Latest News

Showing posts with label Peluang Usaha Agro. Show all posts
Showing posts with label Peluang Usaha Agro. Show all posts

Sunday, December 30, 2012

Peluang Investasi Budidaya Bunga Krisan

Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, Amerika Serikat, Swedia dan sebagainya.

Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan, yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama. Bunga krisan terdiri atas sedikitnya 55 varietas, antara lain Pink Paso Dobel, Reagan, Salmon Impala, Klondike, Gold van Langen, Ellen van Langen, Yellow Puma dan Peach Fiji. Warnanya pun cukup beragam, yaitu merah tua, kuning, hijau, putih, campuran merah putih dan lainnya. Bunga elok itu kesegarannya dapat bertahan tidak layu di vas bunga hingga dua minggu sesudah dipetik.

�Jumlah varietas krisan memang banyak. Tapi, kami tidak menanam kesemuanya, kecuali hanya sekitar 11 jenis. Jenis-jenis itu kami pilih karena permintaan pasar lokal yang memang menyukainya. Dari kesebelas jenis itu, krisan berwarna kuning dan hijau yang paling banyak dicari. Persentasenya mencapai 90 persen, sementara sisanya memilih warna-warna lain,� ungkap Hantoko, pemilik kebun krisan asal Kecamatan Tutur Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur.

Alhasil, peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri agaknya tetap terbuka. Seiring permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat, maka peluang agribisnis tanaman ini sangat menarik dikembangkan sebagai lahan investasi.

Bila ingin mengembangkan budidaya bunga potong krisan, ada baiknya memahami betul tentang bunga ini, karena pemeliharaannya tergolong gampang-gampang susah. Menurut Hantoko, sebelum memutuskan membuka lahan untuk pembudidayaan krisan pada 2001 silam, ia lebih dulu mempelajari pola tanam hingga pemasaran ke berbagai daerah, bahkan hingga ke Bogor, Jawa Barat.

Ia sadar, membudidayakan krisan tidak segampang apel, agribisnis yang selama ini menjadi andalannya. Krisan, menurutnya, aslinya berasal dari luar negeri, tepatnya dari Belanda. Karena itu, tidak mudah membudidayakannya di sini, kecuali memenuhi persyaratan khusus, agar pengelolaannya tidak susah, dan bisa didapat hasil yang memuaskan.

Syarat-syarat tersebut diantaranya; bunga krisan sangat cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian antara 700-1200 di atas permukaan laut (dpl). Namun, meski tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30�01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 meter persegi, dan lampu dipasang setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.

Selain itu, suhu udara harus diatur sedemikian rupa. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat selsius. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat selsius. Dan, tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95 persen. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80 persen, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Sementara kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.

Ketika musim panen tiba, juga dibutuhkan ketelitian dalam memanennya. Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10�14 minggu setelah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar. Hantoko menyebut, tanaman krisan siap dipanen setelah berumur tiga bulan. Saat panen yang paling tepat untuk krisan standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Krisan tipe sprai dapat dipanen bila 75-80 persen dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh.

Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari saat temperatur udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Hal yang penting diperhatikan dalam penentuan waktu panen adalah keadaan bunga tidak basah atau berembun atau sebab lain. Bunga yang basah akan mudah terserang cendawan penyebab penyakit busuk.

Pemanenan bunga krisan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dipotong tangkainya atau dicabut seluruh tanamannya. Setelah itu, dipisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu dibersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama, dan daun-daun tua pada pangkal tangkai dibuang.

Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat atau bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu: kelas satu untuk konsumen di hotel dan florist besar. Untuk kelas ini, panjang tangkai bunga lebih dari 70 sentimeter, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 milimeter. Sedangkan kelas dua dan tiga untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal. Kelas ini panjang tangkai bunga kurang dari 70 sentimeter dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 milimeter.

Analisa Ekonomi
Perkiraan analisa budidaya tanaman krisan seluas 0,5 hektar, dengan jarak tanam 10x10 sentimeter, biaya dan keuntungan dapat diasumsikan perhitungannya secara sederhana seperti berikut.
1. Biaya produksi
* Sewa lahan 1 tahun = Rp 1.500.000,-
* Bibit : 150.000 batang @ Rp 250,- = Rp. 37.500.000,-
* Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang, Urea, ZA, SP-36, KCI, KN03, Kapur Pertanian, Pestisida: 150.000 x Rp 600,- = Rp 90.000.000,-
* Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan, pemupukan, penanaman, dan pemeliharaan: 5 HKP @ Rp 10.000,- x 30 = Rp 1.500.000,- + 5 HKW @ Rp 8.000,- x 30 = Rp 1.200.000,-
* Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) = Rp 500.000,-
Jumlah biaya produksi = Rp 132.200.000,-

2. Pendapatan 150.000 tanaman @ Rp 1.000,- = Rp 150.000.000,-

3. Keuntungan = Rp 17.800.000,-

Keterangan:
HKP : Hari Kerja Pria
HKW : Hari Kerja Wanita

Sumber :
http://dongengdalam.blogspot.com/2007/09/peluang-investasi-budidaya-bunga-krisan.html

Thursday, August 16, 2012

Peluang Usaha Eceng Gondok

Eceng Gondok yang mempunyai nama Latin Eichhornia Crassipes ini adalah gulma bagi perairan, biasanya Waduk, Rawa dan Situ. Eceng gondok dengan cepat berkembang di tempat yang perairannya terkena limbah karena bisa mengikat logam berat dalam air seperti besi, seng, tembaga, serta raksa. Karena perkembangannya sangat pesat, jika didiamkan, eceng gondok dapat menyebabkan perairan menjadi dangkal karena sedimentasi. Meskipun demikian, Eceng Gondok dapat dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Peluang Usaha Eceng Gondok dapat di buat seperti produk berikut ini.

1. Sebagai Bahan Kerajinan Tangan - Handcraft

Eceng gondok dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan eceng gondok yang cantik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Nilai jual sebuah tas cantik dari Eceng Gondok misalnya, biasa di hargai antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Bahkan di beberapa gerai bisa mencapai Rp 80.000, tentu saja dengan kreativitas dan kualitas yang tinggi. Eceng Gondok juga bisa di jadikan furniture sebagai pengganti rotan, harganya tentu saja lebih tinggi. Yaitu bisa mencapai Rp 5.000.000 hingga Rp 15.000.000 per set, pasar eksport-pun juga masih terbuka luas.

Tapi pembuatan kerajinan tangan Eceng Gondok butuh proses yang agak lama, berikut langkah langkahnya.
1) Pisahkan pangkal tangkai eceng gondok, setelah itu keringkan sekitar dua minggu.
2) Sesudah eceng gondok kering, bentuk kepangan kepangan panjang.
3) Eceng gondok pun sudah siap dianyam menjadi barang kerajinan tangan yang diinginkan, mulai dari tas cantik, pot bunga, tempat pensil, tempat sampah, kotak tisu, topi anyaman , perlengkapan dapur, sampai furniture.
4) Agar lebih meningkatkan daya tarik, hasil anyaman dapat dicat dan dipernis. Kreativitas anda dalam membuat desain sangat di perlukan agar hasil kerajinan tangan yang dihasilkan dapat menarik dan berkualitas serta memiliki nilai jual yang tinggi.

2. Sebagai Pakan Hewan Ternak
Bila Eceng gondok digunakan sebagai pakan ternak, eceng gondok mesti diolah terlebih dahulu sebab memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Salah satunya diolah terlebih dahulu melalui teknik fermentasi. Dalam proses ini, eceng gondok diolah menjadi tepung, kemudian difermentasi secara padat dengan bantuan campuran mineral serta mikroba Trichoderma harzianum yang dilakukan selama empat hari dalam suhu ruang.

Teknik fermentasi ini dapat meningkatkan nilai gizi yang terdapat didalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81 % (6,31 ke 10,21 persen) serta serat kasar turun hingga 18 % (dari 26,61 ke 21,82 persen). Bila diberikan kepada ayam, eceng gondok hasil fermentasi ini tidak menyebabkan pengaruh yang berbeda secara nyata terhadap konsumsi, konversi pakan, bobot hidup, lemak abdomen, persentase karkas, serta bobot organ pencernaan, walau terdapat kecenderungan penurunan nilai gizi pada peningkatan produk fermentasi eceng gondok. Karena itu, eceng gondok hasil fermentasi bisa dicampurkan hingga 15 % didalam pakan ayam pedaging.

3. Sebagai Bahan Pembuatan Biogas
Eceng gondok ternyata juga dapat dijadikan bahan baku bagi pembuatan biogas. Proses pembuatannya pun sangat mudah dan tidak menimbulkan bau apa pun, tak seperti biogas dari kotoran makhluk hidup. Yang harus dipersiapkan yaitu drum bekas yang sudah dimodifikasi. Selain itu, kita juga butuh pipa pengalir serta kantong plastik atau drum guna menampung gas hasil dari eceng gondok yang telah dibusukkan. Berikut ini langkah langkahnya.
1) Eceng gondok basah dicacah kecil kurang lebih 1 cm, kemudian dimasukkan ke dalam drum modifikasi, serta ditambah air. Dengan perbandingan 1 : 1.
2) Sesudah dianggap cukup, diamkan selama seminggu. Kemudian, buka keran yang ada di atas drum modifikasi guna mengeluarkan oksigen.
3) Untuk melakukan test apakah ada gas atau tidak, nyalakan korek api di dekat keran. Bila menyala, segera salurkan gas tersebut ke plastik atau drum tempat menampung gas. Dari tempat menampung inilah gas bisa disalurkan ke kompor. Kita dapat menggunakannya untuk memasak dan keperluan lain.
4) Agar menambah kekuatan semburan gas, letakkan batu besar di atas penampung gas untuk menekannya. Banyaknya gas bergantung pada seberapa banyak jumlah eceng gondok yang kita masukkan. Sebagai gambaran, eceng gondok seberat 200 kg bisa menghasilkan biogas yang cukup bagi keperluan seminggu dengan pemakaian 1,5 jam / hari. Selain lebih irit ongkos, biogas dari eceng gondok juga aman dari kemungkinan kebocoran gas.

4. Sebagai Bahan Baku Pembuatan Briket
Berikut ini cara pembuatan briket dari eceng gondok.
1) Cincang eceng gondok seukuran ujung ruas jari, kemudian jemur selama 3 hari sampai kering. Bila cuaca mendung, proses penjemuran dapat memakan waktu sampai 5 hari.
2) Campurkan cincangan eceng gondok kering dengan cairan kanji sebagai pengikat. Perbandingannya 80 : 20. Larutan kanji ini berfungsi untuk merekatkan partikel - partikel dalam bahan baku sehingga briket yang didapat cukup padat.
3) Cairan kanji yang di gunakan sebagai pengikat berbahan dasar organik menghasilkan abu yang lebih sedikit saat briket di bakar atau di gunakan dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Mencampurnya hendaknya dilakukan saat kanji masih berupa tepung supaya tidak menggumpal. Kanji ditaburkan di atas cacahan terlebih dahulu, baru kemudian diberi air hingga kental.
4) Setelah itu campuran ini dibentuk bulat seukuran bakso dengan cara meremas - remas menggunakan telapak tangan. dapat juga menggunakan alat pres briket. Sesudah berbentuk bulatan, bahan briket dikeringkan lagi menggunakan cara dijemur sinar matahari selama tiga hari.
5) Tahap akhir adalah karbonisasi. Karbonisasi adalah suatu proses yang penting pada pembuatan briket eceng gondok supaya didapat struktur rantai karbon yang lebih panjang. Semakin panjang rantai karbon, hasil pembakaran yang didapat lebih sempurna atau lebih panas serta bersih. Pada proses pembakaran atau, kompor kaleng harus dalam keadaan tertutup. Pada bagian atas diberi lubang dengan diameter sekitar 4 cm, sebagai jalan masuk oksigen yangmerupakan syarat terjadinya pembakaran. Pada kondisi kaleng yang hampir tertutup ini, akan terjadi akumulasi asap pembakaran yang bisa meningkatkan kadar karbon briket. Sesudah melewati tahap karbonisasi, briket eceng gondok siap digunakan.

Selain menggunakan tungku atau kompor kaleng, briket eceng gondok ini juga dapat digunakan menggunakan tungku tanah liat. Tapi terdapat kelemahan, abu sisa pembakaran mudah beterbangan serta terhirup ke pernapasan. Solusinya, masyarakat agar menggunakan kompor briket dengan memanfaatkan kaleng bekas cat tembok.

Cara pembuatannya sederhana, 2 kaleng cat tembok bekas direkatkan bertumpuk. Pada kaleng bagian bawah dibagi dua dengan penyekat berlubang - lubang. Penyekatan kaleng bagian bawah dimaksudkan guna meletakkan briket di bagian atasnya, serta sisa abu pembakaran bisa ditampung di dasar melalui sekat berlubang. Sedangkan pada kaleng bagian atas digunakan untuk menyangga panci atau kuali.

Anda dapat menggunakan Eceng gondok sebagai salah satu peluang usaha eceng gondok seperti di jelaskan di atas, fokuslah terhadap salah satu jenis usaha eceng gondok terlebih dahulu, bila sudah cukup sukses baru bisa menggunakan eceng gondok sebagai usaha lainnya.

Sumber Refferrensi:
Penelitian Cita Indah, mahasiswi Jurusan Teknik Kimia ITS
http://ukmkecil.com/peluang-usaha/peluang-usaha-eceng-gondok

Monday, January 9, 2012

Prospek Agrobisnis Indonesia

"Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman"  'begitu lirik dari penyanyi kondang jaman dahulu, Koes Plus'.

Indonesia diketahui memiliki keragaman jenis buah-buahan dan sayuran tergolong tertinggi di dunia, namun ironisnya buah-buahan impor termasuk yang berasal dari negeri subtropis membanjiri pasar domestrik. Di pasaran lokal buah-buahan yang berasal dari Thailand, Cina, dan Australia, diantaranya sudah begitu dikenal, sedangkan buah-buahan tropis asal negeri sendiri tenggelam.

Data Japan Custom menunjukkan pangsa Indonesia sendiri sekitar 4% per tahunnya dengan impor migas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan non-migas. Pada 2002 tercatat pangsa impor migas Jepang dari Indonesia mencapai 10,07% sedangkan impor non-migas hanya 2,79%. Namun, sejak 1998 pangsa pasar komoditas non-migas Indonesia terus meningkat dengan produk yang dominan diantaranya kayu lapis (plywood), tembaga, kertas dan produk kertas, karet alam, ikan termasuk udang, nikel, kopi, benang sintetik, dan furnitur.

Tiga komoditas andalan sektor agribisnis yang selama ini menjadi penyumbang terbesar ekspor non-migas Indonesia ke Jepang adalah karet alam, udang, dan kopi. Data dari UNSD Comtrade (2006) menunjukkan bahwa pangsa pasar produk karet alam Indonesia dalam lima tahun terakhir terus meningkat dari 9,9% pada 2001 menjadi 18,6% pada 2005. Nilai impornya pun terus meningkat dari USD174 juta pada 2001 menjadi USD597 juta pada 2005. Total nilai impor produk karet alam Jepang pada 2005 mencapai USD3,2 miliar.

Untuk mendukung pengembangan potensi produk Agrobisnis di Indonesia, penelitian terhadap buah Indonesia sebenarnya telah lama dilakukan oleh peneliti di Departemen Pertanian dan Institut Pertanian Bogor, namun hal itu dilakukan sendiri-sendiri. Penelitian terpadu, mulai dari pengembangan bibit hingga teknologi pemasarannya baru dilakukan tahun 1996, yaitu dalam program Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi.

Melihat masalah yang kompleks dan cakupan kegiatan riset yang luas, menurut Direktur Rusnas Buah Prof Syafrida Manuwoto program ini memerlukan kurun waktu yang panjang untuk memperoleh hasil yang optimal. Negara tetangga Malaysia dan Thailand telah menjalani program riset buah-buahan masing-masing selama 30 dan 40 tahun. Duren Bangkok diantaranya merupakan produk riset yang lama dari negeri Gajah Putih ini.

Sementara itu Indonesia dengan empat buah unggulannya menetapkan jangka waktu riset. Riset manggis memerlukan waktu 15 tahun, sedangkan lamanya riset nenas dan pisang berkisar 7 - 10 tahun. Pepaya tergolong cepat dalam pengembangannya hanya 7 tahun. Setelah melalui tahap pemuliaan, direncanakan tahun depan akan dilepas varietas unggul pepaya oleh Menteri Pertanian.

Manggis selama ini merupakan komoditas yang buyer market, pihak pembeli yang mencari. Sejak beberapa tahun terakhir ini manggis memang merupakan primadona ekpor Indonesia, dengan negara tujuan Thailand, Singapura, Hongkong atau Cina, dan Jepang. Di negara-negara tersebut manggis menjadi bagian dari sesaji pada upacara keagamaan.

Harga ekspor manggis di pasar dunia bisa mencapai 8 hingga 10 dollar AS perkilogram. Namun di tingkat petani harganya hanya Rp 500,- perkilogram. Penjualan manggis selama ini berdasarkan sortasi, untuk mendapat ukuran yang seragam. Namun dari hasil panen yang ada hanya sekitar 5 hingga 10 persen yang memenuhi syarat untuk diekpor.

Pangsa Pasar Agrobisnis

Pangsa pasar dari sayur  'sayuran dan buah ' buahan adalah negara-negara yang tidak memilik lahan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti Singapura, Jepang, dan Hongkong. Pasar ini cukup menjanjikan bagi para negara pemasok yang berada di sekitarnya.

Hongkong merupakan negara kota yang berpenduduk padat. Luas lahan pertanian di Hongkong hanya 7 % dari luas total, sehingga 75% kebutuhan sayuran dan buah harus diimpor. Berdasarkan data Hongkong Export and Import. Jenis sayuran yang diimpor adalah kentang, tomat, kol, brokoli, selada, wartel, ketimun, jamur, asparagin dan bayam. Indonesia berpeluang untuk mengisi pasar sayuran untuk jenis tomat, kubis, dan wortel. Pemasok sayuran ke Hongkong terbesar adalah Cina karena merupakan negara yang sangat berdekatan dengan Hongkong dan memiliki tenaga kerja pertanian yang murah. Tetapi dalam hal ini tidak semua jenis bahan-bahan pertanian yang diperlukan oleh Hongkong dipasok dari Cina tetapi beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Thailand, Australia dan Jepang juga memasok kebutuhan sayur-sayuran dan buah-buahan Hongkong.

Untuk pasar agrobisnis di Jepang, pemerintah telah mengumumkan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Indonesia dan Jepang atau dikenal dengan Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada 28 November lalu.

Tapi jika ditelisik lebih mendalam, sektor pertanian Indonesia, dalam arti luas ( termasuk perikanan dan kehutanan ), berpeluang untuk lebih berkembang dengan adanya kesepakatan ini. Hal ini dikarenakan Jepang berjanji untuk memperluas akses produk pertanian dan manufaktur Indonesia melalui penurunan tarif impor atau bea masuk produk Indonesia secara bertahap dalam kurun waktu 3 hingga 10 tahun. Sekitar 90% produk pertanian dan manufaktur Indonesia akan diturunkan tarif impornya, ada yang langsung menjadi 0% dan ada pula yang bertahap hingga 2016, meskipun untuk produk-produk yang dianggap sensitif, seperti beras dan kayu lapis (plywood), tidak tercakup dalam kesepakatan ini; dengan kata lain produk-produk ini tarif impornya tetap.

Menurut data dari Japan Eksports and Imports, Jepang merupakan negara pengimpor sayuran segar dan sayuran beku. Impor terbesar sayuran segar adalah untuk labu kuning, kubis, brokoli dan wartel, sedangkan sayuran beku yang banyak diimpor adalah kentang, green soybenus, jagung manis dan bayam.

Sayuran di Singapura memiliki harga yang cukup tinggi mengingat kelangkaan komoditas ini. Harga sayuran di pasar Singapura saat ini rata-rata dihargai S$ 1 per kilogramnya. Angka ini menarik bagi negara tetangganya seperti Indoneasia dan Malaysia yang memiliki lahan pertanian sehingga bersaing ongkos angkutnya

Dari data statistik pilihan teratas impor sayuran Singapura, terlihat bahwa mayoritas produk ekspor Indonesia ke Singapura adalah kentang dengan pangsa pasar 53.3 %, kubis 34.8 % dan tomat 17.6 %. Indonesia adalah supplier sayuran segar kelima terbesar untuk Singapura setelah Malaysia, Cina, Australia, dan India.

Kebutuhan :
1. Data - Data Ekspor Agrobisnis Indonesia Th.2008.
2. Negara tujuan Ekspor produk Agrobisnis Th.2008.
3. Daftar Produk Komoditas Ekspor Indonesia Th. 2008.
[https://peluangjitu.blogspot.com/2012/01/prospek-agrobisnis-indonesia.html ]

Sumber : http://bisnisukm.com/prospek-agrobisnis-indonesia.html

Sunday, January 8, 2012

Peluang Bisnis Pepaya California

Buah pepaya sudah tidak asing lagi di tengah-tengah kita, pemanfaatan buah ini telah merambah berbagai kebutuhan hidup. Buah pepaya yang selama ini ada di sekitar kita memiliki ukuran yang cukup besar, tidak akan habis jika dikonsumsi satu orang dalam satu waktu. Padahal menurut ahli gizi buah pepaya yang dikupas terlalu lama akan kehilangan banyak kandungan gizi. Hal inilah yang menjadikan bisnis pepaya California cukup potensial untuk ditekuni. Karena Pepaya California memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan pepaya jenis lain. Rata-rata ukuran pepaya California hanya separuh dari pepaya biasa.

Pepaya California sebenarnya berasal dari Amerika Tengah dan Karibia, namun yang berkembang di Indonesia adalah hasil pemuliaan tanaman dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika- Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB) dengan nama IPB-9.

Bisnis budidaya Pepaya California ini cukup menjanjikan dan tengah menjadi incaran banyak orang. Di supermarket besar, harga jual pepaya ini bisa mencapai Rp 8.000 per kilogram (kg). Bandingkan dengan pepaya bangkok yang hanya sekitar Rp 4.000 per kg.

Budidaya Pepaya California mulai menghasilkan buah siap petik pada usia 7 bulan sampai 9 bulan dengan usia produktif selama 28-30 bulan. Jika Pepaya California sudah berproduksi, kita bisa memanen pepaya segar satu minggu sekali. Setiap pohon bisa menghasilkan buah sekitar 50 kg � 80 kg selama usia produktif. Keungulan lain dari bisnis Budidaya Pepaya California adalah penanaman dengan pola pertanian organik, sehingga memiliki nilai tambah.(Galeriukm).

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluang%20usaha/53476/Sudah-mungil-dan-mulus-si-pepaya-hebat-pula-memikat-fulus

Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)