Latest News

Showing posts with label Jiwa Wirausaha. Show all posts
Showing posts with label Jiwa Wirausaha. Show all posts

Thursday, July 12, 2012

Menumbuhkan Intrapreneurship Dalam Diri Karyawan

Tak bisa kita pungkiri bila peran karyawan sangatlah besar dalam memajukan perusahaan. Tanpa adanya partisipasi dari para karyawan, bisa dipastikan tujuan besar perusahaan tidak bisa tercapai dengan maksimal. Faktor inilah yang perlu diperhatikan dengan baik oleh para pemimpin perusahaan. Sebab, dukungan sumber daya manusia yang berkualitas bakal menjadi salah satu tiang penyangga bagi pergerakan roda bisnis yang akan Anda jalankan kedepannya.

Melihat persaingan pasar yang semakin kompetitif, sekarang ini tidak hanya bakat dan keterampilan SDM saja yang perlu diperhatikan para pemimpin perusahaan. Mereka juga mulai dituntut untuk menumbuhkan intrapreneurship dalam diri karyawan, agar bisnisnya bisa berkembang lebih inovatif dan memiliki daya saing yang cukup tinggi dibandingkan kompetitor lainnya.

Yang dimaksudkan dengan intrapreneurship sendiri adalah jiwa kewirausahaan yang biasanya dipraktekan dalam tubuh sebuah organisasi, dimana setiap elemen di dalamnya dituntut untuk menjadi para intrapreneur (orang yang tidak sekadar menjadi pelaksana dari kebijakan perusahaan, namun juga memiliki jiwa kewirausahaan, berinisiatif melakukan suatu tugas tertentu karena tuntutan dari dalam dirinya sendiri, serta berani mengambil tantangan untuk memenangkan persaingan).

Dalam hal ini, para karyawan maupun tim manajemen diarahkan untuk selalu kreatif dan inovatif guna menciptakan ide-ide baru yang bertujuan untuk mengembangkan perusahaannya dan merespon permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan. Karenanya, untuk menumbuhkan jiwa intrapreneur dalam diri para karyawan. Berikut ini kami informasikan beberapa tips bisnis yang bisa dijalankan untuk membangan intrapreneuship dalam diri setiap karyawan.

Tanamkan pada karyawan bila perusahaan tersebut milik mereka
Meskipun posisi mereka hanya sebagai karyawan, namun mulailah mendidik mental mereka dengan rasa memiliki. Strategi ini cukup penting, agar kepedulian para karyawan mulai tumbuh dalam diri mereka dan tidak hanya sekedar menunggu instruksi atasan untuk bergerak menyelesaikan sebuah pekerjaan. Pastikan bila setiap karyawan memiliki visi, misi, dan mimpi besar yang sama dengan perusahaan, sehingga mereka bisa mencapai kesuksesan bersama dengan kemajuan perusahaan.

Berikan sebuah tanggung jawab pada setiap karyawan
Untuk melihat kemandirian, inisiatif, serta prestasi kerja karyawan Anda, ada baiknya bila Anda memberikan sebuah tantangan atau tanggung jawab bagi setiap karyawan, sesuai dengan minat dan bakat yang Ia miliki. Tentukan pula deadline atau target waktu yang Anda berikan untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan lihatlah hasil akhirnya. Apabila mereka selalu berhasil mengerjakannya dengan tuntas, bisa dikatakan jiwa intrapreneur mulai tumbuh dalam diri karyawan Anda.

Jadilah sekelompok orang yang kreatif dan inovatif
Seperti halnya para entrepreneur yang selalu jeli dalam melihat sebuah peluang, para karyawan juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memajukan perusahaan. Jika biasanya seorang entrepreneur melihat hambatan sebagai peluang, maka sebagai karyawan Anda juga bisa memanfaatkan kreativitas serta inovasi Anda untuk menyumbang ide-ide baru yang menghasilkan keuntungan. Contohnya saja seperti menciptakan sebuah produk baru, atau merencanakan strategi pemasaran yang unik untuk mendongkrak omset penjualan perusahaan tersebut.

Nah, setelah membahas ketiga tips bisnis di atas. Kini giliran Anda untuk menerapkannya langsung di lapangan, dan mendapatkan hasil maksimal setiap bulannya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/

Monday, October 31, 2011

Bagaimana Cara Membangun Jiwa Kewirausahaan?

Ketika memutuskan terjun di dunia usaha, terkadang sebagian dari masyarakat banyak yang masih ragu dengan kemampuan yang mereka miliki. �Apakah saya bisa menjalankan bisnis itu?� �Apakah bisnis itu menguntungkan?� dan �Apakah modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar?�. Keraguan-keraguan seperti itulah yang sering muncul dibenak para pemula ketika mereka hendak berpindah kuadran menjadi seorang pelaku usaha.

Pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang sama besar untuk bisa menjadi seorang pelaku usaha. Namun sayangnya tidak semua orang berani mengasah bakat dan minat mereka, sehingga wajar adanya bila sebagian ada yang telah berhasil menjadi pengusaha sukses dan sebagian lainnya masih ada juga yang belum berani action menjalankan usaha. Ketakutan untuk memulai, dan ketakutan untuk mencoba, menjadi kendala utama bagi sebagian orang sehingga mereka memilih mengurungkan niatnya untuk menjadi pengusaha sukses.

Tentunya Anda tidak ingin menjadi salah satu orang yang gagal sebelum berperang bukan? Karena itulah, dibutuhkan mental pemberani untuk mengalahkan ketakutan-ketakutan tersebut serta tekad yang kuat untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di dalam diri masing-masing personal.

Lalu, bagaimana cara membangun jiwa kewirausahaan?

Untuk membantu para pembaca yang ingin meraih impiannya menjadi pengusaha sukses, berikut ini kami informasikan beberapa cara efektif untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di dalam diri Anda.

Tekad yang kuat untuk memulai
Ibarat sebuah bangunan gedung yang menjulang tinggi, tekad kuat untuk memulai usaha menjadi pondasi dasar yang perlu Anda tanamkan agar bangunan Anda bisa berdiri dengan kokoh. Salah besar jika Anda menganggap modal utama memulai usaha adalah kucuran dana yang berlimpah. Sebab, dengan tekad dan keyakinan yang kuat dalam diri Anda, permasalahan modal dana yang terbatas pun akan terpecahkan dengan berbagai solusi yang bisa Anda dapatkan. Jadi, singkirkan pikiran-pikiran negatif yang melintas di benak Anda dan manfaatkan sumber daya yang ada di sekitar Anda untuk merintis sebuah usaha.

Mulailah dari bakat dan minat yang Anda miliki
Ketika berpikir menjadi seorang entrepreneur, Anda tidak perlu takut dan bingung untuk memilih ide bisnis yang paling sesuai dengan diri Anda. Mulailah dari hal-hal yang Anda cintai, misalnya saja memanfaatkan hobi atau bakat Anda dalam bidang tertentu sebagai peluang usaha. Meskipun mengawali bisnis Anda dari sesuatu yang kecil, namun jika ditekuni dengan sepenuh hati maka tidak menutup kemungkinan bila hobi atau bakat tersebut bisa menghasilkan untung jutaan setiap bulannya.

Fokus dan konsisten
Untuk bisa menjadi entrepreneur sukses memang tidak mudah. Terkadang memakan waktu yang cukup lama, serta tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga wajar adanya bila banyak pelaku usaha yang akhirnya menyerah di tengah jalan sebelum akhirnya mereka meraih kesuksesannya. Karenanya, tentukan fokus utama Anda dalam menjalankan usaha dan teruslah tingkatkan pengetahuan serta skill yang Anda butuhkan untuk mengoptimalkan fokus yang telah Anda tentukan. Jangan pernah berhenti berkarya sebelum akhirnya berhasil meraih impian Anda.

Belajarlah dari kisah para pengusaha sukses
Terkadang para pemula butuh motivasi dari seseorang yang sudah berpengalaman di bidang dunia usaha. Dengan belajar dari kisah perjalanan para pengusaha sukses yang dulunya pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya, para pemula bisa termotivasi untuk berani mengalahkan ketakutannya dan semakin terdorong untuk segera memulai sebuah usaha. Selain itu, Anda juga bisa memperbanyak pengetahuan di bidang bisnis dan mempelajari strategi-strategi bisnis yang pernah digunakan para pengusaha besar dalam meraih kesuksesannya.

Paksa diri Anda dan lakukan sekarang juga
Langkah terakhir inilah yang perlu Anda praktekan sekarang juga. Tak jarang seseorang perlu dipaksa agar Ia berani untuk mencoba. Karena itulah, paksa diri Anda untuk berani melawan ketakutan dalam memulai usaha dan bergeraklah sekarang juga. Lebih baik berani belajar dari kegagalan yang dialaminya daripada tidak belajar sama sekali. Jadi, mulailah sekarang juga dan raihlah kesuksesan yang ada di depan Anda.

Semoga tips motivasi bisnis untuk pekan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Jangan pernah ragu untuk memulai usaha, dan lakukan sekarang juga. Mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang. Salam sukses.

Saturday, June 4, 2011

Persiapan menjadi Seorang Wirausahawan

Sebagian orang terkadang melihat berwirausaha itu susah, sulit, repot dan lain-lain. Sebagian orang lain melihat berwirausaha itu nggak ada apa-apanya, cuma gitu-gitu aja. Ada yang mengatakan "mendingan kerja di kantor, tiap bulan pasti dapat gaji", tidak berisiko rugi karena kalau rugi kantor yang nanggung. Padahal berwirausaha banyak manfaat, kita bisa menentukan gaji sendiri, tidak diperintah orang, penghasilan bisa lebih tinggi dari 10 orang kantoran. Bahkan kita bisa memberi gaji orang.

Menjadi wirausahawan bagi sebagian orang, ini tidak sedikit jumlahnya, adalah hal yang sangat menakutkan. Banyak yang berpikir bahwa menjadi pedagang atau wirausahawan sangat berisiko tinggi (kerugian, bangkrut dan sebagainya), sedangkan menjadi seorang pekerja sangat kecil risiko yang akan dihadapi. Tetapi kalau kita berpikir jernih sesungguhnya menjadi pegawai juga berisiko tinggi, misalnya: PHK, pemotongan gaji, pensiun, minimnya gaji yang diperoleh, dsb. Artinya dalam hal ini apapun pekerjaan yang kita pilih semuanya mengandung risiko yang tidak kecil. Menjadi wirausahawan jelas berisiko tinggi tetapi hal itu seimbang dengan yang akan diperoleh dari hasil berwirausaha yang mungkin jika berhasil dan sukses akan memperoleh pendapatan dan penghasilan yang sangat menggiurkan.

Untuk itu maka beberapa langkah berikut mesti anda siapkan agar dapat menjadi seorang wirausahawan:

Mempersiapkan mental
Menjadi usahawan mesti memiliki mental berwirausaha yang sangat kuat, jangan berpikir tentang berapa keuntungan yang akan diperoleh lebih dulu, tetapi berpikirlah segala risiko yang akan dihadapi. Siap menang siap kalah, siap untung mesti juga harus siap rugi. Fair kan? Dalam berwirausaha juga memerlukan ketabahan yang sangat kuat, dalam beberapa kasus tidak semua wirausahawan mengalami kesuksesan, banyak pula yang mengalami kegagalan! Sebagian orang berpikir bahwa menjadi wirausahawan mesti harus punya bakat! Itu benar tetapi tidak mutlak, banyak pula seorang pengusaha yang juga mempelajari dari nol bahkan banyak yang tidak memiliki darah dagang dalam keturunannya!

Kemauan yang kuat untuk berhasil
Menjadi seorang wirausahawan wajib memiliki kemauan yang kuat dan pantang menyerah untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan. Jangan mudah menyerah pada nasib!

Selalu mengembangkan ide dan kreativitas
Albert Einstein pernah menyatakan bahwa bukan ilmu yang mengakibatkan orang berhasil, tetapi ide dan imajinasi! Menjadi seorang wirausahawan dituntut memiliki ide yang cemerlang dalam membangun usahanya. Barang yang sepele bahkan dianggap orang tidak berarti jika dibalut dengan ide dan kreativitas akan menghasilkan produk yang baik. Seorang teman sebut saja Heri di Lamongan Jawa Timur setiap hari memperhatikan banyaknya enceng gondok yang ada di pinggir bantaran sungai dekat rumahnya.

Heri adalah seorang tukang becak yang tinggal di dekat sungai, dia kemudian berpikir mungkin enceng gondok yang tumbuh secara liar ini bisa dimanfaatkan. Ya dia memanfaatkan tanaman liar tersebut menjadi barang yang berguna seperti: tas wanita, dompet, sandal, dsb. Hasilnya, ia bisa menjual produk tersebut sampai ke Jakarta! Dalam sebuah acara di televisi diceritakan bahwa seonggok bantalan rel kereta api yang sudah tidak terpakai dan banyak dimakan rayap diolah menjadi meja kecil yang ternyata setelah dijual menjadi produk yang sangat diminati konsumen karena keunikannya.

Kemauan untuk Belajar
Menjadi seorang wirausahawan bukan berarti jauh dari ilmu, memiliki ilmu itu wajib termasuk bagi seorang wirausahawan! Kemauan untuk terus mengembangkan ilmu khususnya berkait dengan dunia wirausaha yang digelutinya akan sangat membantu kelancaran berwirausaha. Dalam hal ini saya berpendapat bahwa seorang wirausahawan harus punya kemauan kuat untuk belajar kepada orang lain akan keberahsilan maupun kegagalan yang diterima dalam berwirausaha, sehingga hal ini akan dapat meminimalisasi kegagalan dalam mengembangkan usaha yang dijalani. Sebagai mahasiswa anda jangan hanya terpaku pada pelajaran yang anda peroleh di kelas, tetapi juga belajar dari teman, dosen, bahkan menjadi seorang aktivis mahasiswa adalah proses belajar yang sangat efektif.

Membangun komunikasi dan jaringan pertemanan
Apabila anda adalah seorang yang memiliki banyak teman, maka hal itu akan menguntungkan anda, mengapa? Untuk memasarkan produk yang anda jual baik jasa maupun barang anda membutuhkan relasi usaha. Teman anda dapat menjadi rekan usaha yang potensial dalam membangun jaringan pemasaran usaha anda kelak.Bertemanlah dengan banyak orang, jalinlah komunikasi yang efektif dengan siapapun. Apalagi jika anda memiliki teman yang berasal dari luar daerah, maka anda akan punya kesempatan untuk melebarkan sayap usaha anda ke daerah-daerah kelak. Dengan memiliki banyak teman setidaknya anda sudah punya sedikit sayap yang sewaktu-waktu siap untuk dikepakkan untuk melambungkan usaha anda.

Modal Usaha
Modal yang juga penting dalam membuka sebuah usaha adalah dana. Saran saya jika anda merupakan pendatang baru dalam dunia wirausaha, maka janganlah mengeluarkan dana dalam jumlah besar tetapi mulailah dari hal yang kecil dan anda kuasai. Ketika masih duduk di bangku kuliah dulu (awal tahun 90an) saya mencoba memelihara ayam kampung, saya membeli 2 ekor ayam betina dan 1 ekor ayam jago sebagai pejantan. Hasilnya? Dalam waktu sekitar 1 tahun saya berhasil memperoleh 60 ekor ayam kampung! Hasil yang sangat lumayan. Sepele bukan?

Tuesday, January 11, 2011

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan

�If money is your hope for independence you will never have it. The only real security that a man can have in this world is a reserve of knowledge, experience, and ability. � Jika Anda menyandarkan harapan hidup mandiri pada uang, maka Anda tidak akan mendapatkannya. Satu-satunya hal yang menjamin kehidupan seseorang adalah cadangan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan.�
Henry Ford, Pendiri Ford Motor Company (30 Juli 1863 � 7 April 1947)

Kalau dulu bekerja pada orang lain dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan uang, tetapi sekarang berwirausaha menjadi trend masa depan, karena dianggap lebih prospektif untuk meraih kebebasan waktu dan keuangan. Namun berwirausaha juga memerlukan pengetahuan, kecakapan, serta pengalaman, sehingga harus dipupuk sejak dini. Beberapa hal berikut ini merupakan hal yang perlu kita perhatikan dan lakukan berkenaan dengan upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan tersebut.

Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik. Sebab sukses dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk atau memakai jasa yang kita tawarkan.

Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha. Sebab seorang pewirausaha haruslah berjiwa pionir sejati. Artinya, syarat untuk menjadi pewirausaha yang berhasil itu harus mampu membuat perencanaan yang baik, cepat dan efisien, berani menanggung resiko dengan melakukan investasi materi, waktu, usaha, serta ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya tumbuh sukses.

Memupuk kebiasaan berpikir positif merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebagaimana diketahui bahwa tak seorangpun pebisnis sukses di dunia ini yang tidak pernah gagal. Disamping profesional, memiliki etos kerja dan dedikasi yang tinggi, mereka juga selalu mampu bangkit ketika mengalami kegagalan. Bila kita selalu dapat berpikir positif, tentu saja kita juga mampu menjadikan setiap kegagalan sebagai motivasi untuk terus bergerak maju.

Memupuk kemampuan mencetak laba adalah bagian dari upaya-upaya menumbuhkan jiwa wirausaha. Untuk itu kita harus belajar tentang bagaimana melakukan pemasaran yang baik dan juga meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan manajemen keuangan. Sebab dalam dunia usaha, keuntungan sekecil apapun sangat penting untuk memperkuat stabilitas sekaligus untuk melakukan ekspansi usaha.

Mengembangkan rasa empati atau kepedulian juga penting berkenaan dengan usaha menumbuhkan jiwa wirausaha. Rasa empati yang tinggi akan membantu kita menghasilkan karya yang tidak hanya dapat dinikmati dan menguntungkan diri sendiri tetapi juga dapat dinikmati dan menguntungkan sesama. Prof. Philip Kotler, yang dijuluki Bapak Marketing Modern, memberikan nasihatnya kepada para pebisnis di Indonesia; �Think customers and you�ll be save. � Rengkuhlah para pelanggan Anda supaya bisnis Anda bisa tetap berlangsung baik.� Keunggulan bisnis seperti itu lebih menjamin kesuksesan dan pasti sulit dibajak pesaing manapun.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan ini mencakup kemauan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan selalu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, cukup berolahraga, minum, dan istirahat. Sebab pada fase awal berwirausaha itu membutuhkan tingkat energi tinggi, ketahanan mental, dan motivasi yang besar, sehingga sangat membutuhkan kebugaran fisik. Lagipula tak mungkin bukan kita menikmati hasil usaha bila kita terbaring sakit?

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan artinya juga harus melatih diri kita menciptakan dan memperbarui visi masa depan serta merencanakan tindakan dan pencapaian-pencapaian untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan menciptakan visi akan membuat kita mampu mengukur tingkat kemajuan, melakukan langkah-langkah perbaikan, mengurangi hambatan maupun dampak negatif, serta memaksimalkan keuntungan. Keahlian menciptakan dan memperbarui visi akan sangat kita perlukan jika ingin usaha yang kita jalankan terus mengalami perkembangan.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berarti juga harus meningkatkan kemampuan mengorganisasi, yaitu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula. Mulailah dengan membuat jadwal yang teratur dan disiplin menjalankan jadwal tersebut dan berteman dengan orang-orang yang memberi inspirasi dan teladan mulia. Latihan semacam itu potensial menjadikan kita mampu mengorganisasi usaha dan memastikan usaha terus berekspansi.

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebab kemampuan berkomunikasi ini sangat penting untuk menggali informasi dari target pasar tentang produk atau jasa yang sangat diinginkan sekaligus untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan. Bila kita sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumen, lalu menjalin komunikasi dengan baik, menghargai, dan bersikap sopan terhadap mereka, maka dengan sendirinya para pelanggan akan selalu setia menggunakan produk atau jasa kita bahkan ikut mempopulerkan bisnis kita.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar. Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan. Kreatifitas menjadikan usaha Anda tidak pernah mengenal krisis.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Oleh sebab itu, tumbuhkan terus jiwa kewirausahaan Anda, dengan terus mengembangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas. Pastikan di masa akan datang Anda menjadi orang yang lebih baik, sukses dalam berwirausaha, hidup lebih kaya dan bahagia, dan sekaligus berempati tinggi. Salam hebat dan luar biasa!

Sumber : http://www.pembelajar.com/menumbuhkan-jiwa-kewirausahaan

Friday, October 22, 2010

Measuring The Soul Of An Entrepreneur

Can we peer into the soul of an entrepreneur to predict business success/risk in lending? A group of researchers based at the Entrepreneurial Finance Lab at Harvard University is convinced that the probability of willful default by borrowers can be predicted with psychometrics (psycho-metrics literally means measuring the soul).

So instead of screening new borrowers based on collateral � as banks do � or on social reputation � as microcredit traditionally does � Fina Bank in East Africa is to begin screening based on psychometric testing. Applicants for small business finance in Kenya, Uganda, and Rwanda will be screened for entrepreneurial potential or future earning potential based on criteria developed by the Harvard researchers.

Psychometric testing has long been used in recruitment. The Harvard researchers have adapted four key characteristics of psychometric tests�intelligence, personality, cognition, and ethics�that have been linked to entrepreneurial success and show promise for financial institutions to reduce risk. They�ve tested it on a small sample in South Africa, and now they are applying the technique through partners around the world to the �missing middle� of financial services � small traders and business owners (SME, not micro).

What say you? Is personality the best test of business success?

Psychometric test may be useful to study the soul (the behavior) of human beings. Where as in the case of an enterprise, the test appears to cover partially since the process of business success/risk lending depends on not only the behavior of the soul of entrepreneur but also the presence of conducive environment available for the functioning of the enterprise besides the occurrence of co-variant risk in the given place/area./region. Here the environment indicates presence of physical potential such as, power, link roads, raw materials ( timely, adequately and qualitatively needed by the small enterprise ) marketing, pricing, storing etc. for supporting the successful running the enterprise and therefore business success.

Unless these supporting facilities (non financial services) are dovetailed with financial services adequately for the enterprise, there may be business failure and more lending risk Further political influence and eventually government policy for financial sops like loan relief / waiver of interest etc., (as in case of India) for capturing popular votes, also corrupt the soul of the small entrepreneur, and also influence his repayment behavior. In that case the loan delinquency may not be probably due to willful default.

In this context, how these non financial business potential in terms of above inputs, which also influences level of the entrepreneur�s income earned, and repayment ethics, are taken cognizance of in the psychometric test?

Sumber : http://microfinance.cgap.org/2009/07/07/measuring-the-soul-of-an-entrepreneur

Wednesday, September 22, 2010

Menjadi Seorang Pengambil Risiko

"There is no security on this earth. Only opportunity." - Douglas MacArthur.

Apa jadinya bila kita takut mengambil risiko dalam hidup ini? Segala yang kita lakukan pasti berisiko! Apalagi bila hendak maju dan sukses, risiko adalah sesuatu yang harus kita akrabi, bukan dihindari.

Bicara mengenai risiko, seperti kata William J. Bernstein dalam bukunya "The Four Pillars of Investing", "Risk, like pornography, is difficult to define, but we think we know it when we see it." Risiko, seperti pornografi, sukar untuk didefinisikan, tapi kita akan mengetahuinya bila kita telah melihatnya. Begitu pula risiko, kita akan mengetahui dan merasakannya bila kita telah menjalaninya.

Bila kita berani mengambil risiko, artinya kita telah berani menjalani kehidupan itu sendiri. Juga menunjukkan bahwa kita yakin akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari setiap risiko yang diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa perhitungan yang matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti yang mereka ungkapkan, adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam bertindak.

Lantas, mengapa sebagian orang enggan untuk mengambil risiko? Jawabannya sederhana. Mereka takut gagal, berpikir tak dapat melakukannya, atau merasa belum mahir dan berbakat. Keberanian mengambil risiko, sesungguhnya lebih menunjukkan kepada karakter dan mental seseorang. Bukan pada besar kecilnya risiko yang dihadapi. Kualitas seseorang tidak ditentukan dari peristiwa yang datang menghampirinya, tapi dari respon yang ia berikan dari peristiwanya itu sendiri.

Jadi, bila kita ragu untuk melangkah karena tidak tahu apa yang akan menghadang langkah kita nantinya, beranilah untuk mengambil risiko. Beranilah untuk mengambil kesempatan yang datang demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Toh, kita tidak akan tahu apakah kita sanggup menghadapinya atau tidak, sebelum kita benar-benar mengalaminya.

Namun, sekali lagi diingatkan, berani mengambil risiko bukan berarti melakukan tindakan gegabah. Hanya karena sebagai orang berhasil menggapai kesuksesan karena tidak takut akan risiko, kita tetap harus melakukan persiapan dan pertimbangan yang matang. Agar apabila suatu saat risiko yang kita takutkan itu benar-benar terjadi, kita dapat melewatinya dengan baik. Begitulah bila kita ingin sukses dalam segala hal, kita akan selalu dihadapi dengan risiko. Risiko sangat berkaitan dengan rasa takut-takut akan timbulnya kekacauan, takut akan penilaian orang lain yang menghakimi, dan takut akan hal-hal tak terduga yang menunggu di depan sana. Hadapi rasa takut itu dan jadikanlah rasa takut sebagai motivator!

Tanpa kita sadari, banyak sekali keuntungan yang dapat kita ambil bila kita berani mengambil dan menghadapi risiko. Bila kita melakukan kesalahan, otomatis kita akan lebih bijaksana ke depannya. Bila kita sukses, kita akan belajar dan tahu besarnya kapabilitas dan potensi yang kita miliki. Dalam hal karier, saat kita berani mengambil risiko, maka hal itu akan mengantar kita menjadi seorang pemimpin dan inovator. Kunci dari semua yang telah disebutkan di atas adalah, menjadi a smart risk taker- seorang pengambil risiko yang cerdas!

Berikut ada enam cara yang ditulis oleh Beth Banks, PhD-seorang ahli di bidang leadership development, yang bisa mengantar kita menjadi salah satunya.

Percaya pada insting

Jangan menunggu sampai suatu petunjuk nyata datang kepada kita, baru mengambil keputusan, karena bisa saja petunjuk itu datang terlalu telat atau malah tidak datang sama sekali. Kalaupun ada petunjuk yang sangat baik, bukan hanya kita saja yang mengetahuinya, tetapi juga orang lain yang mungkin memiliki tujuan yang sama. Saat ide brilian menghampiri, jangan banyak membuang waktu, langsung realisasikan dan kerjakan saat itu juga! Percaya pada apa kata hati.

Jangan takut untuk meminta bantuan

Bila memang kita sedang menghadapi suatu hal yang memang kita kurang pahami, sedangkan sesuatu itu bisa membawa kemajuan besar menuju apa yang kita ingin capai, jangan ragu untuk meminta bantuan kepada yang lebih ahli. Bila kita terus terjebak dalam rasa takut akan risiko-takut bila meminta bantuan kepada orang lain, maka kemampuan kita akan diremehkan, maka kita tidak akan pernah bisa maju.

Lepaskan energi positif

Rasa takut, stres, dan ketidakpastian bisa kita jadikan "teman", bukan musuh yang harus dihindari, asalkan kita memperlakukannya sebagai motivasi, bukan sebagai penghalang. Biasakan untuk menolelir perasaan-perasaan itu. Selalu ingatkan kepada diri sendiri, bahwa kemajuan tidak akan datang bila kita tidak melangkah maju ke keadaan yang penuh ketidakpastian.

Antisipasi dan tindakan

Tidak membuat suatu keputusan sebenarnya adalah sebuah keputusan, yang buruk tentunya. Berpikirlah seperti seorang atlet, dan belajar untuk menempatkan diri bahwa aksi dan tindakan diperlukan untuk mencapai suatu prestasi.

Belajar dari Kegagalan

Pelajaran yang paling berharga dalam hidup kita adalah apa yang dihasilkan dari sebuah kegagalan. Orang-orang bisa menjadi sangat pemaaf bila kita benar-benar sudah melakukan yang terbaik dan bersikap penuh dengan integritas.

Realistis

Memang, terkadang ide-ide dan mimpi yang superfantastis akan terlihat sangat bagus di atas kertas, tetapi kenyataan tidak semudah menulis di atas selembar kertas. Saat kita sudah merasa siap untuk mengambil risiko, pikirkan tentang alasan yang masuk akal mengapa kita akan melakukannya.

Ada beberapa halangan yang bisa membuat kita mengurungkan niat untuk menjadi seorang pengambil risiko. Mungkin, dengan mengetahui apa saja halangan/perasaan itu, kita bisa jadi lebih siap dan tidak berubah pikiran untuk melangkah maju demi mencapai apa yang kita inginkan, walaupun ada risiko yang menghadang!

- Rasa takut akan penolakan
- Takut tidak mendapatkan persetujuan
- Perasaan bersalah
- Keinginan untuk selalu benar
- Ketidakpastian
- Rasa takut diremehkan
- Menghindari konflik
- Takut akan kegagalan
- "Bermain" aman
- Takut akan menyakiti orang lain.

Friday, September 17, 2010

Menempa Jiwa Wirausaha

Indonesia kering wirausahawan (entrepreneur). Padahal para wirausahawan inilah yang menjadi fasilitator bagi kemajuan ekonomi sebuah negara. Menurut Pak Ci (Ciputra, chairman kelompok usaha Ciputra), Indonesia membutuhkan setidaknya 2% penduduknya menjadi wirausaha untuk menopang kemajuan ekonomi. Padahal saat ini hanya terdapat sekitar 0,8% penduduk Indonesia yang menjadi wirausahawan.

Entrepreneurship pada galibnya adalah upaya menciptakan nilai tambah, dengan menangkap peluang bisnis dan mengelola sumber daya untuk mewujudkannya. Tentu harus disertai pengambilan risiko dalam porsi yang tepat.

Lantas jika ingin mencetak wirausahawan yang tangguh dalam jumlah jutaan 1% saja dari penduduk Indonesia sudah di atas 2 juta orang faktor-faktor apa sajakah yang perlu dipertimbangkan? Sifat-sifat kewirausahaan seseorang dibentuk oleh atribut-atribut personal dan lingkungan.

Faktor lingkungan mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Salah satu faktor lingkungan yang berperan besar dalam membentuk jiwa kewirausahaan adalah budaya.

Kita bisa melihat secara kasat mata, suku tertentu di Indonesia, seperti dari Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan mempunyai 'bakat' wirausaha. Karena dalam budaya tersimpan nilai-nilai yang diwariskan, dan nilai adalah 'apa yang dianggap baik'.

Tatkala kewirausahaan dianggap mulia dalam sistem nilai sebuah budaya, seorang wirausahawan mendapat tempat terhormat dalam budaya tersebut. Budaya tersebut akan menjadi 'produsen' wiraswasta. Sementara dalam budaya lain yang menempatkan pekerjaan wirausaha kurang bergengsi, kurang produktif dalam menghasilkan wirausaha.

Para perantau, biasanya juga memiliki dorongan lebih untuk berwirausaha. Orang Minang, Tionghoa dan India perantauan tampak lebih menonjol daripada mereka yang di daerah asalnya.

Role model merupakan hal yang sangat penting karena dengan mengetahui serta memahami kisah-kisah para wirausahawan yang telah meraih kesuksesan menjadikan cita-cita seseorang untuk membuka usahanya sendiri menjadi lebih kredibel dan terjustifikasi.

Calon wirausaha pada umumnya menemukan role model di rumah ataupun di tempat kerja. Bila seseorang banyak berhubungan serta bergaul dengan para wirausahawan, maka ada kemungkinan dia juga akan tertarik untuk memilih jalan hidup sebagai seorang wirausahawan.

Di samping faktor di atas, terdapat faktor sosiologis yang mendorong berkembangnya jiwa kewirausahaan. Salah satunya adalah tanggungjawab keluarga, yang memainkan peranan penting dalam menghasilkan keputusan untuk memulai usaha sendiri.

Adalah relatif lebih mudah untuk mulai menjalankan bisnis pada saat seseorang berusia relatif masih muda, lajang, serta tidak memiliki banyak aset pribadi. Bila dia gagal meraih kesuksesan sebagai seorang wirausahawan, maka masih terbuka peluang baginya untuk membangun karir dan pekerjaannya di perusahaan lain. Artinya lajang dan berusia muda memiliki hambatan psikologis yang rendah untuk berwirausaha. Lebih nekad!

Ada pula trade off antara pengalaman yang bertambah seiring dengan pertambahan usia dengan rasa optimistis dan energi yang dimiliki. Semakin bertambah usianya tentu semakin banyak pengalaman yang diperoleh, semakin luas jejaringnya dan seharusnya semakin percaya diri.

Namun kadang-kadang jika telah berada dalam sebuah industri dalam waktu yang lama, seseorang akan meyakini kesulitan yang bakal muncul bila memutuskan untuk memulai bisnis sendiri. Maka, rasa pesimis pun muncul dan tidak lagi nekad.

Namun dapat terjadi sebaliknya, pengalaman dan jejaring yang luas akan membuat rasa percaya diri merasa lebih merasa optimis untuk memilih wirausaha. Di sini karakter personal yang berbicara.

Karakteristik personal

Karakteristik personal dapat mengalahkan faktor lingkungan. Ambil contoh Bill Gates. Lingkungan keluarga pengacara telah membimbingnya untuk menekuni bidang hukum di Universitas bergengsi, Harvard. Dia sedang merintis jalan untuk mengikuti tradisi keluarganya, menjadi pengacara, pada saat dia dropped out dari Harvard dan mendirikan Microsoft. Dalam kasus Bill Gates, sisi karakteristik personal lebih menonjol.

Dari sisi ini, seorang wirausahawan memiliki focus of control internal yang lebih tinggi ketimbang seorang nonwirausahawan, yang berarti mereka memiliki keinginan kuat untuk menentukan nasib sendiri.

Sebuah survei yang dilakukan terhadap pemilik usaha kecil di Inggris menemukan bahwa lebih dari 50% responden mengatakan bahwa independensi merupakan motif utama saat mereka memutuskan mendirikan usaha sendiri.

Hanya 18% yang mengemukakan alasan untuk menghasilkan uang, sedangkan sisanya sebesar 10% menyebutkan ber-bagai alasan seperti kesenangan, tantangan, memberikan ruang lebih bagi kreativitas, dan kepuasan personal.

Karakteristik personal lainnya adalah kebutuhan untuk mengendalikan. Kebanyakan para wirausahawan adalah orang yang sulit untuk menerima kendali serta otoritas orang lain terhadap diri mereka.

Menurut Derek Du Toit, banyak wirausahawan yang membangun bisnisnya sendiri sebelumnya merupakan karyawan dari sebuah organisasi, namun mereka memiliki sifat sulit diatur.

Keputusan berwirausaha dapat dipengaruhi oleh faktor personal maupun faktor lingkungan. Wirausahawan seringkali memutuskan untuk memulai usahanya sendiri karena mereka adalah para high achiever yang merasa bahwa karir mereka sulit berkembang dalam perusahaan tempat mereka bekerja ataupun profesi yang mereka tekuni.

Banyak wirausahawan yang bekerja selama beberapa waktu dalam sebuah perusahaan guna memperkuat jejaring, meningkatkan sumber daya dan pengalaman sebelum membuka bisnis mereka sendiri.

Sunday, August 22, 2010

Ayo Jadi Entrepeneur!

UNTUK menjadi seorang entrepreneur yang andal, sungguh tidaklah mudah. Hanya orang yang mampu mengubah dirinya untuk berpikir kreatif, kritis dan inovatif yang akan berhasil dan dapat meraih sukses.

Beberapa tahun terakhir ini banyak bermunculan usahawan-usahawan baru yang dibangun oleh para pemula yang usianya masih terbilang muda. Kondisi ini merupakan satu fenomena yang menggembirakan buat pertumbuhan ekonomi bangsa kita. Di tengah keterbatasan lapangan pekerjaan saat ini, justru telah membangkitkan semangat kaum muda untuk menjadi seorang entrepreneur atau wirausahawan.

Sayangnya, para entrepreneur muda tersebut dalam memulai usahanya hanya dilandasi oleh kemampuan modal dan hardskill tanpa adanya perubahan pola pikir. Sehingga sebagian besar para entrepreneur muda tersebut sering menemui kegagalan yang mengakibatkan usahanya menjadi bangkrut.

Oleh karena itu, sebelum melakukan usaha seorang entrepreneur sebaiknya telah melakukan transformasi diri untuk berpikir kreatif dan jeli melihat peluang usaha. Taufik Bahaudin, staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) mengakui, fenomena bangkitnya semangat kewirausahawan atau entrepreneurship di kalangan generasi muda Indonesia saat ini sangat membanggakan.

Namun banyak entrepreneur muda yang gagal dalam berusaha bukan karena tidak menguasai produk atau jasa yang dihasilkannya. Kegagalan itu terjadi karena para usahawan muda tersebut belum mengubah mindset-nya.

�Kegagalan itu terjadi karena para entrepreneur muda tersebut belum mengubah pola pikirnya (mindset). Jadi untuk menjadi seorang entrepreneur, ia harus mempunyai kekuatan berpikir sebagai entrepreneurship. Orang yang belum mengubah pola pikirnya sebagai entrepreneurship, ia hanya mampu menguasai konsep dan teori saja. Hal itulah yang menyebabkan usahanya gagal,� jelas Taufik Bahaudin.

Mengubah Mindset

Memang untuk menjadi wirausahawan atau entrepreneur, tentunya kita harus punya keberanian. Tak hanya berani bermimpi, tapi juga berani mencoba, berani gagal, dan berani sukses. Hal ini penting dan harus kita miliki. Selain itu, kita juga harus optimis dalam menghadapi masa depan, yakin pada kemampuan, dan juga menghentikan alur pemikiran yang negatif.

Hal yang selalu menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengubah pola pikir menjadi seorang entrepreneur? Banyak orang belum menyadari bahwa membangun entrepreneurship itu dibangun dari soft competesis-nya.

�Untuk menjadi entrepreneur, seseorang tak bisa hanya berpijak pada kompetensi hard skill, tapi juga pada kemampuan soft skill dan attitude yang baik. Karena yang membedakan entrepreneur dengan yang bukan entrepreneur adalah prilakunya dalam merespons lingkungan di sekitarnya,� pungkas Taufik. Untuk mengubah pola pikir atau mindset, orang tersebut harus mempunyai keinginan dan kemampuan untuk menjadi seorang entrepreneur sesuai kebutuhannya.

Kebanyakan orang tidak pernah berpikir untuk mandiri, kreatif, kritis dan inovatif. Taufik pun mengungkapkan banyak contoh yang menunjukkan bahwa entrepreneurship berawal dari mindset bukan dari modal yang besar. Masih ingat dengan perjuangan Bob Sadino mendirikan Kemfood dan Kemchick? Atau bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mendirikan Google, serta perjuangan Bill Gates mendirikan Microsoft.

Faktor uang bukan yang paling utama, tetapi sikap mental dan berpikir kreatif menjadi sangat penting. ?Oleh sebab itu,konsep entrepreneur jangan semata-mata dihubungkan dengan pedagang. Wirausaha harus diartikan sebagai sikap mental yang mampu membaca peluang dan bisa memanfaatkan peluang itu sehingga bernilai bisnis. Ini juga bisa dibangun dalam sebuah perusahaan,?imbuh Taufik.

Faktor Keturunan dan Lingkungan

Taufik pun menambahkan kalau saat ini masih banyak di antara yang menilai faktor keberhasilan seseorang menjadi entrepreneur karena berasal suku tertentu. Apalagi kita masih sering melihat bahwa kebanyakan orang Padang, Bugis, atau keturunan China itu lebih berhasil di bidang bisnis dibanding lainnya.

Sehingga disimpulkan, bahwa hal itu karena sifat keturunan atau atau bakat. �Pendapat yang menyatakan hanya suku tertentu saja yang mampu menjadi entrepreneur, menurut saya itu salah. Siapa pun dan dari suku apa pun sebenarnya mampu menjadi entrepreneur yang sukses,� kata pria berkacamata ini. Namun Taufik mengakui, kesuksesan seseorang menjadi entrepreneurjuga dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan.

Jika seseorang sejak kecilnya berada dalam lingkungan bisnis orang tuanya atau keluarganya secara terus menerus, dia akan merekamnya dalam memori otaknya, yang selanjutnya membentuk pola berpikir dan cara perilaku. Pengetahuan bisnis secara pragmatis melalui proses pengenalan bisnis keluarga secara mendalam dan ditransformasikan ke dalam kerangka berpikirnya.

Dengan pengalaman dan pola pikir yang kuat akan mendorong orang tersebut melakukan pengembangan karakter kewirausahaan, seperti keberanian mengambil risiko, kemampuan menganalisa, komunikasi dan kepemimpinan, serta meningkatkan kesadaran dan kepekaan sosial.

�Untuk memulai sebuah wirausaha, seseorang sebaiknya melakukan tiga langkah awal yakni dengan mendaftar kemampuan atau potensi diri. Selanjutnya, orang tersebut harus mempunyai mimpi yang besar, karena dengan mimpi yang besar ia akan termotivasi untuk meraihnya. Dan yang ketiga mengembangkan potensi diri dengan mentranformasi mind-set atau pola pikir menjadi percaya diri, berorientasi kepada prestasi,berani mengambil risiko,berjiwa independen, kreatif dan inovatif serta ulet dan tekun,� tandas Taufik.

Dengan adanya transformasi karakter tersebut diharapkan dapat seseorang yang memiliki jiwa, karakter dan sikap wirausaha yang cerdas dan tangguh.Sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan orang memiliki budaya entrepreneur (culture of entrepreneurship) dan budaya keunggulan (culture ofexcellence) di Indonesia.

Sumber : okezone

Sunday, December 13, 2009

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Kepada Anak Sejak Kecil

Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua. Peran orangtua dan guru Wirausaha diperlukan untuk menumbuhkan rasa penuh tanggung jawab dan penuh kreativitas pada anak. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.

Selain itu, peran lingkungan, misal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatif mengajar dan membuat soal. Berikan kesempatan anak untuk berpikir alternatif. Dengan kreativitas orangtua dan guru, anak dilatih memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi atas masalahnya. Alternatif tersebut akan melatih anak mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.

Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang baik, kreatif, inovatif, dan selalu mencari sesuatu hal baru untuk bisa dikembangkan. Pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilah modal dasar untuk menjadi enterpreuner. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab.

Latihan bertahap
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya agar anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahap dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan lain, misalnya melatih anak untuk dapat membereskan mainan selesai bermain dan meletakkan mainan di tempatnya. Hal ini juga merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Ini mainan saya diletakkan di sini. Ini mainan kakak, kalau mau pinjam, harus ijin dulu. Sifat tersebut adalah awal untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli. Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainan atau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk tidak membelikannya. Aturan itu harus sudah disepakati sejak awal.

Latihan menabung
Setelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan menabung. David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat �Bank Ayah�, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yang dikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh pada anak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambah saldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis. Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak-anaknya. Owen sendiri berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and"

Wednesday, September 30, 2009

Recognizing the Soul of "Entrepreneur" Since the early

When we are asked by someone when we were little, "what ideals you?". What is our response? Many of us said, want to become doctors, presidents, engineers, pilots, or any other profession. But is there any of us who replied, "want to be a businessman."? Maybe some of us have the answers like that, but there certainly is not much. Because when we were little, become an entrepreneur is a choice that "abstract" or options that are not clear among the various options other professions, we do not know, or lack of information about what an entrepreneur was.

Actually to be an entrepreneur we have learned from an early age. We remember when our school, we had been taught about the craft. The lesson of these crafts is one way of indirectly, to foster our entrepreneurial spirit. Because, in these lessons we are taught to create something and not infrequently also we are led to show our work to others. Without us realizing it, when we make these things, we think to create something favored by teachers and / or others. At that time the urge arises or the effort to make other people like it or like something that I had made. In addition, when we show our work to others, that's when we learn to introduce our work to others and indirectly we have learned to market what we have made to others.

If the work we do not get good grades or do not get many good comments from people who saw it, other times we'll try to make something that is preferred by teachers and others.

That was several points about entrepreneurship that we have got an early age. At that time, we have learned to understand and study the tastes of others and also we have learned to introduce our work to others. If we think carefully, actually what we have learned, we try and we made at the time, may have been a few times to produce works that can be used as inspiration for a business. By adding or expanding our work into a product that can be liked by others so that they can be marketed.

Actually, the basics of being an entrepreneur have we got an early age through high school. Now live how we implement business in the business world, by becoming an entrepreneur.
Hopefully !

Tags

Aksesori Blog (3) Analisa Bisnis (4) Bisnis Hobi (10) Bisnis Jasa (7) Bisnis Kerajinan (12) Bisnis Kosmetik (1) Bisnis Makanan (13) Bisnis Money Game (1) Bisnis online (10) Bisnis Retail (6) Bisnis Rumahan (5) Bisnis Sampingan (7) Bisnis Sektor Agro (6) Bisnis sektor Ternak (1) Bisnis Souvenir (6) Bisnis Waralaba (6) Cara Sukses Bisnis (6) Character building (9) Definisi Pemasaran (3) Domain and Hosting (6) Efektivitas Pemasaran (4) Entrepreneurship (9) Etika Bisnis (6) Etos Kerja (9) Ide Bisnis (4) Inspirasi Bisnis (5) Internet Marketing (8) Jiwa Wirausaha (10) Kebutuhan Manusia (4) Kegagalan Usaha (4) Kepemimpinan (9) Kesalahan Pemasaran (4) Kiat Bisnis (2) Kiat Pemasaran (4) Kiat sukses (8) Kiat sukses Wirausaha (5) Kisah Sukses Wirausaha (8) Komunikasi Pemasaran (5) Konsep Pemasaran (5) Kreativitas Bisnis (4) Kunci Sukses Bisnis (6) Manajemen Bisnis (7) Manajemen Kepemimpinan (1) Manajemen Keuangan (6) Manajemen Konflik (7) Manajemen Mutu (6) Manajemen Mutu DikTi (1) Manajemen Organisasi (6) Manajemen pemasaran (6) Manajemen Pengawasan (7) Manajemen Risiko (6) Manajemen SDM (7) Manajemen Strategi (4) Media Pemasaran (5) Model Bisnis (6) Monetizing Site (8) Motivasi Bisnis (6) Motivasi Diri (1) Panduan blog (6) Panduan Wirausaha (1) Peluang Bisnis (3) Peluang Usaha (7) Peluang Usaha Agro (4) Peluang Usaha Hobi (5) Peluang Usaha Jasa (5) Peluang Usaha Kerajinan (4) Peluang Usaha Kuliner (8) Peluang Usaha Salon (3) Percaya diri (9) Perencanaan Bisnis (9) Perencanaan Pemasaran (8) Perilaku Konsumen (5) Persaingan Bisnis (4) Produktivitas Kerja (5) Rahasia Sukses (4) Ranking Blog (6) Risiko Bisnis (5) Sistem Pemasaran (4) Strategi Bisnis (9) Strategi Pemasaran (12) Studi Kelayakan Bisnis (4) Tingkatkan produktivitas (5) Tips Bisnis (11) Tips Memulai Wirausaha (5) Tips Pemasaran (5)