Sebelumnya, kita sendiri perlu mengetahui dasar-dasar mengelola, memelihara dan menjaga suatu website agar tetap menjadi sarana pemasaran yang akan selalu dilihat oleh para pengunjungnya. Hal yang paling penting dan paling utama ialah pemeliharaan, atau biasa disebut maintenance.
Proses maintenance ini termasuk di dalamnya ialah dari segi copy website, yakni konten, lay-out, dan segala yang tercantum di dalam website tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan review, dan proses koreksi dari review tersebut, lalu barulah di-publish sementara dalam kondisi masih bisa diubah-ubah, hingga sampai pada tahap akhir di mana publish-an sudah selesai di-test pasca publish sementara.
Hal-hal di atas ialah membicarakan soal maintenance website. Bagaimana dengan update dari konten itu sendiri? Tentu saja harus selalu di-update. Karena pengunjung tentunya tidak ingin datang ke suatu website mendapati dirinya hanya membaca informasi yang tidak berubah selama lima bulan terakhir.
Proses update hendaknya mencakup beberapa time series atau manajemen waktu update seperti di bawah ini:
* Jika ada kesalahan (error) harus diperbaiki tidak lebih dari 2 hari
* Setidaknya ada �berita� atau informasi yang baru tiap satu bulan sekali
* Informasi mengenai suatu produk jangan sampai statis (tidak berubah atau tidak dinamis) selama lebih dari dua bulan
Selanjutnya, masih lanjutan mengenai maintenance, diperlukan juga pembagian tanggung jawab mengenai siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam pemeliharaan (maintenance) tersebut.
Siapakah yang memiliki website tersebut, bisa jadi merupakan gabungan dari tim marketing suatu perusahaan bersama dengan tim web developer yang bisa berasal dari agency periklanan maupun tenaga profesional IT. Merekalah yang memegang arahan ke mana website akan di bawa, sumber dan awal dari metode pemasaran interaktif melalui internet.
Kemudian, siapakah yang memiliki atau memegang bagian konten? Tentunya peranan seseorang yang dibebani tugas untuk meng-update konten website harus dibantu oleh berbagai divisi dari perusahaan tersebut. Konten mengenai informasi produk tentu saja harus selalu di-update oleh bagian produksi, kemudian konten mengenai informasi harga produk dari bagian bisnis, informasi mengenai hal-hal lain dari beberapa divisi dalam suatu perusahaan haruslah dikontribusikan. Sehingga si peng-update website-nya sendiri tinggal menyusun kalimat yang seragam untuk berbagai informasi yang ia terima dari rekan-rekan kerjanya di divisi lain.
Lalu, siapakah yang memegang bagian format website? Yaitu orang yang mengurusi desain dan tata letak dari website, dengan kata lain ialah sang web designer. Dan yang terakhir ialah masalah teknologi, siapa yang memegangnya alias mengurusi segala urusan teknis seperti HTML, kecepatan akses, dan segalanya, yang biasanya dibebankan kepada seorang webmaster. Dialah yang memantau segala kinerja website dari segi teknis.
Setelah proses maintenance atau pemeliharaan suatu website, dibutuhkan juga teknik pengukuran efektivitas pemasaran melalui media internet tersebut, seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada bagian pembuka. Pengukuran ini dikenal dengan istilah �metric�.
Ada beberapa pendekatan pengukuran atau metric yang perlu dicari dalam mengukur efektivitas suatu website. Pertama ialah metric dari efektivitas di segi bisnis, kemudian metric dari efektivitas di segi marketing atau pemasaran, dan yang terakhir ialah metric dari internet marketing itu sendiri.
Yang pertama, metric dari segi efektivitas bisnis, diukur dengan beberapa hal sebagai berikut:
- Kontribusi langsung secara online terhadap pendapatan
- Kontribusi tidak langsung secara online terhadap pendapatan
- Untung dari si website itu sendiri (bukan dari produknya, tapi penghasilan yang diperoleh dari website yang dibuat, harus bisa menutup biaya yang keluar untuk pembuatan website tersebut)
- Return on Investment atau ROI
- Dan berkurangnya biaya operasional
Selanjutnya, efektivitas dari segi marketing, yang bisa dinilai dari beberapa aspek seperti di bawah ini:
- Penjualan yang melebar yang disebabkan oleh si website
- Impact atau pengaruh terhadap tingkat permintaan pasar
- Kepuasan dari pelanggan baik dari yang menggunakan internet maupun yang tidak menggunakan internet
- Impact atau pengaruh terhadap kepuasan pelanggan yang membawa mereka ke arah loyalitas brand
Lalu, yang ketiga ialah mengukur efektivitas dari internet marketing itu sendiri, yaitu dari penggunaan si internet sebagai sarana pemasaran perusahaan.
Ada beberapa poin penting untuk diperhatikan, yaitu:
- Capture, seefektif apakah kita meng-attract pelanggan baik menggunakan metode promosi online maupun offline? Apakah website kita menggunakan banner, atau offline message dengan alamat URL yang jelas? Dan sebagainya.
- Content, seberapa baik si pelanggan memperoleh informasi dan seberapa mudah mereka mengikuti desain tata letak dari website tersebut? Di bagian ini juga termasuk adalah performa kecepatan akses dan availability
- Customer orientation, apakah konten sesuai dengan target audiens? Misalkan, spesifik pekerjaannya, spesifik industrinya, spesifik negaranya, dan lain-lain? Mudahkah mereka menemukan informasi di sana? Apakah selalu di-update?
- Community and interactivity, seberapa baikkah interaksi yang dibangun sehingga mempertemukan customer needs dengan segala hal yang ditawarkan?
Semua hal yang dibahas kali ini ialah menyangkut pemeliharaan dan pengukuran itu semua. Walaupun kemudian pada akhirnya, dikenallah sebuah layanan pengukuran web (webmetric dan webtrends) yang sangat membantu para pemasar interaktif untuk mengevaluasi dan mengukur efektivitas website mereka.
Sumber:
Modul Perkuliahan Media dan Pemasaran Interaktif, SAP 10
http://ibreakmoment.wordpress.com
Mengukur Efektivitas Pemasaran Interaktif
Ginting Mergana
0
تعليقات
إرسال تعليق