuat pilihan hidup yang tepat. Bahkan Tony bertekad untuk mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mendukung yayasan tersebut kelak jika ia keluar dari penjara.

Sejak didirikan, yayasan tersebut setiap tahun mendidik lebih dari 20.000 orang.Kontribusi yayasan tersebut terhadap kaum muda telah banyak dirasakan manfaatnya, sebab semakin banyak anak muda sudah mampu membuat keputusan positif dan mencegah terjadinya tindak kejahatan. Dengan cara memaafkan dan berkontribusi melalui yayasan TKF, Azim mampu melewati masa sulit dan kembali menemui kebahagiaaan lagi.

"Forgiveness issomething you do for yourself. If I did not forgive Tony I would be very angry at him and if I am angry who does it hurt? Myself. Memaafkan adalah hadiah untuk diri sendiri. Jika saya tidak memaafkan Tony mungkin saya akan sangat benci dia, dan jika saya terus marah lalu siapa yang terluka? Saya sendiri (yang terluka)" katanya.

Azmi merasa memaafkan menjadikan pikiran, perasaan, dan sikapnya lebih positif. Kenyataannya, memaafkan memang jauh lebih bermanfaat bagi kesehatan mental maupun fisik, yaitu sistem kekebalan tubuh lebih kuat dan hormon yang memicu stres berkurang, hubungan sosial dan lingkungan kehidupan juga menjadi lebih baik. Masih banyak lagi keuntungan yang dapat kita petik dan cukup menjadi landasan kuat mengapa sebaiknya kita melepaskan kemarahan dan saling memaafkan.

Memaafkan memang bukan hal yang mudah dilakukan dan tidak dapat dipaksakan. "Forgiveness, like love, can't be forced. Memaafkan sama dengan cinta, tak dapat dipaksakan," kata Frederic Luskin, PhD, director of the Stanford University Forgiveness Project dan penulis "Forgive For Good: A Proven Prescription for Health and Happiness".

Tetapi ada beberapa hal yang mungkin dapat melatih kita mudah memaafkan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

Pertama adalah fokus pada hal-hal atau kejadian-kejadian yang positif, karena dapat menciptakan pengalaman yang mendorong kita untuk bersedia memaafkan. Tetapi bila kita mempertahankan rasa sakit karena disakiti orang lain, lambat laun kekuatan alamiah fisik maupun spiritual kita akan hancur dan menjerumuskan diri kita sendiri ke dalam pengalaman yang lebih berat. Oleh sebab itu, berusahalah melihat kebenaran dan sisi positif dari segala hal. Memang butuh perjuangan, tetapi dengan cara itu kehidupan kita akan lebih menyenangkan.

Kedua adalah melakukan manajemen stres, dengan cara meditasi, mengambil nafas panjang, relaksasi, dan lain sebagainya. Kita boleh berharap memiliki segala yang kita inginkan, tetapi apa daya kenyataan memberi apa yang kita miliki saat ini. Bermacam cara manajemen stres seperti itu akan membantu kita menerima dengan ikhlas situasi apapun yang sedang kita alami dan bersabar menghadapi tantangan berikutnya.

Ketiga adalah mendalami nilai-nilai agama yang dianut, dengan beribadah dan berdoa sekaligus melaksanakannya. Kekuatan spiritual memudahkan kita bersyukur atas segala yang masih kita miliki, berserah dan berpikir positif atas kehendak Tuhan YME. Bila kita tekun menjalankan langkah ini maka kita akan mudah melupakan kesalahan orang lain, mendapatkan ketenangan pikiran dan kebahagiaan, serta mampu bertindak lebih positif.

Keempat adalah berempati yaitu mencoba membayangkan keadaan orang yang telah melakukan kesalahan kepada kita dan berusaha memakluminya. Cara ini butuh kesabaran dan mungkin sedikit sulit. Tetapi cara ini setidaknya membantu kita agar tidak menjadi korban rasa sedih, marah, kecewa, dan bermacam perasaan menyedihkan lainnya.

Kemarahan dapat memicu stres, hipertensi, sakit jantung, berbagai penyakit dan perasaan negatif lainnya. Jika kita mampu mengubah kemarahan menjadi memaafkan, itu akan memberi kekuatan pada kita untuk melakukan lebih banyak tindakan positif dan rasa percaya diri menatap masa depan. Bagaimanapun juga memaafkan akan membuat diri kita menjadi jauh lebih baik. Jadi jangan pernah berhenti untuk belajar, terutama belajar memaafkan.
____
*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller. Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com
Sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/Artikel_Tetap/3570/Belajar_Memaafkan/

Tuesday, August 31, 2010

Belanja di Toko Kebahagiaan

Oleh Lusia Sumarmi

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, �Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?� Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, �Kira-kira 10 tahun.�

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, �Begitu lama?� tanyanya tak percaya. �Tidak�, kata si orang bijak, �Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.�

Anak muda itu bertambah bingung. �Mengapa Guru lipatkan dua?� tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, �Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.�

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan? Sebagaimana yang telah banyak disampaikan, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar harganya.

Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah �Toko Kebahagiaan.� Di sana tidak ada barang yang bernama �kebahagiaan� karena �kebahagiaan� itu sendiri tidak dijual. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran, keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan. Inilah �barang-barang� yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.

Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih. Jadi, kalau Anda tertarik untuk membeli �kesabaran� Anda hanya akan mendapatkan �benih kesabaran�.� Karena itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai ia menghasilkan buah kesabaran.

Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya. �Kesabaran tingkat 1? misalnya menghadapi kemacetan lalu lintas atau pengemudi bus yang ugal-ugalan. �Kesabaran tingkat 2? misalnya menghadapi atasan yang sewenang-wenang atau kawan yang suka memfitnah. �Kesabaran tingkat 3? misalnya menghadapi anak Anda yang terkena autisme.

Menu yang lain misalnya �bersyukur�. �Bersyukur tingkat 1? adalah bersyukur di kala senang, sementara �bersyukur tingkat 2? adalah bersyukur di kala susah.

�Kejujuran tingkat 1? misalnya kejujuran dalam kondisi biasa, sementara �kejujuran tingkat 2? adalah kejujuran dalam kondisi terancam.

Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di �Toko Kebahagiaan�.

Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter yang ditimbulkannya. Yang termahal ternyata adalah �kesabaran� karena kesabaran ini merupakan bahan baku dari segala macam produk yang dijual di sana.

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, �Apa yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga yang mahallah yang memberi nilai kepada segalanya. Tuhan tahu bagaimana memasang harga yang tepat pada barang-barangnya.�

Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap masalah senantiasa terkandung �obat dan vitamin� yang sangat kita butuhkan.

Dengan demikian Anda akan �berterima kasih� kepada orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena mereka memang �diutus� untuk membantu Anda. Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang sewenang-wenang adalah peluang untuk membentuk kesabaran. Penghasilan yang pas-pasan adalah peluang untuk menumbuhkan rasa syukur. Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi. Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas rela memaafkan.

Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan berikut ini: �Aku memohon kekuatan, dan Tuhan memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuatku kuat. Aku memohon kebijaksanaan, dan Tuhan memberiku masalah untuk diselesaikan. Aku memohon kemakmuran, dan Tuhan memberiku tubuh dan otak untuk bekerja. Aku memohon keberanian, dan Tuhan memberiku berbagai bahaya untuk aku atasi. Aku memohon cinta, dan Tuhan memberiku orang-orang yang bermasalah untuk aku tolong. Aku mohon berkah dan Tuhan memberiku berbagai kesempatan. Aku tidak memperoleh apa pun yang aku inginkan, tetapi aku mendapatkan apa pun yang aku butuhkan.�
Sumber: http://ksupointer.com/2010/belanja-di-toko-kebahagiaan

Sunday, August 29, 2010

Nasib Baik Datang dari Kebajikan, Bukan Keberuntungan

Pada masa Dinasti Ming seorang pria bernama Zhang Weiyan dari Jiangyin Provinsi Jiangsu adalah seorang penulis yang handal. Dia cukup terkenal. Pada tahun Jiawu, ia mengambil ujian pengadilan tetapi gagal. Melihat hasil ujian yang diterimanya, dia mengumpat para hakim yang memberikan nilai ujiannya. Dia merasa mereka tidak dapat mengenali orang-orang yang memiliki pengetahuan sejati.

Pada saat itu seorang Taoist (penganut Tao) lewat dan mendengarnya. Pria itu tersenyum dan berkata, �Saya bisa mengatakan bahwa tulisan anda sangat buruk!� Zhang lalu melampiaskan kemarahannya pada laki-laki itu, �Kenapa anda menertawakan saya? Anda belum membaca artikel saya, bagaimana anda tahu tulisan-tulisan saya buruk?� Sang Taoist berkata kepadanya, �Saya mendengar kunci untuk menulis adalah bahwa seseorang perlu dalam keadaan damai dan memelihara hati yang tenang. Anda sekarang mencaci para hakim itu. Anda pasti sangat marah. Bagaimana anda bisa menulis artikel yang baik jika karakter anda seperti ini?� Dia berpikir apa yang dikatakan orang itu sangat rasional, sehingga Zhang meminta bantuannya.

Sang Taoist berkata, �Anda menulis tentunya perlu menjadi baik, tetapi jika anda ditakdirkan gagal, bahkan keterampilan menulis yang baik pun tidak akan membantu. Solusi yang mendasar adalah mengubah sikap anda.� Zhang bertanya kepadanya, �Bagaimana saya bisa mengubah sikap saya?� Sang Taoist menjawab, �Jika anda dapat mengikuti kata-kata langit dan melakukan perbuatan baik, apa yang tidak bisa anda dapatkan?�

Zhang Weiyan mendesah, �Saya hanya seorang sarjana miskin. Dari mana saya dapat cukup uang untuk melakukan perbuatan baik?� Sang Taoist berkata, �Jadilah penuh kasih sayang dan kultivasikan kebajikan anda, yang paling penting adalah hati anda. Hal ini mengharuskan kita membawa kebaikan dalam hati kita setiap saat. Kita perlu lebih rendah hati dan siap untuk menolong orang lain. Motivasi untuk membantu orang lain harus murni. Ikuti prinsip surgawi. Seseorang tidak perlu uang untuk menjadi rendah hati. Anda dapat melakukan hal ini tanpa harus menjadi kaya. Kenapa anda tidak memeriksa diri sendiri, malah memaki-maki para hakim itu?� Zhang Weiyan tersentuh. Dia mengucapkan terima kasih kepada sang Taoist itu.

Sejak saat itu Zhang Weiyan sangat baik kepada orang lain dan ketat dengan dirinya sendiri. Dia mengkultivasikan kebajikannya dan menjadi orang dengan moralitas yang tinggi. Ia mendirikan sekolah dan mendidik rakyat jelata. Ia mengajarkan orang-orang untuk menghindari kesalahan dan melakukan perbuatan baik seminim apapun situasinya. Dia mendorong orang-orang untuk bersikap baik satu sama lain. Ia sangat dipuji oleh semua orang.

Suatu hari tiga tahun kemudian, Zhang Weiyan bermimpi. Dia bermimpi bahwa ia memasuki sebuah rumah besar. Ada sebuah buku dengan nama-nama yang tercantum di dalamnya, tetapi ada banyak baris kosong juga. Dia menanyai seseorang yang berdiri di dekatnya tentang ruang kosong itu. Orang itu berkata kepadanya, �Ini adalah daftar nama-nama yang akan diterima pada musim gugur ini. Jika sebuah nama muncul di sini dan orang itu tidak melakukan kesalahan apapun, namanya akan disimpan. Ruang kosong itu adalah mereka yang akan diterima, tapi karena mereka melakukan kesalahan, nama mereka telah dihapus. Selama tiga tahun terakhir, anda telah baik pada orang lain. Nama anda telah ditambahkan.

Zhang Weiyan lulus ujian pengadilan tahun itu. Kemudian ia melakukan banyak perbuatan baik bagi rakyatnya.
Sumber : Secret China



Wednesday, August 25, 2010

Mengutuk dan Mendoakan Kebaikan

Kejengkelan memenuhi dada. Hambatan datang dari hati sendiri. Dengan mengutuk akan menderita kerugian. Dengan memberi restu segala sesuatu akan jadi lancar. Saat mengemudikan mobil, kebanyakan orang Barat sangat taat pada peraturan, juga sangat sopan, karena itu bila mengetahui ada seorang pengemudi hendak berpindah jalur, acapkali pengemudi lain otomatis akan mengalah dan memberikan jalan. Oleh karenanya jika saat sedang mengemudikan mobil mereka menjumpai pengemudi yang mengemudikan mobil dengan kasar (tidak tahu adat), mereka merasa sangat tidak nyaman, bahkan bisa menjadi emosional.

Suatu hari ketika David sedang mengemudikan mobil ke kantor, sepanjang perjalanan menemui kemacetan, kecepatan mobil tidak bisa tinggi, saat itu tiba-tiba datang sebuah mobil secara kasar memotong jalannya dan memaksa masuk di depan mobilnya.

David yang saat itu sudah agak resah tak kuasa menahan mulutnya telah mencetuskan makian �sialan!�. Dalam hatinya segera mengutuk, �Kurang ajar, semoga perjalananmu menjumpai kemacetan besar, biar saja dan rasain terlambat masuk kantor.�

Ternyata sebagaimana harapan David, sepanjang perjalanan mengalami kemacetan besar, mobil yang berada tepat di depan mobil David benar-benar hanya bisa berjalan pelahan-lahan, kelihatannya pengemudinya harus terlambat sampai di kantor, David yang membuntut di belakang mobil itu tertawa dalam hati, dia sangat gembira bahwa kutukannya itu menjadi kenyataan.

Pada akhirnya, orang yang dikutuk David itu benar-benar terlambat atau tidak David tidak tahu pasti. Tetapi ketika David tiba di kantor, dia sendiri sudah terlambat hampir setengah jam lamanya.

Ketika David sedang mencetak kartu absennya, tiba-tiba dia mendapatkan bahwa dirinya sangat menggelikan, bagaimana dia sampai bisa mengutuk mobil yang berada tepat di depannya dan yang berada tepat satu jalur dengannya supaya menemui kemacetan? Bukankah ini sama saja dengan mengutuk diri sendiri?

David berpikir lagi, jika sampai kutukannya itu cukup serius, membuat orang yang berada di depan mobilnya itu mengalami kecelakaan, maka kemungkinan besar dirinya juga akan terlibat dalam tabrakan itu, ikut tertimpa kesialan, walaupun mungkin saja tidak ikut tertabrak, tetapi mungkin akibat dari kejadian ini menjadikan perjalannya tertunda lebih lama lagi, mungkin keterlambatan yang terjadi bukan hanya setengah jam saja.

Maka David lalu berpikir seharusnya dia memberi restu orang yang berada di depannya, mengharapkan dia selamat sepanjang perjalanan, bisa melaju dengan lancar, dengan demikian dia yang berada di belakang mobil itu, juga bisa seperti orang yang berada di depannya melaju dengan cepat tanpa hambatan, dan dapat tiba di kantor tepat pada waktunya.

Setelah pikirannya terbuka, David berjanji kepada dirinya sendiri, lain waktu jika menjumpai keadaan semacam ini, sekalipun merasa sangat jengkel juga harus merestui, merestui orang yang berada di depannya agar bisa lancar sepanjang perjalanan, jika orang lain lancar dia sendiri juga lancar, orang lain selamat dia sendiri juga akan selamat.

Lagi pula dengan berbuat demikian, paling tidak, tidak akan bisa membuat diri sendiri jadi kesal, dan bisa mempertahankan perasaan riang bergembira ketika sampai di tempat kerja.

Seringkali saat berada di puncak kemarahannya, seseorang bisa kehilangan nalarnya, dia menjadi tidak jelas dengan keadaan dia yang sebenarnya, sering-sering tidak sadar dengan tindakan yang telah dilakukan, kemungkinan besar akan bisa merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga pihak lain, karena jika kita bersama-sama berada di atas satu perahu, jika perahu ini karam, maka secara otomatis kita akan bersama-sama tenggelam ke dalam air.

Oleh sebab itu, mengapa tidak bermurah hati? Daripada mengutuk, lebih baik kita mendoakan hal yang baik bagi orang lain. Dengan demikian bukan saja dalam hati kita tidak akan terpendam hawa amarah, tetapi ketika kita hati kita tidak jadi marah, kita juga akan merasakan betapa anggun sikap kita ini.

Selain itu ketika kita bisa dengan berkepala dingin menghadapi suatu masalah, seringkali masalah itu bisa berubah dengan sendirinya menjadi lancar, mungkin itulah yang dikatakan dengan �sesuatu dapat berubah menjadi keberuntungan adalah seiring dengan adanya perubahan hati!�

Sumber : The Epoch Times/lin

Friday, August 20, 2010

Telaga Hati dan Pahitnya Hidup

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

�Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya, � ujar pak tua.
�Pahit, pahit sekali, � jawab pemuda itu sambil meludah ke samping.
Pak tua tersenyum, lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai di sana, Pak tua kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

�Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah.� Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya kepadanya,
�Bagaimana rasanya?�
�Segar,� sahut si pemuda.
�Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?� tanya pak tua.
�Tidak,� sahut pemuda itu.

Pak tua tersenyum dan kemudian berkata, �Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.�

�Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kamu dapat lakukan. Llapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.�

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan, �Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu, dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.�

Hidup adalah sebuah pilihan. Mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal menjelang?

Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik.

Wednesday, August 18, 2010

Cara Terbaik -Mengalahkan- Orang Lain

Pada zaman Tiongkok Kuno ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba petani. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli. Suatu hari aning-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah.

Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim. Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati dan berkata, �Saya bisa saja menghukum pemburu itu dan memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?� Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.

�Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harus manjaga domba-domba Anda supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman.� Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.

Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana ia menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba pak tani.

Di samping rasa terimakasihnya kepada kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasi buruan kepada petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.

Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan, �Cara Terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih.

Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)